Penularan Covid-19 di lingkar aparatur sipil negara dan tenaga kesehatan tak terhindarkan. Upaya memutus mata rantai penularan ke pelayan publik tersebut didorong lebih serius agar masyarakat tetap terlayani dengan baik
Oleh
STEFANUS ATO/I Gusti Agung Bagus Angga Putra/Aguido Adri
·4 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Lima aparatur sipil negara, antara lain Kepala Inspektorat Kota Bekasi, kembali dinyatakan positif Covid-19.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan, lima aparatur sipil negara (ASN) yang terkonfirmasi positif Covid-19 tiga diantaranya berkantor di Inspektorat Kota Bekasi, termasuk kepala inspektorat. Adapun dua ASN lain yang juga terkonfirmasi positif Covid-19 berasal dari UPTD Pendapatan Kecamatan Mustika Jaya.
”Untuk sementara mereka dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi. Rata-rata tanpa gejala dan kesehatan mereka semakin hari terus membaik,” kata Rahmat saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (15/7/2020).
Untuk memutus mata rantai penularan, menurut Rahmat, Pemerintah Kota Bekasi menelusuri pihak-pihak yang pernah kontak erat dengan kelima ASN. Penelusuran dan tes usap dilakukan terhadap keluarga dan sesama pegawai di lingkungan kantor yang sempat kontak erat.
Direktur RSUD dr Chasbullah Abdulmajid Kota Bekasi Kusnanto Saidi menambahkan, secara umum kondisi kesehatan lima ASN itu kian membaik. Bahkan, salah satu dari mereka dari hasil tes usap lanjutan sudah dinyatakan negatif Covid-19.
”Kondisi mereka semua stabil. Sudah ada satu yang berstatus negatif Covid-19, tetapi akan diperiksa sekali lagi. Artinya, masih akan diperiksa terus hingga virusnya dinyatakan sudah tidak bisa menyebar atau menular lagi pada orang lain,” katanya.
Kusnanto menambahkan, di RSUD, hingga Rabu masih ada 30 pasien Covid-19 yang sedang menjalani perawatan. Dari jumlah itu, 15 pasien merupakan warga Kota Bekasi dan sisanya warga dari luar Kota Bekasi.
Meski ada ASN positif Covid-19 di kantor inspektorat, Rahmat menyebut pelayanan di kantor masih berjalan normal dengan tetap menerapkan protokol kesehatan ketat. ”Tugas Inspektorat adalah pelayanan internal, tidak berpengaruh kepada pelayanan publik,” ujar Rahmat.
Data tenaga kesehatan
Selain serius memutus penularan di kalangan ASN, upaya lain dilakukan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah Banten adalah terus mendata petugas kesehatan yang tertular Covid-19.
Ketua IDI wilayah Banten Budi Suhendar mengatakan, data dikumpulkan dari rumah sakit dan fasilitas layanan kesehatan di Provinsi Banten. Budi mengatakan belum dapat mengonfirmasi apakah ada tenaga kesehatan yang tertular Covid-19 di Banten. ”Datanya sedang diupayakan. Saya belum punya data untuk itu sehingga belum tahu apakah ada yang positif Covid-19,” ujarnya ketika dihubungi, kemarin.
Mengacu pada data Pengurus Besar IDI per 14 Juli, jumlah dokter yang meninggal di masa pandemi secara nasional 61 orang. Menurut Halik Malik dari bagian Humas IDI, korban meninggal sebagian terkonfirmasi positif. Ada yang belum keluar hasil tesnya, tetapi bergejala klinis Covid-19 (Kompas.id, 14/7/2020).
Menurut Budi, profesi tenaga kesehatan amat rentan tertular Covid-19. Hal itu berkenaan dengan tugas mereka menangani pasien di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk mencegah tenaga kesehatan tertular Covid-19, tes usap tenggorokan terhadap tenaga kesehatan, bagi Budi, menjadi sangat penting.
Dengan melaksanakan tes usap tenggorokan, deteksi dini terhadap orang yang diduga tertular Covid-19 bisa dilakukan. Mereka yang diduga tertular bisa segera diisolasi agar tidak berkeliaran dan menularkan virus ke mana-mana.
Atas dasar itu pula, Dinas Kesehatan Provinsi Banten mulai bergerak melakukan tes usap tenggorokan terhadap petugas kesehatan di puskesmas-puskesmas yang ada di wilayah Tangerang Raya, seperti yang dilakukan di Puskesmas Jurang Mangu, Tangerang Selatan, kemarin.
Gencar tes usap
Wali Kota Depok, Jawa Barat, Muhammad Idris mengatakan, berdasarkan data terakhir dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok, pada Selasa (14/7/2020) terjadi penambahan kasus konfirmasi positif tujuh kasus sehingga total keseluruhan menjadi 890 orang.
Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan, masih terjadinya peningkatan jumlah kasus positif di Jabodetabek tak lepas dari gencarnya tes cepat dan tes usap oleh pemerintah.
”Untuk menuju normal baru perlu pengawasan lebih ketat oleh pemerintah karena masih saja ada anggapan warga saat ini sudah normal atau aman. Kewaspadaan di masa seperti ini harus semakin tinggi karena risiko penularan masih tinggi. Kesadaran warga untuk mematuhi protokol kesehatan perlu terus digenjot,” kata Tri.