Sumbar Wajibkan Tes Usap Aparatur Pemerintah yang Masuk Wilayahnya
›
Sumbar Wajibkan Tes Usap...
Iklan
Sumbar Wajibkan Tes Usap Aparatur Pemerintah yang Masuk Wilayahnya
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mewajibkan aparatur pemerintah menjalani tes usap ketika tiba di Sumbar. Kebijakan tersebut sebagai antisipasi penularan Covid-19 di Sumbar melalui kasus impor.
Oleh
YOLA SASTRA
·5 menit baca
PADANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mewajibkan aparatur pemerintah menjalani tes usap ketika tiba di Sumbar. Kebijakan tersebut sebagai antisipasi penularan Covid-19 di Sumbar melalui kasus impor. Kasus positif Covid-19 di Sumbar melonjak beberapa hari terakhir karena dipicu kasus impor.
Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Pemprov Sumbar, Jasman Rizal, Senin (3/8/2020), mengatakan, ada dua surat yang diterbitkan pemprov terkait kebijakan ini. Pertama ditujukan kepada semua aparatur pemerintah di Indonesia dan kedua kepada satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Pemprov Sumbar.
”Surat pertama isinya semua aparatur pemerintah yang masuk ke Sumbar wajib mengikuti tes usap, termasuk pegawai (negeri sipil), BUMN, BUMD, TNI, Polri, dan DPRD, baik yang kembali dari perjalanan dinas maupun urusan lain. Surat kedua penekanan ke SKPD Pemprov Sumbar untuk tes usap ketika tiba di Sumbar,” kata Jasman.
Menurut Jasman, tes usap tersebut gratis dan dilakukan di rumah sakit rujukan yang telah ditunjuk. Aparatur pemerintah baru diperkenankan masuk kantor jika hasil tes usapnya dinyatakan negatif Covid-19.
Sejak Rabu (29/7/2020) terjadi lonjakan signifikan tambahan kasus positif Covid-19 di Sumbar. Hari itu jumlah kasus positif Covid-19 sebanyak 17 orang. Adapun sehari setelahnya, Kamis (30/7/2020), kasus positif Covid-19 bertambah 16 orang.
Puncaknya, pada Jumat (31/7/2020), tambahan kasus positif Covid-19 mencapai 41 orang, satu orang di antaranya meninggal. Angka itu sekaligus melampaui rekor tertinggi penambahan kasus yang sebelumnya terjadi pada Minggu (24/5/2020) dengan 35 orang terkonfirmasi positif Covid-19.
Adapun pada Minggu (2/8/2020) tambahan kasus positif Covid-19 di Sumbar 9 orang dan pada Senin (3/8/2020) tambahan kasus positif Covid-19 17 orang. Sebelum lonjakan kasus yang mulai terjadi pekan lalu, kasus positif Covid-19 di Sumbar rata-rata di bawah 10 orang per hari dan sesekali bertambah belasan orang.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, dalam keterangan tertulis, Minggu (2/8/2020), mengatakan, lonjakan kasus dipengaruhi oleh kasus impor. Tambahan kasus baru didominasi aparatur sipil negara (ASN), tenaga kesehatan, pegawai BUMD, dan pegawai BUMN.
Bank Nagari
Jasman mengakui, salah satu BUMD yang menjadi lokasi transmisi lokal adalah Bank Nagari. Jasman tidak tahu jumlah pasti pegawai Bank Nagari yang positif Covid-19, tetapi Senin masih ada tambahan kasus positif Covid-19.
Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumbar, dari 17 orang tambahan kasus positif Covid-19, enam orang di antaranya disebutkan bekerja di bank, baik sebagai karyawan, sopir, maupun satpam.
”Seluruh pegawai Bank Nagari, termasuk petugas kebersihan, sopir, dan satpam, semuanya menjalani tes usap. Ini dilakukan supaya ada kepastian di masyarakat karena mereka melayani masyarakat,” kata Jasman.
Menurut Jasman, pegawai Bank Nagari memang punya riwayat perjalanan dari luar daerah. Namun, belum dipastikan ia tertular Covid-19 dari mana, apakah dari suami atau dari nasabah. Sumber penularan sedang ditelusuri petugas kesehatan.
Selain Bank Nagari, kata Jasman, empat dosen Universitas Andalas juga diumumkan positif Covid-19 pada akhir Juli 2020. Salah satu dosen itu punya riwayat perjalanan dari luar daerah dan diduga memicu transmisi lokal Covid-19 di tempat kerja.
Kepala Bagian Humas Bank Nagari M Riza Harry Susanto tidak menjawab terkait jumlah pegawai Bank Nagari yang positif Covid-19. Namun, melalui keterangan tertulis, Harry mengakui, ada karyawan Bank Nagari positif Covid-19.
”Kami telah melakukan sterilisasi gedung kantor selama dua hari, Sabtu-Minggu (1-2/8/2020), dan penyemprotan disinfektan gedung kantor akan dilakukan setiap hari selama masih ada karyawan yang positif (Covid-19),” kata Harry.
Harry melanjutkan, karyawan yang masuk kantor adalah karyawan yang sudah menjalani tes usap dengan hasil negatif dan layanan dilakukan dengan standar keamanan Covid-19 ketat. Seluruh karyawan Bank Nagari (Cabang Utama) di Jalan Pemuda telah dan akan diuji usap serta selama masa menunggu hasil tes karyawan tidak dibolehkan masuk kantor.
”Operasional layanan Bank Nagari kantor pusat dan cabang utama tetap berjalan dengan memanfaatkan sarana teknologi Bank Nagari. Dalam kondisi ini, kami berkomitmen tetap melayani nasabah dengan prioritas keamanan bersama,” kata Harry.
Promosi kesehatan
Epidemiolog Universitas Andalas, Defriman Djafri, berpendapat, lonjakan kasus positif Covid-19 di Sumbar pada masa normal baru bukan hal aneh. Kondisi ini sudah dapat diprediksi, apalagi dengan kondisi masyarakat yang belum siap untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan dalam mencegah penularan Covid-19.
”Kami epidemiolog tidak merasa aneh dengan lonjakan kasus ini jika tidak mau disebut gelombang kedua. Ketika kondisi di dalam daerah terkendali, ancaman paling nyata adalah kasus impor,” kata Defriman.
Terjadinya penularan Covid-19 kepada kontak erat dapat pula dimaknai sebagai kegagalan dalam mencegah penularan karena virus terlanjur menyebar. (Defriman Djafri)
Kondisi itu diperparah pula dengan adanya miskomunikasi di tengah masyarakat bahwa normal baru seolah-olah antiklimaks menuju normal. Padahal, kata Defriman, normal baru adalah upaya adaptasi atau kebiasaan baru di tengah masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan.
Menurut Defriman, Pemprov Sumbar terlalu mengandalkan kemampuan laboratorium yang mumpuni dalam memeriksa sampel Covid-19. Sementara itu, proses edukasi atau promosi kesehatan agar masyarakat disiplin menerapkan protokol kesehatan agar tidak terjadi penularan Covid-19 tidak tampak.
Di tengah masyarakat, kata Defriman, banyak kalangan yang tidak percaya dengan keberadaan Covid-19. Padahal, lonjakan kasus nyata sedang terjadi. Sementara itu, pemda terkesan menutup mata dan menganggap upaya mendisiplinkan masyarakat tidak efektif.
”Laboratorium memang bagus, tetapi ada yang luput. Seharusnya dengan pemeriksaan bagus, proses edukasi jangan putus asa. Bagaimana strategi pemerintah dalam edukasi dan promosi kesehatan, itu belum terlihat. Tidak hanya melalui poster dan billboard saja, tetapi juga bagaimana edukasi langsung kepada orang yang mengalami antiklimaks itu,” kata Defriman.
Kemudian, kata Defriman, temuan kasus positif Covid-19 dari pemeriksaan kontak erat pada satu sisi memang bisa dimaknai sebagai keberhasilan pelacakan kasus. Namun, di sisi lain, terjadinya penularan Covid-19 kepada kontak erat dapat pula dimaknai sebagai kegagalan dalam mencegah penularan karena virus terlanjur menyebar.
Sejauh ini jumlah spesimen yang telah diperiksa di Sumbar mencapai 72.981 spesimen dengan jumlah orang yang diperiksa mencapai 63.826 orang. Persentase kasus positif pada jumlah orang yang diperiksa mencapai 1,52 persen.