Pelatih Davide Nicola pernah menyelamatkan Crotone dari jurang degradasi pada Liga Italia musim 2016-2017. Ia pun melakukan hal serupa pada musim ini bersama Genoa.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·3 menit baca
GENOVA, SENIN — Sesaat setelah laga di Stadion Luigi Ferraris berakhir, Pelatih Genoa Davide Nicola dikelilingi para pemainnya, Senin (3/8/2020) dini hari WIB. Pelatih berusia 47 tahun itu pun lantas dibopong dan dilemparkan ke udara. Para pemain Genoa berbahagia karena Nicola telah menyelamatkan mereka dari jurang degradasi musim ini.
Genoa tetap bertahan di Serie A pada musim depan setelah mengalahkan Hellas Verona, 3-0, pada laga terakhir di Luigi Ferraris itu. Kemenangan ini menempatkan mereka di peringkat ke-17 dengan 39 poin. Adapun tiga tim di bawah Genoa, yaitu Lecce, Brescia, dan SPAL, harus berjuang di Serie B musim depan.
Sebelum laga tersebut, Genoa masih bisa terdegradasi jika kalah dari Verona, sementara Lecce pada laga lainnya bisa mengalahkan Parma. Namun, Lecce justru kalah 3-4 dan mereka tertahan di peringkat ke-18 dengan 35 poin. Bagi Nicola, Genoa seperti telah menyelamatkan diri sebanyak dua kali pada musim ini.
”Pada awal kedatangan saya, kami bisa mengejar Lecce dan memangkas jarak dari mereka. Kami kemudian bisa menyalip Lecce dan bertahan di luar zona degradasi,” kata Nicola dikutip Football-Italia. Nicola mulai menangani Genoa pada Januari lalu untuk menggantikan Thiago Motta yang kinerjanya tidak sesuai harapan.
Sejak saat itu, Nicola meraih delapan kemenangan, empat hasil imbang, dan sembilan kekalahan. Dari 21 laga yang dijalani hingga laga kontra Verona, Genoa bersama Nicola meraih 28 poin. Mereka berhasil mendapatkan poin-poin penting dari laga sulit, seperti saat menahan imbang Fiorentina dan Atalanta.
Seperti ”deja vu”
Hasil yang dicapai di Genoa ini seperti deja vu bagi Nicola karena ia pernah mengalami hal serupa tiga tahun lalu saat melatih Crotone. Pada musim 2016-2017, Nicola berhasil menyelamatkan Crotone secara dramatis dari jurang degradasi. Aksi penyelamatan itu pun terjadi pada pekan terakhir ketika mereka bisa mengalahkan Lazio, 3-1.
Crotone pada musim itu juga finis di peringkat ke-17 setelah hampir sepanjang musim berada di zona degradasi atau peringkat tiga terbawah klasemen. Namun, kebangkitan Crotone itu terjadi pada sembilan laga terakhir mereka. Nicola berhasil membuat Crotone memenangi enam dari sembilan laga tersebut dan hanya menelan satu kekalahan melawan Juventus.
Nicola pun memenuhi janjinya untuk bersepeda sejauh 1.300 kilometer dari Crotone ke kampung halamannya di Turin. Setelah bersepeda selama sembilan hari, Nicola kemudian disambut 300 orang di Turin. ”Paling penting adalah tujuan kami bisa tercapai dan saya memegang janji saya,” katanya dikutip The Guardian.
Aksi heroiknya saat menyelamatkan Crotone itulah yang membuat Genoa tertarik untuk meminta bantuan Nicola pada musim ini. Sebagai mantan bek di klub tertua di Italia itu, Nicola langsung menyanggupi. ”Anda tidak bisa membayangkan betapa terhormatnya saya bisa menjadi pelatih untuk klub ini,” katanya.
Genoa merupakan klub keenam yang pernah dilatih Nicola. Ia mengawali kariernya sebagai pelatih pada tahun 2010 dengan menangani Lumezzane. Sebelum bergabung dengan Genoa, ia mengasah kemampuannya bersama Udinese pada musim 2018-2019.
Dihormati pemain
Sosok Nicola sangat dihormati para pemain yang merasa kepercayaan diri mereka terus tumbuh. ”Statistik tim sangat jelas. Kami bisa meraih 28 poin sejak pelatih (Nicola) datang,” kata kiper Genoa, Mattia Perin.
Pada laga kontra Verona, Perin sukses memastikan gawangnya tetap utuh dan meraih kemenangan penting ini. Ia pun semakin mantap dengan keputusannya untuk tetap bertahan di Genoa. Ia sebenarnya merupakan pemain pinjaman dari Juventus, tetapi masih ingin berada di Genoa karena memiliki lebih banyak kesempatan tampil.
Tidak hanya Perin, para pemain Genoa lainnya tampil penuh percaya diri saat melawan Verona. Antonio Sanabria mencetak dua gol dan satu gol lainnya dicetak Cristian Romero. (AFP/REUTERS)