Untuk mengantisipasi penurunan kredit, BTN memupuk biaya pencadangan. Akibatnya, laba bersih semester I-2020 anjlok.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Laba bersih PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk pada semester I-2020 anjlok 40 persen secara tahunan. Laba bersih turun karena BTN menyiapkan rasio pencadangan yang cukup besar untuk mengantisipasi penurunan kualitas kredit akibat pandemi Covid-19.
Pada semester I-2020, BTN mencetak laba bersih Rp 768 miliar atau turun 40 persen dibandingkan dengan semester I-2019 yang mencapai Rp 1,3 triliun. Pada paruh pertama tahun ini, cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) BTN di level 107,9 persen terhadap kredit yang disalurkan, jauh di atas periode yang sama pada 2019, yakni 37,87 persen.
Pada paparn kinerja secara virtual, Senin (3/8/2020), Direktur Utama BTN Pahala N Mansury menyampaikan, pemupukan pencadangan tersebut merupakan inisiatif perseroan dalam rangka menjaga kualitas pertumbuhan bisnis pada tahun ini. Sebab, tidak ada yang bisa memastikan kapan pandemi Covid-19 berakhir.
”Dengan pemupukan pencadangan, penyaluran kredit dapat lebih ekspansif ditopang pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah wilayah dan upaya pemerintah untuk menggerakkan kembali perekonomian,” ujarnya.
BTN mencatatkan penyaluran kredit dan pembiayaan Rp 251,83 triliun pada semester I-2020 atau tumbuh 0,32 persen secara tahunan. Segmen kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi menjadi penyumbang terbesar dengan porsi 45,11 persen dari total portofolio kredit perseroan.
Sebelumnya diberitakan, pemerintah telah memberi sinyal akan memberikan subsidi bunga KPR dalam rangka menggairahkan lagi sektor perumahan di tengah pandemi Covid-19 saat ini.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menjelaskan, stimulus subsidi bunga penjaminan bukan hanya kepada kredit modal kerja, melainkan juga akan menyasar sektor perumahan.
Sektor perumahan, menurut Suahasil akan mendapat subsidi bunga dalam rangka pemulihan ekonomi nasional (PEN). Adapun subsidi bunga akan diberikan bagi para debitor KPR bank untuk rumah tipe 21 meter persegi sampai dengan tipe 70 meter persegi. Pemerintah akan bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan perbankan untuk mendata nasabah mana saja yang bisa mendapatkan subsidi.
”Terkait berapa besaran subsidi yang akan diberikan untuk nasabah, pemerintah akan berdiskusi dengan perbankan terlebih dahulu. Desain ini diharapkan bisa menggeliatkan roda perekonomian,” kata Suahasil.
Ekspektasi positif
Pahala menjelaskan, laba bersih pada semester I-2020 melebihi ekspektasi perusahaan. Laba bersih BTN ditopang pendapatan bunga bersih Rp 4,43 triliun. Adapun laba dari operasional di luar provisi Rp 1,99 triliun.
”Kami optimistis hingga akhir tahun ini target laba BTN di kisaran Rp 1,1 triliun-Rp 1,2 triliun, sejalan dengan peningkatan permintaan kredit pada Juni 2020,” katanya.
Salah satu pendorong kinerja yang membaik tahun ini adalah penurunan biaya dana bank seiring penurunan suku bunga sebesar 80 basis poin atau 0,8 persen. Sampai dengan akhir tahun ini, diperkirakan masih ada peluang penurunan 30-40 basis poin.
Penurunan biaya ini, lanjut Pahala, ditunjang penurunan suku suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang diiringi penurunan tingkat bunga Lembaga Penjamin Simpanan. ”Hal ini diharapkan bisa mendorong penurunan biaya dana, baik deposito ritel, wholesale funding, pinjaman antarbank, maupun bunga obligasi,” ujarnya.
Salah satu pendorong kinerja yang membaik tahun ini adalah penurunan biaya dana bank.
Penempatan dana
Pahala memaparkan, BTN telah menyalurkan kredit dari penempatan dana pemerintah Rp 4,4 triliun sampai dengan akhir Juli 2020. BTN mendapat dana pemerintah Rp 5 triliun dari total Rp 30 triliun yang ditempatkan pada empat bank anggota Himpunan Bank-bank Negara (Himbara).
”Kami harapkan penempatan dana dengan tingkat suku bunga kurang lebih 3,4 persen ini tentunya akan positif buat kami karena rata-rata bunga kami masih ada di atas itu,” ujarnya
Ia optimistis BTN akan mampu menyalurkan tiga kali lipat dari dana pemerintah tersebut, yakni Rp 15 triliun, sampai dengan akhir September 2020. Dana pemerintah diharapkan dapat disalurkan dalam bentuk kredit kepada masyarakat secara optimal sehingga mampu mendorong pemulihan ekonomi nasional.
”Kami berharap momentum ini bisa terus dibangun sampai dengan triwulan III dan IV tahun ini,” ujarnya.
Di sisi lain, BTN sudah melakukan restrukturisasi kredit kepada 230.000 nasabah hingga akhir Juni 2020 senilai Rp 36,4 triliun. Adapun mayoritas segmen restrukturisasi kredit yang direalisasikan adalah untuk segmen KPR.
Pahala memproyeksikan penurunan pengajuan restrukturisasi kredit oleh nasabah jika melihat pola pada Juli 2020 yang turun 50 persen dibandingkan dengan Juni 2020. ”Sementara pada Juni sudah turun 30 persen dibandingkan dengan Mei. Puncak pengajuan restrukturisasi yang kita lakukan sudah terjadi di periode April-Mei 2020,” kata Pahala.