Suhu Rendah di Malang Diperkirakan Berlangsung hingga Pertengahan September
›
Suhu Rendah di Malang...
Iklan
Suhu Rendah di Malang Diperkirakan Berlangsung hingga Pertengahan September
Suhu udara di Malang Raya sempat menyentuh angka 14,2 derajat celsius. Penyebabnya, siklus gerak matahari dan tekanan udara di belahan bumi selatan yang rendah.
Oleh
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Suhu dingin melanda Malang Raya, Jawa Timur, sepekan terakhir. Pada dini hari, suhu bahkan bisa mencapai 14,2 derajat celsius. Suhu dingin ini diperkirakan masih akan berlangsung hingga pertengahan September mendatang.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Kelas II Malang Anung Suprayitno, Kamis (6/8/2020), mengatakan, penurunan suhu udara ini berkaitan dengan siklus gerak matahari.
Saat ini posisi matahari berada di belahan bumi utara. ”Suhu selama bulan Agustus masih rendah, mulai ada peningkatan di September seiring siklus gerak edar matahari yang sudah berada di atas khatulistiwa. Ini siklus tahunan,” ujarnya.
Sementara di sisi lain, tekanan udara di bumi bagian selatan lebih tinggi dari bagian utara. Hal ini menyebabkan pola sirkulasi angin bertiup dari Benua Australia ke Asia atau dari selatan ke utara. Seperti diketahui, saat ini Australia sedang mengalami musim dingin sehingga angin yang bertiup di Indonesia juga dingin dan kering.
Berdasarkan data yang tercatat di Kantor BMKG Stasiun Klimatologi Kelas II Malang, temperatur paling rendah mencapai 14,2 derajat celsius pada malam hari. Memasuki puncak musim kemarau, suhunya akan semakin menurun.
Menurut BMKG, penurunan temperatur sebenarnya sudah berlangsung sejak Mei atau saat memasuki musim kemarau. Namun, saat itu, masih ada awan sehingga suhunya tidak begitu terasa menusuk tulang.
”Kemarin sebenarnya juga ada perawanan yang menyebabkan suhu lebih hangat. Awan menjadi semacam ’selimut’ karena bisa memantulkan sinar matahari. Sementara jika kondisi langit bersih dari awan, maka akan terasa lebih dingin,” katanya.
Menurut Anung, kondisi temperatur yang ada sekarang sebenarnya masih kalah dingin dibandingkan tahun lalu yang suhunya sempat tembus 12-13 derajat celsius.
”Ukurannya untuk menentukan dingin atau tidak kalau daerah-daerah di lereng gunung, sudah ada frozen (embun beku) berarti suhu lebih dingin dari biasanya,” ucapnya.
Adapun kondisi tiupan angin masih normal. Kecepatan angin akan naik saat memasuki pancaroba dari musim kemarau ke musim hujan Oktober nanti.
Kerispati (32), salah satu warga Desa Pesanggrahan, Kecamatan Batu, Kota Batu, menuturkan, suhu udara dalam beberapa hari ini cenderung lebih hangat dibandingkan akhir Juli lalu. ”Sekitar Idul Adha kemarin suhunya dingin sekali, tetapi tidak berkabut. Di wajah terasa kaku,” ucapnya.
Akibat suhu dingin, Kerispati sengaja mengurangi aktivitas di luar ruangan. ”Untuk mandi, misalnya, anak saya yang masih bayi terpaksa hanya diseka pakai handuk hangat. Tidak berani memandikan,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Mujianto, mengatakan, suhu dingin berpengaruh terhadap dunia pertanian. Ngadas merupakan desa yang posisinya paling tinggi di lereng Gunung Semeru di wilayah Kabupaten Malang.
Menurut Mujianto, tanaman kentang bisa layu akibat terkena embun yang beku. Untuk mengantisipasi hal itu, petani setempat biasa menyiramkan air ke tanaman kentang sebelum matahari terbit. ”Tujuannya untuk mencairkan embun yang beku,” katanya.