Pilkada segera datang. Pertanyaan terbesar adalah untuk siapa sebenarnya pilkada diselenggarakan? Apakah untuk warga masyarakat di wilayah tertentu, Tangerang Selatan, misalnya? Atau untuk kepentingan partai politik? Kejayaan pribadi? Keuntungan ekonomi pengusaha tiap-tiap wilayah?
Media kerap mengungkapkan bahwa peran para pengusaha ini perlu kita perhatikan karena potensial menjadi pencetus ”korupsi” pejabat daerah.
Kita, yang menjadi pemilih, sebagian besar tidak tahu apa, siapa, dan bagaimana kiprah, kualitas, dan perangai para calon kepala dan wakil kepala daerah ini karena mereka ”jauh” dari diri kita. Kita hanya diharapkan memenuhi kewajiban sebagai ”warga negara yang baik” untuk ikut menyukseskan pilkada.
Kita juga lebih baik memilih karena kalau menjadi ”golput”, pernah dinyatakan ”haram”. Akan tetapi, manfaat yang sesungguhnya bisa didapat warga dalam aktivitas ini tidak pernah jelas. Paling-paling nantinya hanya bisa mengikuti debat antarcalon lewat tayangan televisi.
Di Tangerang Selatan ada sekilas informasi mengenai calon tertentu karena mungkin ”tak sengaja dan tak bisa dihindari” telah menjerumuskan sejumlah warga ke dalam kerumunan yang melanggar protokol kesehatan.
Di negeri lain, para calon kepala dan wakil kepala daerah bersafari menemui para calon pemilihnya, membeberkan masalah-masalah yang mereka tengarai dan mengajukan gagasan solusinya apabila kelak mereka terpilih. Memang ada janji-janji yang mungkin saja tidak sepenuhnya bisa direalisasikan. Namun, setidaknya, kita bisa ”mengenal” mereka lebih dari sekadar memandangi poster dan spanduk bergambar wajah-wajah ayu, tampan, berikut gelar-gelar akademis dan religius mereka.
Suatu hal yang kiranya penting untuk diinformasikan adalah gambaran tentang ”prestasi yang pernah mereka raih” sebagai figur sosial dan ”bukti-bukti kontribusi positif” yang pernah mereka berikan untuk wilayah sasaran agar kita sedikit tahu tentang ”kualitas” profesionalisme kerja dan ”kelekatan hati” mereka terhadap daerah pilihnya. Sungguh lucu dan tidak nyaman bilamana kita memilih penguasa wilayah yang kenal pun tidak dengan lingkungan kehidupan yang akan diayomi. Ayo!
Zainoel B Biran
Pengamat Sosial, Ciputat Timur, Tangerang Selatan
Kisah Wisuda
Saat pandemi, berbagai acara wisuda dibatalkan karena harus patuh pada protokol kesehatan. Berbagai upaya dilakukan untuk menyiasati.
Ada perguruan tinggi yang menyelenggarakan acara wisuda unik melalui drive thru. Wisudawan yang sudah pakai toga lengkap turun dari becak, motor, atau lainnya. Kemudian ”kuncir”-nya dipindahkan oleh rektor yang berdiri di teras gedung. Rektor juga menyerahkan ijazah dan foto bersama. Walaupun lebih bersifat seremonial, acara wisuda sangat ditunggu wisudawan dan keluarganya.
Semoga lembaga pendidikan semakin inovatif dalam kegiatan belajar-mengajar ataupun saat wisuda.
Titi Supratignyo
Tangerang Selatan
Alat Rusak
Sebagai pelanggan dan anggota ACE Hardware sejak 1996 #AR00053197, saya kecewa dengan layanan perbaikan alat Fogging Machine Portable Krisbouw 2000G.
Alat itu dalam kondisi baik. Namun, pada awal Maret patah di koneksi tabung gas karena salah putar waktu memasang tabung gas.
Tanggal 22 Maret saya ke Service Centre ACE Hardware di Living World Cinere, dijanjikan akan dihubungi tentang ada/tidaknya suku cadang. Informasi suku cadang ini rutin saya tanyakan, tetapi jarang dijawab.
Pada 3 Juli, saya menyempatkan diri ke Service Centre, ternyata alat belum diperbaiki. Alat akhirnya saya ambil kembali karena pihak Service Centre tidak bisa memberikan kepastian perbaikan,
Wiriawan, Ong
Bungur, Jakarta 10610