Sudut-sudut Jakarta terasa semakin berwarna dalam bingkai ”anime” atau animasi. Bingkai itu menjadi alternatif menikmati Ibu Kota dengan cara berbeda.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ada saja kreativitas untuk menikmati sudut-sudut Jakarta. Salah satunya visualisasi ke dalam anime atau animasi tanpa menghilangkan kondisi aslinya. Gambar itu seakan memasukkan Jakarta ke dalam seri-seri buku komik Jepang atau manga.
Sebulan terakhir Sony Andrio Ranhas (28) mulai memvisualisasikan sudut-sudut Jakarta ke dalam bentuk anime. Karya-karya itu terpampang dalam akun Twitter @jyakurataa dan Instagram @jyakaruta. Siapa saja boleh menengok ataupun berkomentar karena akunnya terbuka untuk umum.
Setiap karya tampak realistik karena bersumber dari foto asli. Tidak ada bumbu-bumbu tambahan, kecuali penyesuaian warna. Itu terlihat dari hasil visualisasi anime yang selalu disandingkan dengan foto asli.
”Saya bayangkan kalau sudut-sudut Jakarta divisualisasikan dalam anime pasti bagus dan menarik,” ujar Sony, Kamis (16/7/2020). Pekerja desain grafis ini terinspirasi dari anime-anime karya Makoto Shinkai seperti Kimi no Na wa atau Your Name dan Tenki no Ko atau Weathering with You. Animator asal Jepang itu melalui anime-anime-nya menampilkan sudut-sudut Jepang secara realistik sebagaimana adanya.
Sony memvisualisasikan sudut-sudut Jakarta ke dalam anime dengan dua cara. Pertama, mengedit foto dengan bantuan aplikasi pihak ketiga. Kedua, menggambar ulang sesuai foto asli dengan bantuan aplikasi pihak ketiga. Sejauh ini sebagian besar hasil visualisasi menggunakan cara pertama.
Karya-karya itu diselesaikan dalam rentang waktu 20 menit hingga 3 jam. Semua tergantung tingkat kesulitan berdasarkan hasil foto. Foto yang digunakan pun beragam, baik foto hasil karya sendiri maupun permintaan orang lain. ”Ada kampanye tidak langsung mengenalkan sudut-sudut Jakarta. Ada yang tertarik dan bertanya-tanya,” katanya.
Dampaknya, lokasi yang tergambar menjadi lebih bercerita. Ada keriangan di Stasiun Tanjung Barat, Jakarta Selatan, saat seorang perempuan muda berada di sana. Matanya berbinar memandang ke depan sambil menarik tangan temannya seakan mengajaknya naik kereta rel listrik yang baru tiba. Pada gambar itu, admin Instagram @djakurata menyematkan judul ”Senyuman Perpisahan”. ”Kalian pernah berpisah dengan seseorang di stasiun kereta?” tulis admin di akun itu.
Stasiun Tanjung Barat yang di foto aslinya sepi dan garing menjadi punya cerita. Lokasi ini lebih menarik dilihat di gambar olahan @djakurata ketimbang foto aslinya. Andai kegembiraan serupa sering bersemi di stasiun itu, alangkah menariknya bepergian dengan KRL.
Salah satu visualisasi anime itu adalah deretan restoran di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Foto aslinya menampilkan warna cat restoran yang pudar dan deretan parkir kendaraan tanpa tumbuhan hijau sehingga tampak gersang. Sementara visualisasi anime-nya menampilkan warna cerah pada bangunan restoran serta tambahan tanaman hijau. Permainan warna dan tambahan tanaman hijau memberikan kesan indah dan segar.
Visualisasi sudut-sudut suatu kota ke dalam bentuk anime merupakan sesuatu yang punya daya tarik tersendiri. Menurut travel vlogger Uki Wardoyo, hasil visualisasi akan semakin menarik dengan penjelasan atau keterangan tambahan, misalnya penjelasan lokasi dan cara ke sana.
Tidak lupa pula menambahkan cerita tentang asal-usul atau sejarah lokasi tersebut. ”Penting untuk tahu lebih detail cerita tempat yang divisualisasikan,” ujar Uki. Cerita-cerita itu menambah daya tarik atau memikat orang untuk berkunjung.
Apa adanya
Arkeolog sekaligus anggota Tim Ahli Cagar Budaya DKI Jakarta, Candrian Attahiyat, mendukung setiap upaya untuk mengenalkan sejarah dan budaya Jakarta. Sebab, pemerintah, termasuk arkeolog, tidak bisa bekerja sendiri. Namun, ada catatan penting dari Candrian. Tidak boleh mencampuri sejarah dengan unsur imajinatif, mitos, dan lainnya. ”Usahakan sejarah tampil sejujurnya, terjadi sesuai apa adanya,” ujar Candrian.
Menurut dia, saat ini setiap orang bisa mengenalkan sejarah dari mana pun dan kapan pun selama punya foto koleksi sendiri atau berdasarkan foto yang sudah ada. Setiap orang juga melakukannya dengan cara masing-masing.
”Semua inisiatif itu harus diapresiasi dan didukung, tetapi tidak boleh melenceng dari sejarah aslinya dengan bumbu-bumbu tambahan,” katanya. Anime hanya salah satu cara untuk menikmati sekaligus mengenalkan kota dengan segala isinya. Akan tetapi, itu termasuk upaya merawat sejarah.