Untuk bertahan di tengah pandemi, pelaku usaha harus segera menyusun dan merealisasikan strategi baru. Pelaku usaha harus memanfaatkan segala peluang agar usaha berkembang maksimal.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
Kedatangan pandemi Covid-19 yang mendadak menuntut para pelaku usaha untuk berinovasi dan beradaptasi dengan cepat. Rencana dan strategi baru harus segera disusun guna mempertahankan keberlangsungan usaha.
Begitulah yang dilakukan Diano Eko (39), pemilik Rumah Makan Mande-Bopet Asli Minang, yang kini menjual menu dalam bentuk kemasan secara dalam jaringan (daring). Misalnya, rendang siap makan yang dijual dalam kemasan 250 gram hingga 1 kilogram serta kopi Mande yang dikemas dalam botol ukuran 1 liter.
”Sesuatu yang sebelumnya tidak pernah kami pikirkan (menjual makanan dan minuman dalam bentuk kemasan). Covid-19 ini menuntut untuk cepat beradaptasi dan kami percaya di balik ujian ini ada hikmahnya,” kata Diano saat dihubungi Kompas, Selasa (4/8/2020).
Usaha yang dimulai pada Mei 2019 dan dibuka di Mal Epiwalk, Jakarta Selatan, awalnya menyasar para pekerja kantoran sebagai konsumen. Namun, saat ada pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar di Jakarta, rumah makan pun terpaksa ditutup sementara.
Menurut rencana, kata Diano, rumah makan akan kembali dibuka pada pertengahan Agustus 2020. ”Tentunya tetap sesuai protokol kesehatan yang berlaku dan kami membatasi jumlah pengunjung yang ingin makan di tempat, dari kapasitas 50 orang kami batasi hanya 20 orang. Sekarang penjualan sudah mulai berangsur pulih,” tuturnya.
Penurunan omzet akibat pandemi Covid-19, bahkan hingga salah satu rumah makannya ditutup, tentu tidak pernah dibayangkan sebelumnya oleh Diano. Menurut dia, penjualan daringlah yang membuat usahanya dapat bertahan.
Sejak awal membuka rumah makan, Diano langsung mendaftarkan Rumah Makan Mande sebagai mitra GoFood dan GrabFood. Upaya ini dilakukan untuk memberikan kenyamanan dan menjangkau konsumen lebih luas.
”Hal yang paling terasa membantu dengan menjadi mitra adalah branding gratis. Saat orang-orang mencari makan, terutama di sekitar Kuningan dan Mampang, mereka jadi tahu ada Rumah Makan Mande,” ucap Diano yang juga berprofesi sebagai karyawan swasta.
Makanan asli Minang ini pun kini dijual secara kemasan di platform perdagangan elektronik (e-commerce), seperti Tokopedia dan Shopee. Selain itu, pemasaran dilakukan di Instagram, Facebook, dan Whatsapp untuk menjangkau mereka yang berada di rumah.
”Semua peluang harus kita coba untuk membuat usaha tetap bertahan. Saya enggak mau delapan pegawai yang sudah kerja dari awal harus kehilangan pekerjaan karena dampak Covid-19. Susah sama-sama, senang juga sama-sama,” kata Diano.
Nanda Ayu Sita (22), pemilik usaha camilan manis dengan nama BoxinAja, juga turut memanfaatkan peluang usaha secara daring. Usaha yang dimulai pada April 2020 kini sudah bermitra dengan GoFood sejak dua minggu lalu dan dengan GrabFood sejak Senin (3/8/2020).
Mahasiswa semester akhir Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia ini mengatakan, bermitra bersama platform digital tentu membantu usaha di tengah pandemi Covid-19. Terlebih, periode promo yang ditawarkan mampu menarik konsumen lebih banyak.
Sebagai contoh, pada 12 Agustus 2020 GoFood akan mengadakan promo diskon makanan. ”Saya sudah mendaftar untuk ikut promo itu dan saya coba bagikan di media sosial, ternyata banyak teman yang akhirnya jadi memesan,” ujar Nanda.
Dengan adanya layanan di platform digital, usaha yang dibangun bersama temannya, Astari Puspita Sari, kini sudah dapat menjangkau konsumen di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Ia pun berencana menekuni usaha selepas lulus dari bangku kuliah.
Gotong royong
Peneliti Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Alfindra Primaldhi, menyampaikan, ekosistem ekonomi digital yang terbangun dalam Gojek membuat para pelaku usaha bertahan di tengah pandemi. Ekosistem ini membuat orang-orang di dalamnya tergerak untuk saling membantu.
Misalnya, promo yang disediakan oleh GoFood telah mengarahkan konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan penjual. Daya beli masyarakat yang sedang menurun pun dapat ditopang melalui pemberian diskon.
Rantai ekosistem ini juga turut membantu para pengemudi ojek daring yang bertugas sebagai pengantar makanan ke konsumen. Dengan begitu, terciptalah suatu ekosistem ekonomi digital untuk menghadapi tantangan ekonomi akibat Covid-19.
”Situasi pandemi ini, kan, tantangan yang luar biasa bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sehingga harus berevolusi dari tradisional ke digital. Kuncinya, gotong royong yang akan menyelamatkan ekonomi Indonesia,” kata Alfindra.
Hasil riset Lembaga Demografi FEB UI terkait peran ekosistem Gojek di ekonomi Indonesia saat dan sebelum pandemi Covid-19 pun menunjukkan ada semangat gotong royong yang kuat di ekosistem Gojek dalam bentuk upaya saling membantu di tengah pandemi. Mitra UMKM saling bergotong royong dengan mitra pengemudi.
Mayoritas mitra GoFood (72 persen) memberikan bantuan sosial dan hampir setengahnya memberikan bantuan ke pengemudi ojek daring (44 persen). Mitra pengemudi juga mendapatkan bantuan dari konsumen (21 persen), dari sesama mitra (5 persen), dan dari perusahaan Gojek (89 persen). Mayoritas mitra pengemudi (84 persen) mengapresiasi bantuan dari Gojek.
Survei daring ini melibatkan responden dari mitra pengemudi roda dua dan empat sebanyak 44.462 orang yang dilakukan pada Mei 2020. Mencakup area Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Bali, DIY Yogyakarta, dan DKI Jakarta.
Sementara survei kepada mitra UMKM GoFood dilakukan terhadap 8.249 orang. Survei daring dilakukan pada Juni 2020 yang mencakup wilayah Jakarta, Boogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya.