Perusahaan Teknologi Maksimalkan Layanan ke Titik Perhentian Angkutan Umum
›
Perusahaan Teknologi...
Iklan
Perusahaan Teknologi Maksimalkan Layanan ke Titik Perhentian Angkutan Umum
Perusahaan berbasis teknologi informasi memaksimalkan layanan transportasi jarak pendek. Sejumlah fitur baru dimunculkan untuk menyesuaikan kebutuhan warga.
Oleh
ADITYA DIVERANTA/SHARON PATRICIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebutuhan layanan transportasi jarak pendek ke titik perhentian angkutan umum makin besar. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan fitur layanan angkutan sebuah perusahaan berbasis teknologi informasi. Titik tujuan itu paling banyak dituju pengguna fitur belakangan ini.
Gojek Indonesia, perusahaan berbasis teknologi informasi, menilai penggunaan fitur ojek daring atau GoRide beriringan dengan layanan moda angkutan umum. Pihak manajemen Gojek memaparkan jumlah perjalanan layanan GoRide menuju perhentian angkutan umum adalah yang terbanyak sejak 2019.
Data itu disampaikan Gojek Indonesia dalam webinar ”Gojek dan Masa Depan Integrasi Antar-Moda Transportasi Publik di Jabodetabek”, Selasa (4/8/2020), yang menyebutkan. ”Sejumlah fitur transportasi, seperti GoRide, menyambungkan rute perhentian halte atau stasiun yang sebelumnya jauh dari rumah. Pada masa pandemi Covid-19, perjalanan dari dan menuju stasiun kereta juga cukup banyak dilakukan warga wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek),” kata Raditya dalam sesi webinar, Selasa siang.
Survei internal Gojek juga memperlihatkan ada 11 stasiun yang menjadi lokasi paling sering untuk perjalanan di Jabodetabek. Lokasi tersebut meliputi Stasiun Bekasi, Stasiun Tanah Abang, Stasiun Manggarai, Stasiun Tebet, Stasiun Palmerah, dan Stasiun Rawa Buntu. Selain itu, ada Stasiun Bogor, Stasiun Gondangdia, Stasiun Kebayoran, Stasiun Depok Baru, serta Stasiun Gambir.
Dengan sejumlah lokasi tersebut, Raditya memandang, Gojek sebagai moda penghubung awal dan akhir perjalanan (first mile-last mile) akan semakin tumbuh seiring perkembangan infrastruktur transportasi kota. Dia menyebutkan, perjalanan dengan fitur transportasi dari dan menuju perhentian angkutan umum tumbuh 46 persen setiap tahun sejak 2019.
Gojek pun menyasar para pengguna angkutan umum dengan fitur GoTransit, yakni fitur integrasi sejumlah moda transportasi untuk destinasi tertentu. Misalnya, menggabungkan fitur GoRide dengan rute angkutan bus Transjakarta, kereta, yang biasa digunakan oleh kaum pelaju.
”Inisiatif GoTransit tersebut dilakukan untuk berkolaborasi dengan operator transportasi umum dan pemerintah agar pengalaman bertransportasi tidak ada gangguan lagi. Dari aplikasi, misalnya, kami turut merekomendasikan rute dengan jumlah transit paling sedikit dan ada pembaruan informasi seputar Covid-19,” ucapnya.
Inisiatif mempermudah perjalanan juga dilakukan lewat titik jemput di setiap perhentian angkutan umum. Warga dapat menggunakan fitur GoRide Instan untuk mendapatkan ojek daring lewat pencocokan kode tertentu secara tatap muka sehingga tidak perlu waktu lama saat pesan kendaraan.
Kemudahan serupa di angkutan umum juga dilakukan oleh perusahaan serupa Grab Indonesia. Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi menuturkan, fitur untuk memesan mitra pengemudi secara langsung telah ditawarkan lewat fitur GrabNow sejak 2017 (Kompas, 2/4/2020).
Di tengah pengembangan sejumlah fitur tersebut, baik Gojek maupun Grab Indonesia mendukung pengadaan shelter perhentian bagi pengojek daring di lokasi keramaian. Gojek, misalnya, menyediakan shelter dengan pemeriksaan suhu pengendara serta penyemprotan cairan disinfeksi untuk helm dan kendaraan.
Manfaat integrasi
Data Badan Pusat Statistik pada 2019 menunjukkan, alasan utama konsumen tidak beralih menggunakan transportasi publik disebabkan oleh waktu tempuh yang lama (36,6 persen). Ada pun alasan lain, yaitu tidak praktis (34,9 persen), jauhnya akses ke kendaraan umum (8,4 persen), dan biaya lebih mahal (7,1 persen).
Meski begitu, hasil survei Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) pada Juni 2020 menyatakan, sebesar 66,03 persen pengguna aktif transportasi publik akan tetap menggunakannya setelah pandemi usai. Sebesar 45 persen di antaranya juga sudah memfungsikan ojek daring sebagai solusi perjalanan dari tempat asal ke transportasi umum dan dari transportasi umum ke tempat tujuan.
Sekretaris Jenderal MTI Harya S Dillon menyampaikan, integrasi angkutan umum akan memberikan kemudahan bagi pengguna dan mengurangi ketergantungan kendaraan pribadi. Untuk itu, perlu ada peningkatan kenyamanan dalam membayar, informasi rute dan jadwal yang tepat, serta biaya perjalanan yang efektif.
Membangun integrasi angkutan umum, kata Harya, tidak hanya persoalan fisik yang penting, tetapi perlu ada penyesuaian tarif, keuangan, dan kelembagaan. Pengalaman bagi pengguna juga menjadi penting untuk memberikan kemudahan konsumen saat berpindah moda angkutan secara sistem.
”Maka, melalui integrasi transportasi publik, kompetisi yang sehausnya terjadi itu bukan antar-angkutan umum, melinkana antara angkutan umum dengan kendaraan pribadi. Salah satunya, perlu ada biaya kompetitif antara tiket transportasi umum dengan biaya kendaraan pribadi, termasuk bahan bakar dan parkir,” ucapnya.