Mobilitas Cerdas Dapat Dikelola dan Mengintegrasikan Data
›
Mobilitas Cerdas Dapat...
Iklan
Mobilitas Cerdas Dapat Dikelola dan Mengintegrasikan Data
Mobilitas cerdas menjadi salah satu solusi bertransportasi kala pandemi. Warga bisa memprediksi perjalanannya dengan bantuan data-data.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi covid-19 merupakan momen yang tepat untuk mengelola mobilitas warga. Pengelolaan dapat dilakukan dengan mengintegrasikan data-data supaya warga bisa bepergian dengan aman.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyarankan warga menghindari kontak jarak dekat, tempat tertutup, dan kepadatan manusia. Alhasil transportasi menjadi salah satu momok menakutkan terpapar Covid-19. Lantas bagaimana cara supaya transportasi menjadi aktivitas yang aman?
Sebagian kalangan menilai, integrasi data mobilitas antarmoda termasuk bersepeda dan jalan kaki memungkinkan warga mengelola perjalanannya. Dari situ warga dapat terhindar dari perjalanan yang tidak perlu. Hal ini disampaikan Direktur Institute for Transportation and Development Policy Asia Tenggara Faela Sufa dalam diskusi daring ”Smart Mobility: Safe Mobility Based on Social Distancing Protocols”, Selasa (4/8/2020).
Contohnya ialah informasi tentang perjalanan multimoda, waktu tempuh, akurasi jadwal transportasi publik, dan kepadatan di titik transit. Data-data itu berguna untuk mengatur waktu keberangkatan dan memilih moda yang tepat. ”Data penting, terutama untuk penyusunan kebijakan transportasi supaya tepat sasaran, untuk rencana dan rancangan desain teknis serta untuk pengalaman dan media advokasi warga,” ucap Faela.
Tren mobilitas di perkotaan saat pandemi dengan kendaraan menurun karena penutupan dan pembatasan. Walakin, seiring pelonggaran kembali meningkat bahkan terjadi kemacetan dan kepadatan. Tidak heran kepadatan dan kemacetan pada jam-jam tertentu sulit dihindari. Itu terjadi lantaran belum tersedia satu data mobilitas beserta metode ukurnya.
Sosiolog bencana dari Nanyang Technological University, Singapura, Sulfikar Amir Sulfikar, dalam Webinar Lapor Covid-19 tentang Transportasi Publik Sudah Aman atau Masih Berisiko, Kamis (18/6/2020), menuturkan, virus korona jenis baru menyebar sangat cepat di daerah perkotaan, terutama transportasi umum. Penyebabnya ialah tingkat kepadatan, aktivitas orang, dan pendingin ruangan.
”Semakin padat ruang kota, semakin cepat virus menyebar. Demikian juga aktivitas warga yang semakin tinggi. Sementara di dalam ruangan dengan pendingin ruangan, Covid-19 menyebar 40 persen lebih cepat daripada di luar ruangan,” ujar Sulfikar.
Kondisi itulah yang terjadi di transportasi publik, seperti kereta atau bus, yang padat dan dalam kondisi tertutup dengan pendingin ruangan. Alhasil, virus menyebar dengan cepat karena jarak antarpenumpang minim.
Faela mencontohkan pembatasan kapasitas angkutan umum hanya 75 persen yang masih berlangsung. Pembatasan memungkinkan sepeda sebagai moda alternatif alih-alih kendaraan pribadi yang justru menambah kemacetan.
Pergeseran ke moda sepeda sebagai perjalanan awal dan akhir membutuhkan setidaknya data pengguna kendaraan pribadi. Sayangnya, belum ada data pasti jumlah pengguna kendaraan pribadai. Padahal, data itu penting untuk mendorong warga beralih ke sepeda. Data memungkinkan pengembangan jalur sepeda, jumlah sepeda, ketersediaan tempat parkir, hingga sarana pendukung lainnya.
Contoh lainnya ialah data pengguna transportasi umum dalam radius 1 kilometer dari stasiun atau halte. Data itu penting untuk pengembangan layanan. Menurut Faela, Transjakarta bisa menjangkau 80 persen penduduk DKI Jakarta karena penggunaan data untuk pengembangan rute dan armada terintegrasi. ”Bahkan, ITDP Brasil mendata presentase penduduk bisa mengakses fasilitas kesehatan terdekat dengan berjalan kaki selama 30 menit,” katanya.
Data Analyst Jakarta Smart City, Nuzulul Khairu Nisa, menambahkan, pandemi ini merupakan saat yang tepat mendorong moda transportasi berkelanjutan dan ramah lingkungan sebagai pilihan utama warga. Setidaknya ada enam upaya yang sudah berlangsung, yaitu transportasi terintegrasi, tiket daring, peminjaman sepeda, parkir eletronik, dan area parkir.
Salah satu contohnya, kerja sama Jakarta Smart City dengan Waze, paltform digital perjalanan. Waze menampilkan peta berisi informasi titik-titik kemacetan lalu lintas sehingga memungkinkan pengguna jalan memilih jalur alternatif.