Belalang Kembara Kuasai Ladang dan Sawah di Pulau Sumba
›
Belalang Kembara Kuasai Ladang...
Iklan
Belalang Kembara Kuasai Ladang dan Sawah di Pulau Sumba
Tanaman berdaun lonjong, seperti jagung, tebu, kelapa, dan padi, menjadi sasaran mangsa koloni belalang kembara.
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
WAIBAKUL, KOMPAS — Hampir enam bulan menyerang ribuan hektar lahan pertanian di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, dua pekan lalu belalang kembara atau Locusta migratoria bergeser ke tiga desa di wilayah Lenang, Kecamatan Umbu Ratunggay, Sumba Tengah. Gerombolan belalang itu mengancam 150 ha lahan di Umbu Ratunggay dan menguasai seluruh Pulau Sumba. Koloni itu juga masih bergerilya di delapan kecamatan di Sumba Timur.
Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusa Tenggara Timur Umbu Manurara dihubungi di Waibakul, Sumba Tengah, Selasa (4/8/2020) mengatakan, penyemprotan pestisida oleh Dinas Pertanian dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumba Timur tidak mampu mengatasi belalang. Penyemprotan dilakukan siang dan malam, tetapi belum mampu mengatasi jutaan belalang itu.
”Saat pengendalian dilakukan di Sumba Timur, belalang justru lari masuk tiga desa di wilayah Lenang, Sumba Tengah. Kehadiran belalang ini juga didorong angin kencang dan panas terik sehingga belalang mencari tempat baru. Kebakaran di Kecamatan Lewa dan Kecamatan Katikutana perbatasan dengan Sumba Tengah mendorong belalang di wilayah itu terbang ke desa perbatasan,” kata Manurara.
Belalang itu masih berada di hutan, hinggap di pohon bambu dan rerumputan di desa itu. Mereka memangsa tumbuhan berdaun lonjong, seperti kelapa, bambu, tebu, alang-alang, dan tanaman lain berdaun lonjong, termasuk padi dan jagung. Namun, saat ini padi dan jagung sudah selesai dipanen.
Setelah makanan di hutan ludes dikerat, belalang akan masuk lahan sawah milik warga. Saat ini di sejumlah lokasi di Sumba Tengah warga memanfaatkan air sumur atau air sungai untuk menanam tanaman hortikultura, bumbu dapur, bahkan jagung dalam jumlah terbatas.
Di Kecamatan Umbu Ratunggay terdapat satu daerah aliran sungai (DAS), Lenang, yang dimanfaatkan warga Desa Lenang, Desa Lenang Selatan, dan Desa Ngadung Golhu. Ketiganya di Kecamatan Umbu Ratunggay yang diakses warga untuk menanam. Lahan di wilayah DAS ini yang sudah digarap petani sekitar 150 hektar. Mereka memanfaatkan air sisa DAS untuk menanam padi, jagung, dan umbi-umbian. Tanaman itu sudah berusia 2-3 tiga pekan.
”Tanaman hortikultura, seperti sawi, kol, wortel, cabe, kacang panjang, pare, terong, dan tanaman lain serupa sebagai pertahanan masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Masyarakat sangat membutuhkan dukungan dari berbagai pihak untuk mengatasi masalah ini,” kata Manurara.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumba Timur Mikael Jakalakik mengatakan, delapan kecamatan dari 22 kecamatan diserang belalang sejak Maret 2020 dan sampai hari ini masih berlangsung. Bahkan, kecamatan Kota Waingapu pun sudah diserang hama belalang.
Pekan lalu belalang masuk landasan Bandara Waingapu, tetapi tidak mengganggu penerbangan. Sekarang sebagian besar belalang sudah keluar dari wilayah Kota Waingapu.
”Sekarang sedang diserang tanaman jagung dan padi seluas 60 ha dari 120 ha di pinggiran DAS Kambaniru, pinggiran Kecamatan Kota Waingapu. Tetapi, tim penanggulangan hama belalang sudah turun ke lapangan mengatasi tanaman ini. Kami berhasil amankan sekitar 60 ha setelah bekerja siang dan malam di lapangan. Kami bekerja sambil mengenakan masker dan menjaga jarak,” katanya.
Ia mengatakan, hampir enam bulan belalang menyerang 1.400 lokasi tanaman pertanian dan kawasan hutan di delapan kecamatan di Sumba Timur. Khusus lahan pertanian sekitar 30.000 hektar rusak, terdiri dari lahan sawah 10.000 ha dan padi gogo sekitar 20.000 ha.
Sekitar 70.000 besar lahan pertanian sudah dipanen petani saat belalang muncul. Tanaman yang diserang merupakan hasil panen tersisa.