Datangkan Alat Baru, Eijkman Targetkan1.000 Spesimen Per Hari
›
Datangkan Alat Baru, Eijkman...
Iklan
Datangkan Alat Baru, Eijkman Targetkan1.000 Spesimen Per Hari
Kemampuan Lembaga Eijkman untuk memeriksa spesimen Covid-19 ditingkatkan dari 400 spesimen menjadi 1.000 spesimen per hari. Ini diharapkan mempercepat waktu tunggu hasil pemeriksaan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mulai mengoperasikan mesin otomatis pengujian spesimen Covid-19 Cobas 6800. Penggunaan mesin yang baru diimpor ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah pemeriksan spesimen Covid-19 mencapai 1.000 spesimen per hari.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengatakan, Cobas 6800 merupakan mesin otomatisasi untuk uji mikrobiologi yang dioperasikan dengan metode molekuler atau NAAT (nucleid acid amplification testing). Proses pengujian untuk ekstraksi RNA dan amplifikasi reaksi rantai polimerase (PCR).
Risiko penularan Covid-19 dalam proses pengujian bisa dicegah secara optimal.
”Karena hampir semua proses dilakukan secara otomatis, intervensi tenaga laboratorium menjadi sangat minim. Dengan begitu, risiko penularan Covid-19 dalam proses pengujian bisa dicegah secara optimal,” katanya di Jakarta, Kamis (16/7/2020).
Ia menambahkan, penggunaan mesin ini juga dapat mengurangi kesalahan preanalitik selama proses pemeriksaan spesimen berlangsung. Sumber daya manusia yang dibutuhkan pun dapat dikurangi dengan hasil pengujian yang tetap terjamin.
Mesin ini secara langsung diimpor dari Roche, perusahaan farmasi dan diagnostik yang berada di Swiss. Seluruh pengadaan dari alat ini didukung penuh oleh PT Tempo Scan Pacifik Tbk dengan total bantuan sebesar Rp 10 miliar.
Amin mengatakan, melalui pengadaan mesin ini diharapkan jumlah spesimen yang diperiksa oleh LBM Eijkman bisa semakin meningkat. Sebelumnya, rata-rata jumlah spesiemen yang diperiksa per hari sekitar 400 spesimen.
Padahal, jumlah spesimen yang diterima sekitar 800 spesimen per hari dari 274 fasilitas pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia. Kondisi ini menyebabkan waktu tunggu untuk pemeriksaan spesimen Covid-19 menjadi cukup lama.
Kami harap pemerintah melalui Gugus Tugas bisa memberi dukungan dengan pengadaan reagen yang mencukupi.
”Dengan pemanfaatan mesin Cobas 6800, diharapkan jumlah spesimen yang diperiksa bisa maksimal mencapai 1.000 spesimen per hari. Meski begitu, kami harap pemerintah melalui gugus tugas bisa memberi dukungan dengan pengadaan reagen yang mencukupi,” tutur Amin.
Menteri Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro menuturkan, penggunaan mesin ini diharapkan bisa mendukung target pemerintah terkait pemeriksaan spesimen yang mencapai 30.000 spesimen per hari. Saat ini, jumlah pemeriksaan spesimen tertinggi baru mencapai 26.614 spesimen per hari.
Kasus baru
Secara terpisah, juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengatakan, jumlah spesimen yang diperiksa pada 16 Juli 2020 sebanyak 23.947 spesimen yang diambil dari 12.156 orang. Pemeriksaan itu dilakukan di 269 laboratorium yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dari jumlah yang diperiksa tersebut, dilaporkan ada 1.574 kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19. Penambahan kasus baru tertinggi terjadi di DKI Jakarta (312 kasus), Jawa Tengah (214 kasus), Jawa Timur (179 kasus), Sulawesi Selatan (178 kasus), dan Kalimantan Selatan (133 kasus).
Adapun total kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia menjadi 81.668 kasus. Sementara kasus sembuh sebanyak 40.345 kasus dengan penambahan 1.295 kasus. Total kasus kematian akibat Covid-19 sebanyak 3.873 kasus dengan penambahan 76 kasus kematian.
Kasus yang ditemukan banyak terjadi di lingkungan kerja dengan kualitas udara yang tidak bagus, ruang kerja tanpa sirkulasi udara yang berjalan dengan lancar, ataupun dengan ruangan yang hanya mengandalkan sistem pendingin udara.
”Dari penambahan kasus ini, ternyata kasus yang ditemukan banyak terjadi di lingkungan kerja dengan kualitas udara yang tidak bagus, ruang kerja tanpa sirkulasi udara yang berjalan dengan lancar, ataupun dengan ruangan yang hanya mengandalkan sistem pendingin udara. Biasanya penularan juga terjadi karena protokol kesehatan tidak dipatuhi, seperti jaga jarak dan menggunakan masker dengan benar,” tutur Yurianto.