Infodemi Melemahkan Ketahanan Warga Melawan Pandemi
›
Infodemi Melemahkan Ketahanan ...
Iklan
Infodemi Melemahkan Ketahanan Warga Melawan Pandemi
Warga kelimpungan menghadapi pagebluk. Banjir informasi atau infodemi menyulitkan mereka memilah antara kabar bohong dan kabar benar.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pagebluk tak kunjung terkendali. Sejak awal, warga sudah bingung karena banjir informasi yang salah dan menyesatkan. Situasi semakin sulit tatkala penanganan pandemi minim melibatkan partisipasi warga. Karena itu, laju penularan sulit dikendalikan.
Halimah, kader Dasa Wisma RW 005 Kelurahan Kalibata, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, bingung harus berbuat apa saat ada kasus positif Covid-19 di permukiman mereka, Maret 2020. Saat itu gugus tugas tingkat rukun warga baru terbentuk sehingga belum ada pembekalan dan pelatihan terkait pagebluk.
”Belum ada pengarahan, sudah ada warga positif Covid-19. Bingung harus bagaimana. Warga khawatir dan takut. Apalagi banyak informasi dari grup percakapan dan berita yang aneh-aneh,” ucap Halimah dalam diskusi daring ”Suara Dari Zona Merah Pandemi” oleh Medecins Sans Frontieres atau Dokter Lintas Batas, Kamis (6/8/2020).
Situasi itu membuat permukiman menjadi tidak kondusif. Warga sampai pada pemikiran bahwa jika terpapar virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19 berarti meninggal. ”Warga panik, menjauh, dan menutup akses jalan sekitar rumah. Seakan-akan warga di sekitar situ (kasus positif Covid-19) hantu,” ujarnya.
Aksi pertama gugus tugas tingkat rukun warga ialah meredam salah informasi tentang Covid-19 agar pasien dan keluarga mendapatkan dukungan untuk pemulihan. Caranya adalah dengan memanfaatkan pembagian bansos untuk langsung berdialog dengan warga. Isi dialog, antara lain, menyuarakan penggunaan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, dan keluar rumah seperlunya. Selain itu, hindari kabar burung tentang Covid-19 serta mengarahkan ke petugas kesehatan dan berwenang untuk informasi lebih jelas.
Berdasarkan data di laman https://corona.jakarta.go.id pukul 17.00, ada 15 kasus positif Covid-19 di Kelurahan Kalibata. Jumlah itu termasuk penambahan satu kasus per hari ini. Ketua RW 005 Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, Muchtar Lutfi menambahkan, pengurus warga harus memilah-milah informasi yang beredar supaya tidak terjadi kesimpangsiuran di antara warga. Informasi-informasi yang valid dari sumber resmi tersebut disebarluaskan kepada warga melalui grup-grup percakapan.
”Saking takutnya warga sampai swadaya tutup akses masuk pakai kayu, balok, dan ban. Untungnya perlahan-lahan mengerti dan saling mendukung pasien positif Covid-19,” kata Lutfi. Kebingungan membuat warga memilih informasi sesuai seleranya walaupun sangat berbahaya. Hasilnya hari-hari ini protokol kesehatan belum dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Sinam Sutarno dari Jaringan Radio Komunitas Indonesia mencontohkan kasus pedagang pasar positif Covid-19. Warga boleh saja panik. Walakin pedagang pasar biasa saja karena motif ekonomi. ”Turun ke lapangan ternyata problem setiap daerah berbeda-beda. Sulit menjelaskan kepada warga tentang Covid-19. Misalnya kata pandemi, tidak semua orang paham. Namun, begitu disebut pagebluk, orang Jawa paham ada kisah di masa lalu,” ucap Sinam.
Dari situ Jaringan Radio Komunitas Indonesia memproduksi pesan suara yang mudah dicerna oleh warga. Salah satunya pesan suara hasil alih informasi Covid-19 keluaran Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Pesan itu melibatkan anak-anak dengan menggunakan bahasa yang sederhana.
Deputy Medical Coordinator Dokter Lintas Batas Dirna Mayasari menuturkan, memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan memakai sabun saja tidak cukup tanpa bertanya apa yang warga tahu dan rasakan saat mendengar terkait Covid-19.
Ada temuan penting saat ke Kalibata untuk berdialog dengan warga setempat terkait situasi dan kondisi pagebluk. Informasi tentang Covid-19 sudah tersebar di berbagai media komunikasi dan warga sama sekali tidak memahami. Warga juga lelah dengan informasi yang beredar.
Di sisi lain, warga ingin terlibat langsung dalam pencegahan Covid-19. Tidak sekadar mendapatkan instruksi. ”Warga ingin menangani pandemi Covid-19. Tidak semata-mata hanya edukasi Covid-19, tetapi juga membangun kapasitasnya,” kata Dirna.