”Aku mau mengungkap keterbatasan manusia. Seperti apa, sih, ketika dikungkung dan bagaimana melepaskan diri dari situ,” kata sutradara Mhyajo.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI
·5 menit baca
Dongeng Timun Mas adalah kisah pengantar tidur yang diwariskan turun-temurun dari zaman dulu. Cerita rakyat ini tetap hidup di zaman orang-orang menonton—tak lagi sekadar mendengar—cerita melalui gawainya. Keterbatasan akibat pandemi Covid-19 turut memengaruhinya.
Alkisah, Timun Mas adalah seorang anak yang lahir dari buah mentimun berwarna keemasan. Tentu saja, dari situlah namanya berasal. Anak lincah ini diasuh Mbok Srini, yang sudah lama mendamba anak. Sosok Raksasa mengabulkan harapan Srini, dengan syarat tertentu.
Srini harus ”mengembalikan” si anak kepada Raksasa ketika sudah dewasa. Srini yang sudah kadung menganggap Timun Mas sebagai anak sendiri tak rela melepasnya. Begitu juga sebaliknya, Timun Mas emoh direbut Raksasa, dan berjuang sekeras mungkin menyelamatkan dirinya.
Kita mungkin sudah akrab dengan cerita itu sejak masih kanak-kanak, yang dituturkan orangtua ataupun nenek setiap menjelang tidur. Kini, cerita itu hadir di kanal Youtube Indonesia Kaya secara gratis selama tujuh hari, mulai Kamis (30/7/2020) hingga Kamis malam besok. Durasinya ringkas, 14 menit saja.
Penyajiannya tak sekadar penuturan verbal, tapi juga lengkap dengan gerak tari dan lagu. Ya, kisah Timun Mas ini dialihrupakan menjadi drama musikal garapan bersama Boow Live dan Indonesiakaya.com. Timun Mas merupakan lakon kedua rangkaian program #MusikalDiRumahAja.
Timun Mas masa kecil diperankan aktris Neona, sedangkan ketika dewasa diperankan Karina Salim. Tokoh Mbok Srini diperankan Galabby Thahira, sedangkan Si Raksasa oleh Zack Lee. Masih ada enam karakter lain yang masing-masing dimainkan oleh Gerardo Tanor (sebagai Penjaga Pinjaman 756), Lil’li Latisha (Peri Hutan Kalathea), Palka Kojansow (Penjaga Pinjaman 777), Putri Indam Kamila (Peri Hutan Dandelion), dan Tanayu Djanuismadi (Ratu Peri Hutan).
Namanya musikal, penonton disuguhi dengan tarian dan juga nyanyian. Namun, karena ini adalah drama musikal yang disiarkan, ada unsur-unsur film yang disisipkan, seperti penataan komposisi gambar. Sutradara dan penulis naskah Mhyajo menata aspek teaterikalnya, sementara sutradara Bona Palma mengurusi aspek filmnya. Aldhan Prasatya menata musik dan mengomposisi lagu berdasarkan naskah. Kostum yang ciamik ditata oleh Muthiara Rievana.
Tantangan panggung sempit
Uniknya, tayangan musikal Timun Mas ini menggunakan format vertikal, atau meninggi. Bahasa teknisnya adalah skala layar 9:16. Kalau film pada umumnya, kan, disajikan melebar. Tujuannya adalah agar tontonan ini nyaman disimak lewat layar telepon genggam ataupun tablet. Jadi, kalau terpaksa menonton di layar laptop atau televisi, ada ruang kosong hitam di sisi kanan dan kiri layar.
Pemilihan format itu memberi konsekuensi tersendiri. Menurut Bona, dia harus mengakali komposisi gambar pada layar sempit. ”Menyempitkan layar menjadi 9:16 berpotensi menghilangkan banyak informasi, tapi di situlah tantangannya,” kata Bona.
Akal-akalan Bona berjalan mulus. Dia berhasil menyusun gambar yang indah, misalnya pada adegan menjelang akhir ketika Timun Mas kecil dan dewasa bertemu dalam satu bingkai. Kamera perlahan menjauh (zoom out) memperlihatkan si Timun Mas kecil berlipat ganda makin banyak.
Adegan ”aksi” kejar-kejaran antara Raksasa Dunia dan Timun Mas dewasa juga terlihat dramatis. Kamera bergerak ke kiri ketika menyoroti wajah Timun Mas yang seolah berlari ke kanan, dikuntit Raksasa. Adegan ini diletakkan di area bawah layar, lalu dirangkai dengan arah sebaliknya yang dipasang di atas layar.
Hampir semua adegan diimbuhi grafis animasi. Hal itu memungkinkan karena sejatinya pengambilan gambar berlangsung di depan layar biru. Sebagian besar akting pemerannya dilakukan sambil duduk di atas kursi kubus putih tanpa sandaran.
Kursi yang berdimensi sekitar 50 cm x 50 cm x 50 cm itu ibarat panggung tempat mencurahkan ekspresi. Sutradara Mhyajo punya alasan kuat mengapa menggunakan kursi—juga format layar sempit—itu sebagai panggung. ”Aku mau mengungkap keterbatasan manusia. Seperti apa, sih, ketika dikungkung dan bagaimana melepaskan diri dari situ,” kata Mhyajo.
Bagikan energi
Kungkungan yang dia maksud adalah penafsirannya atas aturan pembatasan sosial di masa pandemi Covid-19 ini. Dia merasa, manusia perlu beradaptasi dengan keterbatasan. ”Kalau berakting, menari kanan-kiri depan-belakang seperti biasa, kok, seperti tidak ada unsur adaptasinya. Aku harus mencari energi, yang selama ini ada di panggung, namun sekarang hilang untuk sementara waktu,” ujarnya.
Pengerjaan drama musikal virtual ini berlangsung antara April dan Juni 2020 atau ketika pembatasan sosial tengah dijalankan. Dampak yang paling terasa adalah semua pembahasan dilakukan lewat internet, mulai dari penggodokan naskah hingga reading antar-pemain. Pengambilan gambar sembilan pemainnya tak bisa dilakukan berbarengan sekaligus.
Beberapa pemain berlatih sebelumnya dibatasi layar gawai di rumah masing-masing. Hal itu awalnya cukup menyulitkan mereka. ”Aku kesulitan mengambil energi dari lawan main karena tidak bertemu secara langsung. Mbak Mya bilang untuk menerima saja (kondisi seperti itu). Alih-alih mengambil energi, kenapa tidak memberikan energi kepada yang lain,” kata Putri Indam Kamila yang berperan sebagai Peri Hutan Dandelion.
Zack Lee, Si Raksasa, juga awalnya merasa kebingungan. ”Aku skeptis, bagaimana mungkin bisa berakting lewat Zoom. Tapi, Mya berhasil menggiring kami melalui proses-proses itu. Sekarang, aku merasa, kami telah mencapai sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain. Ini adalah pengalaman berharga, life-changing bagiku,” kata Zack.
Hingga Selasa (4/8/2020) sore, tayangan ini telah ditonton lebih dari 162.000 kali. Sementara lakon pertama program #MusikalDiRumahAja berjudul Malin Kundang ditonton sebanyak 250.000 kali. ”Kami senang melihat antusiasme dan semangat dari penikmat seni dengan suguhan inspiratif dan edukatif ini,” kata Renitasari Adrian, Program Director Indonesiakaya.com.
Lakon berikutnya yang bakal ditayangkan mulai Kamis besok pukul 20.00 adalah Rara J, dari naskah yang ditulis Titien Wattimena. Pekan-pekan berikutnya bergantian akan ditayangkan lakon Sangkuriang, Bawang Merah Bawang Putih, dan Lutung Kasarung.
Timun Mas, dalam naskah, punya banyak trik melepaskan diri dari kungkungan Raksasa. Semestinya, hal itu juga terjadi pada kita, ya….