Lonjakan Tertinggi, Covid-19 di Aceh Bertambah 119 Kasus dalam Dua Hari
›
Lonjakan Tertinggi, Covid-19...
Iklan
Lonjakan Tertinggi, Covid-19 di Aceh Bertambah 119 Kasus dalam Dua Hari
Pada Rabu ditemukan 45 warga positif Covid-19 dan pada Kamis bertambah sebanyak 74 orang. Kasus baru ini tersebar di tujuh kabupaten/kota di Aceh.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Jumlah warga yang terpapar virus korona baru di Provinsi Aceh dalam dua hari, Rabu-Kamis (29-30/7/2020), bertambah sebanyak 119 orang sehingga total kasus menjadi 312 orang. Lonjakan kasus terjadi dari transmisi lokal.
Juru Bicara Penanganan Covid-19 Aceh Saifullah Abdulgani mengatakan, pada Rabu ditemukan 45 warga positif Covid-19 dan pada Kamis bertambah sebanyak 74 orang. Kasus baru ini tersebar di Kota Banda Aceh, Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tamiang, Aceh Besar, Langsa, Subulussalam, dan Aceh Tengah. Dari 23 kabupaten/kota di Aceh, hanya empat kabupaten yang belum ditemukan kasus Covid-19.
Lonjakan kasus paling tinggi terjadi di Bener Meriah. Dalam dua hari, kabupaten penghasil kopi arabika gayo itu bertambah sebanyak 30 kasus. Kasus baru itu merupakan penularan dari dua warga yang dikonfirmasi positif pekan lalu. Delapan orang di antaranya merupakan tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Mayang Kute, Bener Meriah.
Di Aceh Tamiang, kasus baru ditemukan sebanyak 13 tenaga kesehatan di RSUD setempat terpapar Covid-19. Pelayanan di Intansi Gawat Darurat (IGD) dihentikan sementara untuk proses strerilisasi. ”Kasus semakin bertambah. Aceh Tengah yang awalnya tidak ada kasus, sudah ada,” kata Saifullah.
Sebagian kasus baru itu merupakan hasil penelusuran dari orang yang pernah kontak erat dengan pasien Covid-19 sebelumnya. Namun, ada juga kasus yang tidak diketahui dari mana korban terpapar virus itu, termasuk yang terjadi dengan tenaga kesehatan di Aceh Tamiang.
Saifullah mengatakan, transmisi lokal kian meluas di Aceh. Dari 23 kabupaten/kota, hanya empat daerah yang masih nihil kasus, yakni Aceh Singkil, Pidie Jaya, Nagan Raya, dan Aceh Barat.
”Ini merupakan lonjakan tertinggi Covid-19 sepanjang pandemi virus korona menjalar di Aceh, mulai akhir Maret 2020,” kata Saifullah.
Saifullah mengatakan, warga harus patuh pada aturan protokol kesehatan agar virus korona baru tidak semakin meluas. Berkaca pada kasus yang baru dikonfirmasi, potensi penambahan kasus baru besar kemungkinan terjadi.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh Safrizal Rahman mengatakan, serangan gelombang kedua virus korona baru jauh lebih dahsyat dari gelombang pertama. Saat ini Aceh sudah memasuki penyebaran pada tingkat komunitas sehingga membuat upaya pencegahan penyebaran semakin sukar dilakukan.
Sebelumnya, anggota Satgas Penanganan Covid-19 Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Rina Suryani Oktari menuturkan, peningkatan kasus setelah Idul Adha sangat mungkin terjadi. Berkaca pada fenomena Idul Fitri, Juni 2020, kasus di Aceh bertambah signifikan setelah Lebaran. Saat itu, banyak pemudik dari luar masuk ke Aceh sehingga laju kasus Covid-19 melonjak.
Hingga Kamis, jumlah warga yang positif Covid-19 di Aceh sebanyak 312 orang. Padahal, pada pertengahan Juni, jumlah kasus hanya 37 orang. Kasus baru merupakan penyebaran dari transmisi lokal.
Rina menilai kondisi saat ini semakin buruk. Selain banyak warga yang abai terhadap aturan, juga ada kalangan yang mulai menganggap Covid-19 adalah konspirasi para elite untuk kepentingan ekonomi global. Pandangan itu muncul karena warga tidak mendapatkan informasi yang utuh terhadap kasus-kasus di daerahnya.
Menurut Rina, perilaku masyarakat yang mulai acuh terhadap protokol kesehatan akan meningkatkan kasus Covid-19. ”Apalagi, saat Lebaran (Idul Adha), potensi terjadinya kerumunan massa juga sangat besar, shalat Id berjamaah, silaturahmi kumpul keluarga, kurban, tempat wisata ramai. Saya khawatir usai Lebaran kasus meningkat,” kata Rina.