Korban Tewas Banjir Bandang Luwu Utara Capai 19 Orang
›
Korban Tewas Banjir Bandang...
Iklan
Korban Tewas Banjir Bandang Luwu Utara Capai 19 Orang
Tim SAR kembali menemukan tiga korban meninggal akibat banjir bandang yang menerjang enam kecamatan di Luwu Utara. Pencarian terus dilakukan, puluhan ribu warga mengungsi.
Oleh
Reny Sri Ayu
·2 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Korban tewas akibat banjir bandang di Luwu Utara, Sulawesi Selatan, mencapai 19 orang hingga Rabu (15/7/2020). Pencarian korban masih dilakukan seiring evakuasi warga yang terjebak di permukiman penuh materal sisa banjir bandang.
”Hari ini, ditemukan tiga korban lagi. Semuanya di Desa Radda. Pencarian masih terus dilakukan,” kata Mustari, Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Makassar, Rabu.
Sebelumnya, banjir bandang menerjang Luwu Utara, Senin (13/7/2020) malam. Banjir dipicu luapan Sungai Masamba, Radda, Rongkong, dan Sungai Meli.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Luwu Utara, enam kecamatan terdampak banjir bandang. Daerah itu adalah Masamba, Sabbang, Baebunta, Baebunta Selatan, Malangke, dan Malangke Barat.
Ketinggian timbunan material banjir bandang di Masamba antara 1-2 meter. Sementara di Baebunta dan Sabbang, ketinggiannya mencapai 3-4 meter. Setidaknya ada 200 rumah tertimbun dan tersapu banjir bandang. Lebih kurang 36.000 warga lainnya terdampak kejadian naas ini.
Pencarian sepanjang Rabu dilakukan dengan menyisir lokasi terparah di enam kecamatan terdampak banjir. Tim menyisir rumah-rumah warga yang tertimbun material sisa banjir bandang berupa bebatuan, pasir, tanah, hingga kayu gelondongan.
Tim menyisir rumah-rumah warga yang tertimbun material sisa banjir bandang berupa bebatuan, pasir, tanah, hingga kayu gelondongan.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Makassar Esti Kristanti mengatakan, hujan lebat di Luwu Utara dipengaruhi suhu muka laut yang hangat di Tekuk Bone. Selain itu, ada juga daerah belokan angin (konvergensi) di wilayah Sulawesi bagian tengah. Kondisi itu memicu pertumbuhan awan konvektif atau kumulonimbus yang mengakibatkan hujan lebat.
”Berdasarkan analisis citra satelit BMKG, pertumbuhan awan konvektif terjadi di Sulawesi Tengah dan bergerak ke Luwu Timur dan Luwu Utara. Curah hujan cukup tinggi terkonsentrasi di hulu Luwu Timur,” kata Esti.