Kandidat juara NBA musim ini, LA Lakers, kalah lagi. Dua kekalahan dari empat laga terakhir itu disebabkan inkonsistensi penampilan tim, terutama Anthony Davis.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
ORLANDO, KAMIS — Los Angeles Lakers lagi-lagi menunjukkan inkonsistensi di lini serang ketika dikalahkan Oklahoma City Thunder, 86-105, pada Kamis (6/8/2020) WIB, di Orlando. Mesin skor Lakers, Anthony Davis, hanya menyumbang 9 poin dalam kekalahan itu. Sementara itu, pemain Lakers lain tidak mampu menutupi buruknya performa Davis.
Point guard Thunder, Chris Paul, mendominasi laga dengan raihan 21 poin, 7 rebound, dan 6 asis. Poin yang dicetak Paul merupakan yang terbanyak di laga ini, melebihi duet megabintang Lakers, LeBron James (19 poin) dan Anthony Davis (9 poin).
Sebenarnya Thunder bermain tidak terlalu istimewa. Begitu pun dengan Paul. ”Kami hanya mencoba tetap mengikuti rencana pelatih. Kami mencoba tidak memberikan tembakan bebas sebanyak mungkin. Intinya hanya membuat mereka kesulitan,” ucap Paul, selepas laga, kepada ESPN.
Penyebab kekalahan Lakers justru berada dalam diri sendiri. Akurasi skuad asuhan Frank Vogel itu sangat rendah, hanya 35,2 persen, dengan akurasi tembakan tiga angka yang mengkhawatirkan, 13,5 persen.
Lakers hanya berhasil memasukkan 5 dari 37 lemparan tiga angka. Persentase akurasi tembakan itu adalah yang terendah bagi mereka sepanjang musim ini. Padahal, banyak lemparan terbuka bagi para pemain Lakers dalam 48 menit melawan Thunder.
Menurut James, mereka masih sering membuat keputusan yang buruk saat menembak. ”Pilihan tembakan kami buruk. Tetapi, ada hal yang baik, pertahanan kami tampak kuat. Kami memaksa Thunder hanya berhasil memasukkan 43 persen tembakannya,” ucapnya yang sempat mendapatkan technical foul akibat aksi berlebihan dari bangku cadangan.
Salah satu permasalahan terbesar Lakers karena penampilan Davis jauh di bawah standar. Dia yang bermain selama 29 menit bahkan tidak mampu mencetak poin hingga dua digit. Sang power forward hanya memasukkan 3 dari 14 lemparannya.
Padahal, Davis baru saja tampil ”menggila” saat Lakers menggilas Utah Jazz di pertandingan sebelumnya. Dia menghasilkan double-double 42 poin dan 12 rebound yang membuat timnya kokoh di puncak klasemen Wilayah Barat.
Statistik menunjukkan, performa Davis sangat fluktuatif dalam empat pertandingan terakhir. Berturut-turut, dia mencetak, 34 poin (Clippers), 14 poin (Raptors), 42 poin (Jazz), dan 9 poin (Thunder). Jarak poin yang terlalu jauh itu memperlihatkan sang kandidat pemain bertahan terbaik ini belum berada di kondisi terbaik.
Inkonsistensi performa Davis bisa dibilang memengaruhi hasil Lakers. Sebab, dia adalah mesin skor bagi tim. Musim ini, James lebih berperan sebagai penyuplai bola dibandingkan dengan eksekutor. Karena itu, peran Davis begitu krusial.
Kekalahan dari Thunder membuat rekor Lakers menjadi 2 kali menang dan 2 kali kalah selama di ”gelembung” Orlando. Tren inkonsisten mereka selalu berulang. Menang dalam satu pertandingan, kemudian kalah di pertandingan berikutnya. Rekor itu tentu kurang baik bagi tim yang menargetkan juara musim ini.
Lakers terlihat belum menemukan ritmenya. Mereka terus menciptakan rekor buruk di Orlando. Selain mencatatkan akurasi tiga angka terburuk hari ini, mereka juga menjadi satu-satunya tim yang mencetak rata-rata di bawah 100 poin per laga setelah liga dimulai kembali.
Pelatih Lakers Frank Vogel mengatakan, setiap pertandingan masih sangat penting meskipun timnya sudah menyegel unggulan pertama Wilayah Barat, pada laga sebelumnya. Hanya saja, timnya masih ”meraba” permainan di Orlando. ”Kami sedang membangun kebiasaan. Setiap kami bermain, kami sebisa mungkin menciptakan kemenangan untuk menemukan ritme,” katanya.
Bagi Thunder, kemenangan ini membuat mereka mengambil peringkat ke-5 milik Houston Rockets. Di sisa empat pertandingan, Paul dan rekan-rekan masih berpeluang menerobos peringkat ke-3. (AP)