Di tengah gencatan senjata saat Idul Adha, serangan mematikan melanda penjara di Afghanistan. Taliban mengaku tidak terlibat. Kabul tidak sepenuhnya percaya.
Oleh
Editor
·3 menit baca
Di tengah gencatan senjata saat Idul Adha, serangan mematikan melanda penjara di Afghanistan. Taliban mengaku tidak terlibat. Kabul tidak sepenuhnya percaya.
Kekerasan demi kekerasan tiada berhenti melanda Afghanistan. Pada hari yang seharusnya masih berlaku gencatan senjata antara Pemerintah Afghanistan dan kelompok Taliban, Minggu (2/8/2020) malam, pun kekerasan menghampiri negara itu. Sebuah serangan bom bunuh diri disusul baku tembak—koresponden The New York Times di Afghanistan melaporkan, baku tembak berlangsung 20 jam—membuat sebuah penjara di kota Jalalabad, sekitar 115 kilometer sebelah timur Kabul, luluh lantak. Sedikitnya 39 orang tewas, termasuk sekitar 10 penyerang, 50 orang lainnya luka-luka, dan hampir 400 narapidana di penjara tersebut kabur.
Kekerasan itu terjadi pada hari ketiga gencatan senjata yang dicanangkan kelompok Taliban sejak Jumat (31/7/2020) guna menghormati hari raya Idul Adha. Juru bicara politik Taliban, Suhail Shaheen, menegaskan, pihaknya tak terlibat dalam serangan itu. Kelompok militan lain, Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), mengklaim bertanggung jawab. Sehari sebelumnya, pejabat Afghanistan mengumumkan membunuh komandan senior NIIS di Nangarhar (Kompas.id, 3/8/2020).
Insiden itu mengingatkan, meski di dua negara asal kemunculannya telah mati, NIIS masih berbahaya di negara lain, termasuk Afghanistan. Kelompok militan itu dikenal dengan nama NIIS di Provinsi Khorasan (ISKP) dengan basis pendukung dan pusat operasi di Provinsi Nangarhar, wilayah yang beribu kota Jalalabad. Di permukaan, NIIS merupakan pihak lain di luar Taliban yang berkonflik dengan Pemerintah Afghanistan. Ketiga pihak itu bertempur satu sama lain dalam memperebutkan kontrol atas wilayah tertentu. Tidak hanya antara Pemerintah Afghanistan dan Taliban ataupun pasukan Kabul melawan NIIS, tetapi tak jarang Taliban versus NIIS.
Inilah salah satu wajah kompleksitas konflik di Afghanistan. Ketika Pemerintah Afghanistan dan Taliban gencatan senjata, NIIS kerap menelikung lewat serangan mematikan. Tahun 2018, dalam gencatan senjata pertama antara Kabul dan Taliban, NIIS juga melancarkan serangan bom bunuh diri di Nangarhar, menewaskan sekitar 40 orang. Kompleksitas berikutnya muncul saat pejabat Afghanistan curiga, Taliban dan kelompok Haqqani kerap ”memainkan jubah” NIIS dalam melancarkan berbagai serangan. Saat aksi teror mereka tidak sejalan secara politik, kata Menteri Dalam Negeri Afghanistan Massoud Andarabi, mereka mengubah nama di bawah ISKP.
Tuduhan ini ditepis Taliban. Seperti dikemukakan mantan Kepala Dewan Provinsi Nangarhar Ahmad Ali Hazrat di media Afghanistan, Tolo News, di luar Taliban dan NIIS, ada kelompok militan lain, seperti Lashkar-e-Taiba dan Jaish-e-Mohammad. Begitu banyak kelompok teroris yang harus dihadapi Pemerintah Afghanistan. Ibarat andai satu kelompok diikat dengan perundingan damai, kelompok lain beroperasi bebas. Upaya damai harus diupayakan dengan semua elemen anak bangsa itu walau berat, rumit, dan butuh waktu panjang.