Bekas Kawasan Tsunami Aceh Kembali Ditanami Mangrove
›
Bekas Kawasan Tsunami Aceh...
Iklan
Bekas Kawasan Tsunami Aceh Kembali Ditanami Mangrove
Di Aceh terdapat 28.000 hektar lahan mangrove, tetapi tidak semua dalam keadaan baik. Alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak dan penebangan kayu untuk arang masih marak.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Sebanyak 2.020 batang tanaman bakau atau mangrove ditanami di sepanjang Pantai Kemukiman Ujong Pancu, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Selasa (4/8/2020). Langkah ini dilakukan sebagai upaya memulihkan kawasan pesisir yang pernah hancur karena tsunami.
Penanaman mangrove itu dihadiri Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wiratno, Pelaksana Tugas Gubernur Aceh Nova Iriansyah, aktivis lingkungan, dan warga setempat. Kegiatan itu memperingati hari mangrove dunia yang jatuh pada setiap tanggal 26 Juli. Adapun tema yang diusung tahun ini ”Jaga Mangrove untuk Bumi Kita”.
Wiratno menuturkan, di Aceh terdapat 28.000 hektar lahan mangrove, tetapi kondisinya tidak semua dalam keadaan baik. Alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak dan penebangan kayu untuk arang masih marak. ”Lebih ekstrem lahan mangrove dikonversi menjadi lahan sawit,” kata Wiratno.
Wiratno menuturkan, perusakan hutan mangrove dapat mempercepat abrasi pantai dan mitigasi gelombang pasang. Dalam kepadatan tertentu hutan mangrove dapat menjadi sabuk hijau mitigasi tsunami.
Kerusakan hutan mangrove di Aceh terjadi sejak sebelum tsunami. Saat tsunami 2004, kawasan seperti Ujong Pancu dan Lam Ujong, Kabupaten Aceh Besar, serta Alue Naga dan Tibang, Kota Banda Aceh, mengalami kerusakan.
Kerusakan hutan mangrove berdampak pada kerusakan lingkungan, seperti abrasi, terganggunya habitat burung, dan terganggu ekosistem alam. Sebagaimana diketahui, hutan mangrove merupakan benteng alam.
Hutan mangrove selain sebagai mitigasi bencana, rumah bagi ikan, juga berpotensi menjadi obyek wisata.
Pelaksana Tugas Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengatakan, replanting atau pemulihan lahan mangrove terus dilakukan. Hutan mangrove selain sebagai mitigasi bencana, rumah bagi ikan, juga berpotensi menjadi obyek wisata.
Nova mendorong warga di pesisir untuk menjaga hutan mangrove karena saat dikelola dengan baik dapat menjadi sumber pendapatan. Misalnya hutan mangrove di Kota Langsa, Aceh, menjadi salah satu destinasi wisata alam terbaik tingkat nasional.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh Muhammad Nur mengatakan, hutan mangrove yang mengalami kerusakan cukup parah berada di Kabupaten Aceh Tamiang. Kerusakan hutan mangrove di kabupaten itu disebabkan aktivitas penebangan liar untuk bahan baku arang dan pembukaan kawasan tambak.
”Kami memperkirakan 85 persen hutan mangrove di Aceh Tamiang dalam keadaan kritis. Banyak aktivitas ilegal di dalam kawasan. Pemerintah harusnya segera mengambil langkah penyelamatan,” kata Nur.