Sebagian peserta didik tidak fokus saat menjalani kegiatan belajar di rumahnya. Penyebabnya adanya gangguan teknologi yang menjadi media utama pembelajaran melalui internet.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembelajaran jarak jauh secara daring belum berjalan mulus. Hal ini disebabkan sejumlah faktor, di antaranya kesulitan fokus pada materi ajar hingga adanya gangguan teknologi. Pembelajaran jarak jauh yang diterapkan untuk mencegah penyebaran Covid-19 masih menghadapi banyak tantangan.
Annisa (21) menuturkan bahwa adiknya, seorang pelajar sekolah menengah atas di Tangerang, Banten, belum terbiasa mengikuti pembelajaran jarak jauh. Alhasil, ia lebih banyak mengobrol dengan teman-teman sekelas ketimbang fokus pada aktivitas belajar. ”Bukannya belajar, justru mengobrol dengan teman-temannya,” ujar Annisa, Rabu (15/7/2020).
Mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Tangerang itu mendapat tugas dari orangtuanya untuk mengawasi sang adik selama pembelajaran jarak jauh. Sepengamatannya situasi belajar belum berjalan dengan lancar. Penyebabnya karena masih minggu pertama masuk sekolah. Itu sebagai waktu siswa beradaptasi dengan kondisi belajar yang baru.
Lintang Djati (33) juga cukup kerepotan selama menemani anaknya, siswa taman kanak-kanak, dalam pembelajaran jarak jauh. Jaringan internet tidak stabil, sering putus-sambung, sehingga belajar tidak maksimal. ”Hari ini anak mulai sekolah daring. Kebetulan jaringan tadi jelek sehingga sering putus-putus dan sulit terkoneksi dengan pihak sekolah,” kata Djati.
Djati menemai anaknya yang kini berusia enam tahun dalam sesi kelas daring mulai pukul 08.00-09.00. Setiap sesi diikuti siswa dalam kelompok kecil berlangsung Senin-Jumat.
Ia menuturkan, si anak agak uring-uringan mengikuti kelas daring karena tahun ajaran baru dan belum mengenal guru barunya. Apalagi, anaknya menjadi manja saat ditemani belajar, terutama oleh sang istri. ”Pengaruh ke proses belajarnya sehingga kurang kreatif,” ujarnya.
Kondisi itu membuatnya bersama sang istri harus memutar otak agar proses belakar si anak berjalan lancar. Salah satunya sebisa mungkin secara bergantian mendampingi dalam proses belajar.
Tahun ajaran baru 2020/2021 berlangsung sejak Senin (13/7/2020) di tengah pandemi. Sebagian besar sekolah menggelar pembelajaran jarak jauh atau tanpa tatap muka guna mencegah meluasnya penularan Covid-19.
Namun, tidak sedikit sekolah yang tak mampu melaksanakan pembelajaran jarak jauh dengan baik. Diberitakan Kompas, Senin, ada lebih dari 47.000 satuan pendidikan yang tak dapat menjalankan pembelajaran jarak jauh akibat ketiadaan akses internet dan jaringan listrik.
Sebelumnya, dosen Fakultas Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Sandi Budi Irawan, mengatakan, membangun komunikasi untuk menjaga kedekatan guru dan siswa sangat penting dalam pembelajaran jarak jauh. Sebab, bagaimanapun fungsi guru tidak bisa digantikan teknologi.
”Jangan sampai (karena tidak bisa daring) siswa hanya dibiarkan menonton televisi (program Belajar dari Rumah di TVRI) tanpa ada interaksi. Pembelajaran akan kehilangan makna, tujuan pendidikan akan gagal. Siswa hanya diajak memahami konsep atau materi belajar yang formal universal tanpa dihargai dia sebagai manusia yang subyektif,” katanya.