logo Kompas.id
RUU Cipta Kerja Versus Petani
Iklan

RUU Cipta Kerja Versus Petani

RUU Cipta Kerja memiliki sejumlah bahaya dalam mengatur sumber daya alam dan pertanahan. Sebaiknya perancangnya menggunakan masa reses ini untuk secara sungguh-sungguh melihat dampak liberalisasi agraria yang terjadi.

Oleh
Dewi Kartika
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/9bXBfikpHc3UI8lhRFnRIVFoM2E=/1024x660/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F09%2F20190924Bah4_1569302022.jpg
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Mahasiswa dan petani yang tergabung bersama Aliansi Tani Jawa Timur berunjuk rasa memperingati Hari Tani Nasional di depan Gedung DPRD Jawa Timur, Surabaya, Selasa (24/9/2019). Beberapa tuntutan mereka kepada pemerintah adalah agar menyelesaikan konflik agraria di Jawa Timur, menghentikan segala upaya dan proses kriminalisasi petani, serta tunda pembahasan dan pengesahan RUU Pertanahan.

Meski saat ini sedang reses, DPR dan pemerintah tetap membahas Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja. Semestinya reses digunakan untuk kunjungan ke daerah pemilihan untuk menyerap aspirasi langsung masyarakat. Berbeda dengan sejumlah RUU lain yang sering terbengkalai, tampaknya DPR bersikukuh membahas RUU Cipta Kerja ini.

Merujuk ke sejumlah pasal, omnibus law akan membahayakan sendi ekonomi kerakyatan, khususnya petani dan masyarakat perdesaan yang masih tersisa. Sebab, menempatkan tanah dan sumber daya alam sebagai barang dagangan. Padahal, dengan rendahnya taraf hidup masyarakat perdesaan dewasa ini, pilihan menjual tanah menjadi lebih terdorong.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000