Pada 2019, sektor wisata olahraga global ini bernilai 800 miliar dollar AS dan berkontribusi sebesar 10 persen dari total industri pariwisata dunia. Wisata olahraga ini sempat mati suri karena pandemi.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·4 menit baca
Pandemi Covid-19 menghentikan banyak aktivitas pariwisata, olahraga, dan wisata olahraga atau sport tourism yang merupakan perpaduan di antara kedua sektor tersebut. Ketika aktivitas ketiga sektor tersebut mulai diaktifkan di tengah masih merebaknya pandemi, berbagai penyesuaian dibutuhkan. Protokol kesehatan harus ditaati.
Organisasi Wisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO) menyebutkan, beberapa tahun terakhir ini, tren wisata olahraga meningkat, baik sekadar berwisata untuk menyaksikan laga-laga olahraga dunia maupun menjajal olahraga petualangan alam.
Pada 2019, sektor wisata olahraga global ini bernilai 800 miliar dollar AS dan berkontribusi sebesar 10 persen dari total industri pariwisata dunia. Semenatra itu, industri perjalanan dan pariwisata berkontribusi sebesar 2,9 triliun dollar AS terhadap produk domestik bruto (PDB) dunia pada 2019.
Untuk menggairahkan kembali sektor tersebut, sejumlah negara mulai membuka sejumlah tempat wisata, termasuk tempat wisata olahraga petualangan. Pandemi Covid-19 yang memicu pembatasan bepergian dan penguncian wilayah menyebabkan pendapatan sektor pariwisata global turun.
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) dalam laporan terbarunya pada 1 Juli 2020, ”Covid-19 and Tourism: Assessing the Economic Consequences”, memproyeksikan, pendapatan pariwisata global akan turun hingga 3,3 triliun dollar AS.
Ada tiga skenario yang dianalisis. Dalam skenario moderat, jika restriksi perjalanan dan kemacetan arus wisata terjadi selama empat bulan, pendapatan akan turun 1,2 triliun dollar AS. Dalam skenario menengah, dengan restriksi berlangsung delapan bulan, pendapatan akan turun senilai 2,22 triliun dollar AS. Sementara, pada skenario terburuk, ketika restriksi perjalanan dan pariwisata berlangsung satu tahun penuh, pendapatan akan turun 3,3 triliun dollar AS.
Indonesia termasuk dalam salah satu negara yang akan mengalami pukulan hebat karena menggantungkan perekonomiannya pada sektor pariwisata.
UNCTAD memprediksi, dalam skenario paling ringan atau moderat, Indonesia akan mengalami penurunan produk domestik bruto hingga 20,7 miliar dollar AS. Dalam skenario menengah, penurunan PDB Indonesia mencapai 40 miliar dollar AS, dan pada skenario terburuk, penurunan PDB Indonesia mencapai 59,9 miliar dollar AS.
Untuk itulah, kendati pandemi masih mendera, Indonesia berupaya membuka sejumlah tempat wisata. Termasuk di antaranya pembukaan sektor wisata olahraga dengan menerapkan protokol kesehatan.
”Protokol kesehatan harus diterapkan, baik itu pada pelaksanaan prakegiatan, saat berkegiatan, maupun pascakegiatan. Hal ini supaya tempat pelaksanaan kegiatan itu tidak menjadi kluster baru penyebaran pandemi korona,” kata Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali dalam seminar daring bertema ”Potensi Olahraga Petualangan dan Tantangan bagi Wisata serta Perekonomian di Indonesia dalam Fase Adaptasi Kebiasaan Baru” di Jakarta, Rabu (15/7/2020).
Protokol kesehatan harus diterapkan, baik itu pada pelaksanaan prakegiatan, saat berkegiatan, maupun pascakegiatan. Hal ini supaya tempat pelaksanaan kegiatan itu tidak menjadi kluster baru penyebaran pandemi korona.
Menurut Zainudin, pelaksanaan kegiatan tanpa kedisiplinan dan ketaatan protokol kesehatan dapat memunculkan kluster baru pandemi. Dukungan dibutuhkan untuk memutuskan rantai penyebaran Covid-19.
Pemerintah mengaktifkan kegiatan kepariwisataan agar ekonomi turut bergulir. Berbarengan dengan itu upaya memutus mata rantai penyebaran pandemi juga perlu dilakukan dan harus menjadi tanggung jawab bersama.
”Pandemi Covid-19 diperkirakan belum akan selesai dalam waktu dekat. Pelaksanaan kegiatan harus tetap memperhatikan protokol kesehatan. Kedisiplinan menjadi salah satu kunci penting. Hanya dengan disiplin, kita bisa keluar dari situasi sekarang ini,” katanya.
Zainudin menambahkan, hal-hal sederhana yang harus selalu dilakukan adalah menjaga jarak fisik, rajin mencuci tangan, berolahraga, makan makanan bergizi, dan memakai masker.
Ketua TROI Foundation Wahyu Yudha mengemukakan, para pengelola dan pelaku olahraga petualangan, tantangan, dan wisata (PTW) siap menerapkan protokol kesehatan. Hal ini merujuk rencana pemerintah membuka kembali sektor pariwisata bagi gerak perekonomian Indonesia dalam kondisi adaptasi kebiasaan baru di tengah pandemi Covid-19.
Protokol kesehatan bagi lima bidang olahraga rekreasi telah disusun. Kelima olahraga rekreasi tersebut adalah paralayang, arung jeram, lari jarak jauh, pendakian gunung, dan selam.
Kesiapan penerapan protokol kesehatan tersebut guna melayani kembali masyarakat atau wisatawan yang ingin berolahraga sambil berekreasi di Indonesia. Protokol kesehatan bagi lima bidang olahraga rekreasi telah disusun Kementerian Pariwisata, Kemenpora, Kementerian Kesehatan, dan para pengurus cabang olahraga.
”Kelima olahraga rekreasi tersebut adalah paragliding (paralayang), rafting (arung jeram), running (lari jarak jauh), hiking (pendakian gunung), dan diving (selam),” katanya.
Direktur Wisata Alam, Budaya, dan Buatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Alexander Reeyan mengatakan, orientasi utama pengembangan pariwisata di periode 2020-2024 adalah pariwisata berkualitas. Target Kemenparekraf bukan lagi berorientasi pada jumlah wisatawan yang melakukan perjalanan, melainkan lebih pada nilai tambah yang diberikan oleh wisatawan.
Hal ini dapat ditempuh dengan memperlama lama tinggal wisatawan di destinasi wisata dan memperbesar jumlah pengeluaran uang yang mereka belanjakan. ”Pada 2017 rata-rata biaya yang dibelanjakan pada aktivitas petualangan sekitar 290 dollar AS atau sekitar Rp 4 juta per hari,” katanya.
Alexander menambahkan, kegiatan wisata petualangan membutuhkan aktivitas fisik, ada pertukaran budaya antara wisatawan dan masyarakat lokal, serta berbasiskan alam. Pelaksanaan wisata petualangan dapat memberikan dampak positif sektor sosial-ekonomi.