Kepri Butuh Tambahan Alat dan Analis untuk Tes PCR Massal
›
Kepri Butuh Tambahan Alat dan ...
Iklan
Kepri Butuh Tambahan Alat dan Analis untuk Tes PCR Massal
Target waktu pemeriksaan spesimen selama dua hari di Kepri sulit dicapai karena laboratorium di Batam kekurangan alat dan analis.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kepulauan Riau mengadakan tes reaksi rantai polimerase (PCR) massal di Tanjung Pinang sejak 1 Agustus 2020. Namun, target waktu pemeriksaan spesimen selama dua hari sulit dicapai karena laboratorium di Batam kekurangan alat dan analis.
Lembaga di Kepri yang bertanggung jawab melakukan uji PCR adalah Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Batam. Sampai sekarang, mereka hanya mengandalkan dua real time PCR Bio-Rad CFX-9 bantuan Singapura yang diberikan pada pertengahan April.
Kepala BTKLPP Kelas I Batam Budi Santosa, Rabu (5/8/2020), mengatakan, masih ada 350 spesimen yang menunggu uji laboratorium. Jumlah itu sudah menurun dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang mencapai 800 spesimen. Keterbatasan alat dan analis membuat petugas harus lembur agar target pemeriksaan selama dua hari tetap bisa dicapai.
Dua alat PCR di BTKLPP Batam hanya bisa digunakan untuk mengetes maksimal 200 spesimen per hari. Padahal, sampel usap pasien yang dikirim dari Tanjung Pinang bisa mencapai lebih dari 350 per hari. Jumlah sampel pasien diperkirakan terus meningkat karena pelacakan kontak masih berjalan di tengah terus menanjaknya kasus positif di kota itu.
Mengacu pada data itu, kapasitas pemeriksaan PCR di Kepri hanya sekitar 1.400 sampel per pekan. Jumlah itu di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 1 orang per 1.000 penduduk per pekan. Dengan jumlah penduduk Kepri 2,14 juta jiwa, seharusnya pasien yang diperiksa menggunakan metode PCR minimal 2.140 orang per pekan.
Budi mengatakan, kendala lain yang dihadapi adalah keterbatasan analis. Saat ini, hanya ada 15 analis di BTKLPP Batam dari idealnya minimal 22 orang. Pada waktu normal, ketika tidak ada tes PCR massal, para analis itu setiap hari bekerja selama delapan jam ditambah lembur empat jam. Namun, pada kondisi darurat, waktu kerja mereka akan bertambah menjadi 16 jam sehari.
”Itu kami sudah kelebihan pekerjaan sebetulnya. Untuk meringankan kerja analis, kami mempekerjakan orang lain untuk mengurus penerimaan sampel (usap) dan pembongkaran spesimen,” kata Budi.
Lonjakan kasus
Lonjakan kasus Covid-19 di Kepri terjadi pada 30-31 Juli. Pada periode itu, jumlah pasien bertambah 111 orang. Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kepri menunjukkan, hingga 4 Agustus, terdapat 498 kasus positif. Sebanyak 324 pasien sembuh, 155 pasien masih dirawat, dan 19 pasien meninggal.
Tes PCR massal di Tanjung Pinang dilakukan setelah Gubernur Kepri Isdianto dinyatakan positif Covid-19 pada 31 Juli. Sebelum dinyatakan positif, Isdianto baru saja dilantik menjadi gubernur oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara Jakarta pada 27 Juli. Selang sehari kemudian, ia kembali ke Tanjung Pinang dan menggelar sejumlah acara perayaan bersama warga, tokoh masyarakat, dan sejumlah pejabat daerah.
Dari hasil tes PCR massal yang digelar di Tanjung Pinang, diketahui sudah ada 13 pegawai Pemprov Kepri yang positif Covid-19. Sampai saat ini, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kepri masih membuka pelayanan pengambilan sampel usap gratis di Rumah Sakit Umum Daerah Raja Ahmad Tabib.
Lewat pernyataan tertulis, Sekretaris Daerah Kepri Arif Fadillah mengatakan akan memberikan tambahan empat analis untuk BTKLPP. Selain itu, pemprov juga akan memberikan insentif bagi analis BTKLPP yang jam kerjanya belakangan menjadi berlipat ganda. Sejak tiga hari belakangan, Rumah Sakit Khusus Infeksi Covid-19 di Pulau Galang juga ikut membantu pemeriksaan spesimen di Kepri. Kepala RS Galang Kolonel Khairul Ihsan Nasution mengatakan, kapasitas uji di laboratorium mereka 150-250 sampel per hari.