Pandemi Covid-19 menuntut masyarakat untuk terus berkreasi dan berinovasi, bahkan mengubah profesi menjadi pelaku usaha. Digitalisasi pun menjadi syarat mutlak bagi mereka yang kini terjun ke dunia usaha.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kondisi ekonomi yang sulit akibat pandemi Covid-19 tidak lantas membuat masyarakat yang terdampak menyerah begitu saja. Dunia bisnis kemudian dijajaki oleh mereka yang sebenarnya tidak memiliki pengalaman berusaha sebelumnya.
Digitalisasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pun dinilai telah menyangga perekonomian Indonesia dalam masa pandemi Covid-19. Bahkan, ekosistem ekonomi digital berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dalam jangka panjang.
Salah satu platform yang membantu UMKM bermigrasi ke ranah digital adalah Gojek. Melalui fitur GoFood, masyarakat yang penghasilannya terdampak pandemi kini bertransformasi menjadi pelaku usaha.
Penilaian ini merupakan hasil riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia yang dirilis pada Senin (3/8/2020). Paparan disampaikan dalam webinar ”Peran Ekosistem Gojek di Ekonomi Indonesia Saat dan Sebelum Pandemi Covid-19”.
Berdasarkan hasil riset, sepanjang Maret-Juni 2020 omzet pelaku UMKM menurun, antara lain dirasakan oleh 76 persen mitra GoFood, 62 persen social seller GoSend, dan 85 persen UMKM GoPay. Namun, GoFood dinilai menjadi pertahanan ekonomi bagi mereka yang pendapatannya terdampak pandemi.
Sejumlah 40 persen UMKM yang disurvei menyatakan baru bergabung ke GoFood saat pandemi Covid-19 atau sejak Maret 2020. Sebesar 94 persen di antaranya adalah UMKM berskala mikro dan 43 persen merupakan bisnis pemula.
Sebelumnya, para pelaku UMKM baru ini merupakan pegawai swasta (24 persen, meningkat dari 18 persen sebelum pandemi), ibu rumah tangga (22 persen), dan pengangguran (17 persen). Mayoritas mitra UMKM yang sudah bergabung di GoFood tidak memiliki pekerjaan lain.
Berada di ekosistem Gojek membuat 92 persen dari pelaku usaha yang disurvei merasa lebih cepat beradaptasi sehingga dapat terus bertahan di masa pandemi Covid-19. Mereka (90 persen pelaku usaha) pun cenderung optimistis bisa pulih dan tumbuh ke depan dengan terus menjadi mitra Gojek.
Peneliti Lembaga Demografi, Alfindra Primaldhi, mengatakan, riset ini menunjukkan peran ekosistem ekonomi digital dalam membantu UMKM, khususnya usaha mikro, untuk bertahan di masa pandemi. Salah satu adaptasi yang terjadi, mengubah usaha tradisional menjadi usaha digital.
Pelaku usaha yang disurvei pun cukup realistis melihat dampak panjang pandemi, tetapi tetap optimistis. Dengan berada dalam suatu ekosistem digital, usaha dapat tetap tumbuh ke depan dan penghasilan akan kembali seperti sebelum pandemi.
”Usaha kuliner ini menjadi sumber penghasilan alternatif bagi orang-orang yang kehilangan atau mengalami penurunan penghasilan selama pandemi. Keberadaan ekosistem ekonomi digital seperti Gojek mempermudah akses bagi pengusaha pemula,” ujar Alfindra.
Dalam hasil riset, kata Alfindra, mayoritas mitra UMKM menganggap mereka mampu beradaptasi di situasi pandemi karena berada di ekosistem Gojek. UMKM yang merasa mampu beradaptasi selama pandemi dengan menjadi mitra adalah 92 persen mitra UMKM GoFood, 97 persen mitra UMKM social seller pengguna GoSend, dan 89 persen mitra UMKM GoPay.
Dalam waktu kurang dari tiga bulan, UMKM kuliner dan nonkuliner yang baru bergabung ke ekosistem Gojek pun merasa mendapatkan keterampilan baru. Beberapa di antaranya kemampuan berjualan secara dalam jaringan (77 persen), pemanfaatan media sosial untuk bisnis (48 persen), dan kreativitas dalam pemasaran (45 persen).
”Riset ini juga mengungkapkan semangat gotong royong yang kuat di ekosistem Gojek dalam bentuk upaya saling membantu di tengah pandemi. Hampir setengah dari mitra GoFood memberikan bantuan ke pengemudi ojek daring (44 persen),” kata Alfindra.
Mitra pengemudi juga mendapatkan bantuan dari konsumen (21 persen), dari sesama mitra (5 persen), dan dari perusahaan Gojek (89 persen). Mayoritas mitra pengemudi (84 persen) mengapresiasi bantuan dari Gojek.
Efek domino
Wakil Kepala Lembaga Demografi Paksi CK Walandouw menyampaikan, pada 2019, kontribusi mitra Gojek dari lima layanan, yaitu GoRide, GoCar, GoSend, GoFood, dan GoPay, terhadap perekonomian Indonesia mencapai Rp 104,6 triliun. Apabila dihitung menggunakan metode pendapatan domestik bruto (PDB), ekosistem digital Gojek nilai produksinya setara dengan 1 persen PDB nasional.
Keberadaan Gojek di sebuah kota juga menimbulkan efek domino di sektor lain. Dampak multiplier atau kontribusi tidak langsung dari keberadaan Gojek pada ekonomi Indonesia pada tahun 2019 mencapai Rp 17,5 triliun.
Capaian ini dihitung dari selisih pendapatan UMKM di luar ekosistem Gojek. Misalnya, bengkel yang digunakan mitra pengemudi, pedagang pasar yang menjual bahan baku ke mitra GoFood sebelum dan setelah Gojek beroperasi di sebuah kota.
”Mayoritas (86 persen) UMKM di luar ekosistem Gojek seperti bengkel dan pedagang pasar mengalami peningkatan volume transaksi setelah ada Gojek di kotanya. Yang menarik adalah lebih dari sepertiga UMKM (33 persen) mengaku bisa membuka cabang usaha baru setelah ada Gojek di kotanya,” kata Paksi.
Artinya, keberadaan platform digital di sebuah kota bisa membuat roda ekonomi bergerak semakin cepat. Oleh sebab itu, digitalisasi diharapkan dapat membantu UMKM untuk bertahan, beradaptasi, dan pulih selama masa pandemi.