Puluhan Ribu Warga Bolaang Mongondow Selatan Kembali Terdampak Banjir Bandang
›
Puluhan Ribu Warga Bolaang...
Iklan
Puluhan Ribu Warga Bolaang Mongondow Selatan Kembali Terdampak Banjir Bandang
Banjir bandang kedua serta tanah longsor yang melanda Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara, dalam sepekan terakhir menyebabkan 22.655 orang kehilangan tempat tinggal atau terpaksa mengungsi dari rumahnya.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Banjir bandang kedua dan tanah longsor yang melanda Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara, dalam sepekan terakhir menyebabkan 22.655 orang kehilangan tempat tinggal atau terpaksa mengungsi dari rumahnya. Badan Nasional Penanggulangan Bencana akan segera mengirim logistik bantuan.
Dalam siaran pers yang diterbitkan pada Senin (3/8/2020), Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati mengatakan, para korban banjir bandang dan tanah longsor terbagi dalam 7.046 rumah tangga. Seorang warga dilaporkan meninggal akibat kejadian ini.
Hujan deras yang merata di seluruh wilayah Bolaang Mongondow Selatan menyebabkan tujuh kecamatan terdampak. Kecamatan Bolaang Uki adalah wilayah yang warganya paling banyak terdampak, yaitu 9.715 jiwa dari 2.978 rumah tangga, disusul Pinolosian (5.980 jiwa dari 1.749 rumah tangga) dan Pinolosian Timur (3.494 jiwa dari 953 rumah tangga).
Banjir bandang itu juga menyebabkan 29 rumah hanyut tersapu air, 64 rumah rusak berat, serta 5 ruas jalan rusak, termasuk jembatan yang menghubungkan Bolaang Mongondow Selatan dengan Gorontalo. ”Akibatnya, tiga kecamatan terisolasi, yaitu Helumo, Tomini, dan Posigadan,” kata Raditya.
Sebelumnya, banjir bandang menghantam Bolaang Mongondow Selatan pada Jumat (24/7/2020). Sedikitnya 24.300 orang terdampak kejadian ini. Sekitar 7.200 rumah juga diperkirakan tergenang air yang tingginya mencapai 1,2 meter.
Pada banjir bandang pekan lalu pula, Kepala Desa Bakida Rislan Ibrahim (37) dilaporkan meninggal karena terbawa arus. BNPB belum dapat mengonfirmasi identitas warga yang tewas di banjir bandang kedua.
Menurut kajian Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (TRC BPBD) Bolaang Mongondow Selatan, banjir disebabkan luapan air dari beberapa sungai setelah hujan deras mengguyur Bolaang Mongondow Raya selama sepekan terakhir. Pada Jumat (31/7/2020) malam, hujan dengan intensitas tinggi mengguyur Bolaang Mongondow Selatan selama 3 jam.
Akibatnya, beberapa sungai besar yang meluap adalah Sungai Bolangaso, Toluaya, Salongo, Nunuka, Mongolidia, dan Sungai Milangodaa. Luapan air dari hulu pun turun ke arah pesisir di selatan kabupaten dan menghantam permukiman warga.
Raditya mengatakan, genangan air sudah mulai surut di sebagian wilayah terdampak. Namun, hujan masih kerap turun hingga Senin ini di utara Sulawesi, mulai dari area Minahasa Raya, Bolaang Mongondow Raya, hingga Gorontalo sesuai prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Karena itu, Raditya mengimbau masyarakat tetap waspada.
”Air bisa naik lagi kalau hujan deras turun lagi di Bolsel dalam kurun waktu yang panjang,” katanya.
Dalam waktu dekat, BNPB akan mengirim bantuan ke Bolaang Mongondow Selatan. Bantuan ini meliputi 25 unit tenda keluarga, 5 tenda pengungsi, 125 kasur lipat (velbed), 1.000 lembar matras, 5.000 lembar selimut, 200 paket perlengkapan bayi dan anak balita, serta 375 paket pakaian.
”Logistik akan kami drop ke dengan bantuan pesawat Express Air dan Helikopter Mi 8-MTV yang diterbangkan dari Palangkaraya (Kalimantan Tengah) ke Bandara Sam Ratulangi, Manado, pada Senin-Selasa (3-4/8/2020). Sementara, logistik dan peralatan kami simpan di Bandara Sam Ratulangi. Tujuan prioritas adalah tiga kecamatan yang terisolasi,” kata Raditya.
Sementara itu, Bupati Bolaang Mongondow Selatan Iskandar Kamaru menetapkan status darurat bencana hingga Kamis (6/8/2020). Status ini telah ditetapkan sejak 24 Juli lalu setelah banjir dan longsor pertama.
Iskandar juga menetapkan pembentukan posko di alun-alun kabupaten, di Bolaang Uki, dengan bantuan Komando Distrik Militer 1303 Kotamobagu. ”Seluruh komponen pemerintah daerah di Bolaang Mongondow Selatan bekerja sama dalam penanganan darurat bencana,” kata Iskandar.
Sementara itu, prakirawan BMKG di Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado, Ben Arther Molle, mengatakan, hujan ringan hingga lebat masih akan turun hingga sepekan ke depan. Hal ini disebabkan gelombang ekuator yang akan meningkatkan aktivitas konvektif.
Logistik akan kami drop ke dengan bantuan pesawat Express Air dan Helikopter Mi 8-MTV yang diterbangkan dari Palangkaraya (Kalimantan Tengah) ke Bandara Sam Ratulangi Manado pada Senin-Selasa (3-4/8/2020).
Akibatnya, suhu muka laut di Laut Sulawesi dan Laut Maluku menjadi hangat. Potensi penguapan air meningkat, disusul kondensasi yang membentuk awan-awan penyebab hujan.
”Sirkulasi siklonik juga terpantau di Papua yang membentuk daerah konvergensi (pertemuan angin) serta belokan angin ke Sulawesi Utara. Jadi, timbul potensi pembentukan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi,” katanya.