Menjadi penguasa di Liga Italia belum tentu membuat Juventus mudah merebut trofi Liga Champions Eropa. Tim yang tampil kurang meyakinkan bersama Pelatih Maurizio Sarri itu dituntut membalas kekalahan dari Olympique Lyon.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
TURIN, KAMIS — Setelah merayakan gelar juara Liga Italia beruntun yang kesembilan, Juventus masih punya pekerjaan rumah yang harus dituntaskan. ”Si Nyonya Besar” kembali coba membawa dominasi mereka ke level Eropa, dimulai dengan menjamu Lyon pada laga kedua babak 16 besar Liga Champions Eropa di Stadion Allianz Turin, Sabtu (8/8/2020) pukul 02.00 WIB.
Selama sembilan musim terakhir, Juventus begitu perkasa di Italia. Sulit bagi tim-tim Italia lainnya untuk mengjungkirkan Juventus dari singgasananya di Serie A. Pada musim 2019-2020, misalnya, Juventus tetap merebut scudetto atau gelar juara Serie A meskipun beberapa tim, seperti Inter Milan, Lazio, dan Atalanta, mulai ”trengginas”.
Namun, keperkasaan itu selalu berhenti di level domestik dan Juventus belum meraih trofi kompetisi mayor Eropa lagi sejak musim 1995-1996 ketika mereka menjuarai Liga Champions. Kesuksesan di Eropa tidak kunjung tiba meski sejak musim 2018-2019 Juventus sudah memiliki Cristiano Ronaldo yang berhasil mengantar Real Madrid empat kali menjuarai Liga Champions.
Bahkan, pada laga pertama babak 16 besar musim ini, Lyon berhasil mengalahkan Si Nyonya Besar, 1-0. Juventus langsung mendapat tugas berat untuk membalikkan keadaan. Jika melihat Lyon baru saja memaksa Paris Saint-Germain untuk mengakhiri laga final Piala Liga Perancis dengan babak adu penalti pada akhir Juli lalu, Juventus wajib waspada.
Lyon kalah dari PSG pada laga final itu, tetapi membawa pulang modal berharga untuk melanjutkan pertarungan di Liga Champions ini. Apabila berhasil menyingkirkan Lyon pada babak 16 besar ini, jalan di depan Juventus masih terjal.
Mereka akan menghadapi Real Madrid atau Manchester City yang juga bertarung pada laga lainnya, Sabtu dini hari nanti. Real, sang juara La Liga Spanyol musim ini, kembali menemukan iramanya bersama Pelatih Zinedine Zidane, sedangkan City sangat berambisi merebut trofi Liga Champions setelah gagal mempertahankan gelar juara Liga Primer musim ini. Tidak ada pilihan yang mudah bagi Juventus.
Gagal melaju ke babak perempat final setelah merayakan gelar juara Liga Italia sembilan musim beruntun akan membuat reputasi Sarri dipertanyakan.
Sarri Belum aman
Situasi ini membuat Pelatih Juventus Maurizio Sarri dalam posisi yang tidak aman. ”Gagal melaju ke babak perempat final setelah merayakan gelar juara Liga Italia sembilan musim beruntun akan membuat reputasi Sarri dipertanyakan,” tulis La Gazzetta dello Sport.
Sudah menjadi rahasia umum jika manajemen Juventus sudah mencarikan calon pengganti Sarri. Mantan pelatih Tottenham Hotspur, Mauricio Pochettino, dikabarkan menjadi salah satu calon pengganti. Pelatih Juventus sebelum Sarri, Massimiliano Allegri, juga dikabarkan bisa dipanggil lagi.
Meskipun belum pernah juara, Allegri setidaknya dua kali membawa Juve ke final, yaitu pada 2015 dan 2017. Adapun Pochettino membawa Spurs ke final Liga Champions pada musim lalu.
Keraguan terhadap Sarri sudah muncul sebelum Liga Italia musim ini tuntas. Juventus belum tampil konsisten dan menjuarai musim ini dengan catatan yang buruk. Bahkan, Si Nyonya Besar dikalahkan AS Roma, 1-3, pada laga terakhir di Turin.
Rasa takut
Seusai dikalahkan Roma, Sarri mengatakan bahwa bagus bagi mereka untuk memiliki sedikit rasa takut saat menghadapi Liga Champions. Rasa takut ini akan merangsang tim untuk tampil lebih baik lagi.
”Saya yakin laga nanti akan menjadi pelecut semangat dan kami akan tampil dengan mentalitas yang sepenuhnya berbeda,” kata Sarri.
Dari segi fisik, para pemain Juventus sudah cukup beristirahat, apalagi Ronaldo yang sengaja tidak dimainkan pada laga kontra Roma. Salah satu kerugian yang bisa dialami Juventus pada laga nanti adalah tidak bisa memainkan Paulo Dybala yang masih berjuang memulihkan cedera.
Pelatih Lyon Rudi Garcia mengatakan, Juventus di tangan Sarri masih tetap tim yang berbahaya. ”Kita bisa mengatakan bahwa Juventus musim ini bermain lebih buruk dari sebelumnya, tetapi mereka tetaplah tim terkuat,” kata Garcia dikutip Football-Italia.
Keputusan penghentian total Liga Perancis musim ini akibat pandemi juga membuat Garcia cemas ketika ajang Liga Champions tiba. Juventus dan tim-tim Italia lainnya masih punya kesempatan berlaga dan mengembalikan irama tim, sedangkan Lyon baru menjalani satu laga resmi melawan PSG di final Piala Liga Perancis. Dalam hal ini, Juventus lebih siap. (AFP)