Canberra kini jadi sasaran Beijing dan Washington. China mengancam memboikot impor dari Australia, AS mengenakan tarif bea masuk impor untuk baja Australia. PM Morrison mengingatkan tanggung jawab kedua negara itu.
Oleh
kris mada
·2 menit baca
CANBERRA, RABU — Australia mengingatkan Amerika Serikat dan China soal tanggung jawab khusus mereka sebagai negara besar. Beijing dan Washington diminta menghormati hukum internasional dan menyelesaikan perselisihan secara damai.
Peringatan itu disampaikan Perdana Menteri Australia Scott Morrison kala berpidato di Aspen Security Forum. Morrison menyampaikan pidato secara daring dari Canberra pada Selasa (4/8/2020) malam dalam forum keamanan tahunan yang diselenggarakan Aspen Institute di Colorado, AS.
Morrison mengatakan, Beijing dan Washington mempunyai tanggung jawab untuk menjalankan aturan bersama yang membangun komunitas internasional. ”Di masa kini, hal itu berarti menghormati hukum internasional dan penyelesaian perselisihan secara damai, termasuk sengketa dagang. Hal itu berarti komitmen pada interaksi ekonomi yang berdasar pada aturan, bukan pemaksaan atau pemunduran dari hukum internasional seperti yang sedang terjadi,” tuturnya.
Morrison mengatakan, China adalah mitra dagang utama Australia dan berperan penting bagi perekonomian Indo-Pasifik. Kebangkitan ekonomi China tentu diikuti peningkatan tanggung jawab. ”China berperan dalam meningkatkan stabilitas kawasan dan global,” ujarnya.
Morrison juga menyebut Indo-Pasifik sebagai pusat persaingan. Ketegangan meningkat karena adanya klaim wilayah. Laju modernisasi militer seperti saat ini di kawasan tidak pernah terjadi sebelumnya. Kawasan juga menyaksikan ekonomi menjadi senjata satu negara terhadap negara lain.
”Masyarakat internasional dalam tekanan. Beberapa pihak resah dengan pelemahan tatanan global yang berdasar aturan. Wajar. Kita ingin hubungan internasional berdasar aturan dan norma, bukan pemaksaan politik dan ekonomi,” tutur Morrison.
Morrison tidak secara khusus menyebut suatu negara terkait pemaksaan politik atau penggunaan ekonomi sebagai senjata. Hal yang jelas, Canberra kini jadi sasaran Beijing ataupun Washington. Beijing mengancam memboikot aneka impor bernilai ratusan miliar dollar AS per tahun karena Canberra kerap mengkritik China.
Di sisi lain, meski berstatus sebagai salah satu sekutu utama, Australia juga termasuk negara dalam daftar pengenaan tambahan bea masuk impor baja ke AS.
Keseimbangan Indo-Pasifik
Morrison juga menekankan pentingnya keseimbangan jangka panjang di Indo-Pasifik. Bangsa-bangsa di kawasan diajak lebih bersatu. Canberra mewujudkan hal itu, antara lain, lewat perjanjian dagang dengan Indonesia. Dengan India, Australia menyepakati Kemitraan Strategis Menyeluruh. Sementara dengan Jepang, Kemitraan Strategis Khusus ditambah dengan kerja sama bidang antariksa.
Pada 2019, Australia bergabung dengan 24 negara untuk peningkatan hubungan serta kerja sama keamanan, ekonomi, dan pendidikan. Australia dinyatakan juga semakin erat berhubungan dengan ASEAN. ”Semua jejaring itu sangat penting, untuk perdagangan, ilmu pengetahuan dan teknologi, pertahanan dan keamanan,” ujar Morrison.
Di sisi lain, meski mempersoalkan perlombaan senjata di kawasan, Australia juga ikut dalam pacuan itu. Hal itu tergambar dalam rencana pertahanan Australia 2020. Morrison menyebut rencana bernilai 270 miliar dollar Australia untuk periode 10 tahun itu sebagai penguatan utama Angkatan Bersenjata Australia (ADF).
”Kami membangun kemampuan angkatan bersenjata, menajamkan fokus di kawasan, meningkatkan kemampuan untuk menggentarkan musuh,” ujarnya.
Media Australia, Sidney Morning Herald, menyebut bahwa Canberra antara lain menyiapkan 7 miliar dollar Australia untuk perang antariksa, 15 miliar dollar Australia untuk pertahanan sibernatika. Selain itu, akan dibelanjakan pula 55 miliar dollar Australia untuk angkatan darat, 65 miliar dollar Australia bagi angkatan udara, dan 75 miliar dollar Australia untuk sektor maritim. Akan ada pula 50 miliar dollar Australia untuk mengembangkan kemampuan industri pertahanan nasionalnya. (AFP/REUTERS)