Ubah Strategi Kampanye, Banyuwangi Fokus Tumbuhkan Disiplin Keluarga
›
Ubah Strategi Kampanye,...
Iklan
Ubah Strategi Kampanye, Banyuwangi Fokus Tumbuhkan Disiplin Keluarga
Pemkab Banyuwangi mengubah strategi kampanye pencegahan penularan dan penyebaran Covid-19. Kampanye tak lagi bertumpu pada pemerintah daerah, tetapi menumbuhkan disiplin keluarga.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·4 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mengubah strategi kampanye pencegahan penularan dan penyebaran Covid-19. Kampanye tak lagi bertumpu pada pemerintah daerah, tetapi menumbuhkan disiplin keluarga.
Hingga Selasa (4/8/2020) pagi, Dinas Kesehatan Banyuwangi mencatat ada 70 kasus positif Covid-19. Sebanyak 50 kasus dinyatakan sembuh, 3 orang meninggal, dan 17 lainnya masih dalam perawatan.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, perubahan strategi kampanye ini didasari pada efektivitas dan efisiensi upaya pencegahan penularan dan penyebaran Covid-19. Disiplin keluarga dirasa paling tepat karena sebagai komunitas kecil bisa saling menjaga dan mengingatkan.
”Saat ini kami mencoba melakukan kampanye pencegahan penularan Covid-19 berbasis keluarga. Pemerintah akan tetap turun tangan melalui kegiatan dasawisma, PKK, dan posyandu. Namun, kuncinya ada pada disiplin keluarga,” ujar Anas ketika ditemui di Banyuwangi, Selasa.
Anas mencontohkan, kampanye tentang perilaku hidup bersih dan sehat, bahaya Covid-19, gejala Covid-19, protokol kesehatan, dan lainnya akan disampaikan oleh pemerintah daerah melalui kegiatan dasawisma, PKK, dan posyandu. Nantinya, ibu-ibu rumah tangga yang akan menyampaikan dan mendisiplinkan suami, anak-anak, dan anggota keluarga lainnya di rumah.
Strategi tersebut, lanjut Anas, diharapkan lebih efektif. Pasalnya, keluarga sebagai komunitas paling kecil dan erat bisa saling mengingatkan dan saling menjaga.
Anas mengaku mendapat laporan bahwa dari 70 kasus, sebanyak 37 kasus karena riwayat perjalanan, 27 kasus karena kontak erat, dan sisanya masih dalam penyelidikan. Melalui kampanye berbasis keluarga, Anas berharap keluarga bisa saling mengingatkan agar anggota keluarga tidak bepergian keluar kota dulu.
”Keluarga juga harus mengingatkan untuk selalu menerapkan protokol kesehatan. Keluarga adalah komunitas yang paling peduli terhadap kesehatan anggota keluarga lainnya. Kalau tidak saling peduli, bisa jadi kita sendiri jadi korbannya,” imbuh Anas.
Kasus riwayat perjalanan memang masih mendominasi tingginya penularan kasus Covid-19 di Banyuwangi. Saat ini, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga tengah memikirkan cara paling efektif untuk menjaga daerah perlintasan.
Jalur perjalanan darat menjadi jalur yang paling riskan terjadi ”kebocoran”. Pasalnya, penjagaan di perbatasan keluar-masuk Banyuwangi sudah tidak lagi ketat, bahkan sebagian ditutup. Hanya pintu masuk dari bandara, pelabuhan, dan jalur kereta api yang masih ketat dengan persyaratan minimal tes cepat (rapid test).
Anas mengatakan, pihaknya akan mencoba kembali mengampanyekan kepada warga agar tidak melakukan perjalanan ke luar kota. Para sopir dan kurir lintas kabupaten juga diminta lebih berhati-hati.
”Saat pelonggaran sudah dilakukan di mana-mana, apakah efektif mengontrol perbatasan? Saat awal pandemi, pembatasan sosial sangat ketat sehingga sedikit yang melakukan perjalanan sehingga masih mudah pengawasan di perbatasan. Namun, sekarang ratusan kendaraan masuk per jam. Kami akan kaji langkah apa yang paling efektif menjaga perlintasan,” tuturnya.
Salah satu penerapan pencegahan berbasis keluarga sudah dilakukan oleh keluarga Dyah Nita, warga Lingkungan Klatak, Kalipuro, Banyuwangi. Ia sudah membiasakan anak balitanya menggunakan masker apabila keluar rumah.
”Saya bahkan berani melarang mertua saya datang dari Surabaya ke Banyuwangi. Ini saya lakukan untuk menjaga kesehatan keluarga kami di Banyuwangi dan juga mengurangi potensi mertua saya tertular selama perjalanan Surabaya-Banyuwangi pergi-pulang,” ujarnya.
Keluarga merupakan kelompok yang bisa saling menjaga dan mengingatkan.
Nita mengaku setuju dengan konsep pencegahan penularan Covid-19 berbasis keluarga. Menurut dia, keluarga merupakan kelompok yang bisa saling menjaga dan mengingatkan. Selain itu, risiko keluarga menjadi risiko masing-masing pribadi karena ruang lingkupnya yang kecil.
Pada Minggu (2/8/2020), untuk pertama kalinya, penambahan kasus harian Covid-19 di Banyuwangi mencatatkan 12 kasus dalam sehari. Ini menjadi rekor penambahan terbanyak harian di Banyuwangi.
Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi dr Widji Lestariono mengungkapkan, dari penambahan 12 kasus tersebut, enam orang diketahui memiliki riwayat perjalanan luar kota maupun kontak erat dengan orang dari luar kota.
Widji pun berharap warga tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan dan menahan diri tidak bepergian ke luar kota. Pasalnya, sebagian besar kasus positif Covid-19 berhubungan dengan riwayat perjalanan luar kota.
”Dari penambahan 12 kasus, ada sopir logistik rute Bali dan juga sopir yang baru pulang dari mengirim barang ke Sidoarjo. Selain itu, ada empat orang yang baru melakukan perjalanan dari Sidoarjo, Probolinggo, ataupun kontak erat dengan kerabat asal Surabaya,” ujar Widji.