Wisata Kepulauan Seribu Berangsur Pulih di Tengah Pandemi
›
Wisata Kepulauan Seribu...
Iklan
Wisata Kepulauan Seribu Berangsur Pulih di Tengah Pandemi
Jumlah wisatawan Kepulauan Seribu mulai naik sejak PSBB dilonggarkan. Namun, protokol kesehatan mesti tetap ditegakkan.
Oleh
Johanes Galuh Bimantara
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah pembatasan untuk menekan laju penularan Covid-19, wisata di Kepulauan Seribu DKI Jakarta berangsur pulih sejak dibuka lagi mulai 13 Juni 2020. Warga pelaku bisnis pelesiran setidaknya mampu membiayai operasional usahanya sambil perlahan mengumpulkan keuntungan.
Pembatasan itu antara lain kapal untuk menyeberangkan wisatawan dari daratan ke pulau-pulau, serta penginapan saat sudah di pulau, tidak boleh terisi lebih dari 50 persen kapasitas maksimal.
”Walaupun 50 persen, paling tidak untuk biaya perawatan dan operasional homestay dan resort bisa tercukupi daripada tidak menerima tamu sama sekali,” tutur Kepala Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kepulauan Seribu Puji Astuti saat dihubungi, Rabu (15/7/2020).
Puji mengatakan, sesuai Keputusan Gubernur DKI Nomor 563 Tahun 2020 tentang Pemberlakuan, Tahapan, dan Pelaksanaan Kegiatan/Aktivitas Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada Masa Transisi menuju Masyarakat Sehat, Aman, dan Produktif, usaha wisata di Kepulauan Seribu beroperasi kembali mulai 13 Juni. Saat ini, seluruh pulau wisata, baik 11 pulau permukiman maupun 7 pulau resor, sudah bisa disambangi turis.
Jumlah wisatawan setiap akhir pekan pun terus naik. Puji menyebutkan, pada Sabtu-Minggu (11-12/7/2020), ada 3.262 wisatawan berekreasi ke Kepulauan Seribu dengan 1.988 orang datang pada Sabtu dan 1.274 orang di hari Minggu. Sebagai perbandingan, tanggal 27-28 Juni, sebanyak 2.714 orang berwisata, terdiri dari 1.491 wisatawan hari Sabtu dan 1.223 wisatawan hari Minggu.
Menurut Puji, tingkat penularan di Kepulauan Seribu tergolong masih terkendali karena hingga saat ini hanya 34 orang dinyatakan positif di kabupaten tersebut. Namun, kepatuhan warga setempat serta wisatawan dalam menjalankan protokol kesehatan, seperti memakai masker dan menjaga jarak, terus diawasi. ”Ada 222 personel gabungan, termasuk anggota satpol PP (satuan polisi pamong praja), TNI, dan Polri, yang bertugas di berbagai titik di Kepulauan Seribu,” ujarnya.
Ada 222 personel gabungan, termasuk anggota satpol PP (satuan polisi pamong praja), TNI, dan Polri, yang bertugas di berbagai titik di Kepulauan Seribu (untuk pastikan wisatawan terapkan protokol kesehatan).
Bagi yang ingin melakukan wisata air, seperti menyelam (diving) dan snorkeling, Puji mengimbau wisatawan untuk membawa peralatan sendiri. Jika terpaksa meminjam, mereka diminta memastikan peralatan bersih.
Wisatawan bisa mengakses Kepulauan Seribu dari sejumlah pelabuhan, seperti Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, dan Dermaga Marina, Ancol, di Jakarta Utara, serta Dermaga Tanjung Pasir dan Rawasaban di Tangerang, Banten.
Kepala Pelabuhan Kali Adem Dinas Perhubungan DKI Yose Rizal menyampaikan, kemungkinan pada akhir pekan ini tidak ada lagi pemeriksaan surat izin keluar masuk (SIKM) bagi yang berasal dari luar Jabodetabek dan akan menyeberang ke Kepulauan Seribu. Dengan demikian, ia memperkirakan jumlah penumpang kapal di tempatnya akan meningkat pada 18-19 Juli mendatang dibandingkan akhir pekan lalu.
”Akhir pekan nanti kemungkinan jumlah penumpang yang ke pulau mendekati normal bisa 1.800-an orang. Yang kemarin saja sudah mendekati angka 1.500 orang,” tutur Yose. Karena itu, jumlah kapal yang beroperasi ditambah akhir pekan ini dari 16 kapal menjadi 21 kapal. Sebanyak 16 kapal di antaranya merupakan kapal tradisional.
Akhir pekan nanti kemungkinan jumlah penumpang yang ke pulau mendekati normal bisa 1.800-an orang. Yang kemarin saja sudah mendekati angka 1.500 orang.
Machjudin (64), Ketua Asosiasi Homestay Pulau Pramuka, menuturkan, saat ini rata-rata hanya 50 persen dari sekitar 50 homestay dengan total 260-an kamar yang terisi setiap akhir pekan di Pramuka sejak PSBB dilonggarkan dalam masa transisi. Sejak beroperasi lagi, rumah berkamar dua yang disewakan dia baru terisi dua kali akhir pekan.
Machjudin menyewakan dengan harga Rp 500.000 per hari. Namun, karena ketentuan PSBB masa transisi, maksimal hanya enam orang bisa menginap. ”Sebelumnya, bisa sepuluh, bisa 15 orang,” katanya.
Adapun pemandu wisata di Pulau Kelapa dan Harapan, Jupli Ali (43), menyebutkan bahwa pendapatannya dari pembukaan kembali usaha wisata baru mencapai 25 persen dibandingkan pendapatan waktu normal. Biaya-biaya yang ditanggungnya membengkak karena pembatasan kapasitas homestay dan kapal.
Jupli mencontohkan, ia saat ini memandu sembilan wisatawan. Di waktu normal, ia bisa menyewakan satu rumah saja untuk jumlah tersebut, tetapi sekarang ia mesti menyewa dua kamar agar tidak ditegur Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 setempat. Selain itu, harga tiket kapal tradisional naik karena harus ada kursi yang dikosongkan.
Jupli tidak berani menaikkan harga paket wisata yang ditawarkan agar tetap laku di tengah situasi ekonomi yang sulit. ”Jadi, misalnya yang biasanya untung Rp 100.000, ini ambil untung Rp 50.000 saja,” ujarnya.
Saat sektor wisata masih dinonaktifkan, perekonomian Jupli amat terpukul. Ia bahkan merelakan sepeda motornya dijual seharga Rp 1,5 juta untuk membantu penghidupan selama empat bulan.