Pemkot Tegal Umumkan 28 Kasus Baru, Mayoritas Tenaga Kesehatan
›
Pemkot Tegal Umumkan 28 Kasus ...
Iklan
Pemkot Tegal Umumkan 28 Kasus Baru, Mayoritas Tenaga Kesehatan
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Tegal mengumumkan penambahan 28 kasus positif di daerahnya. Sebanyak 24 di antaranya tenaga kesehatan. Gubernur Jateng minta semua daerah tetap waspada dan gencarkan tes.
Oleh
KRISTI UTAMI/ADITYA PUTRA PERDANA
·5 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Tegal, Jawa Tengah, mengumumkan penambahan kasus positif di wilayahnya, Jumat (7/8/2020). Dari 28 kasus baru, 24 kasus adalah tenaga kesehatan. Kasus positif ini bagian dari data yang sebelumnya telah dirilis Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Kamis (6/8/2020).
Setelah bungkam beberapa hari terakhir, Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal akhirnya mengumumkan penambahan kasus positif baru di daerahnya. Jumlah kasus baru yang diumumkan pada Jumat petang 28 orang.
Wakil Wali Kota Tegal Muhamad Jumadi menyebutkan, dari 28 orang yang terkonfirmasi positif tersebut, 14 orang merupakan warga Kota Tegal. Adapun lainnya merupakan warga luar kota.
Dari 28 orang tersebut, 24 orang merupakan petugas kesehatan yang terdiri dari dokter umum, dokter gigi, perawat, petugas gizi, petugas laboratorium kesehatan, petugas farmasi, dan bidan. Asal penularan terhadap para tenaga medis ini masih diselidiki. Sementara pelayanan di puskesmas atau rumah sakit tempat para tenaga kesehatan itu bekerja tetap berjalan seperti biasa.
”Pada Kamis (30/7/2020), Gubernur (Ganjar Pranowo) mengirimkan mobil pemeriksaan rantai reaksi polimerase (PCR) ke sini dan melakukan tes kepada 64 orang. Dari jumlah tersebut, ada tiga orang yang terkonfirmasi positif Covid-19,” kata Jumadi dalam jumpa pers di pendopo Balai Kota Tegal, Jumat.
Menindaklanjuti tiga orang yang terkonfirmasi positif itu, pemerintah setempat melakukan tes usap lanjutan kepada 715 orang lainnya. Tes lanjutan itu digelar pada Sabtu-Kamis (1-6/8/2020).
Dari seluruh tes yang digelar sejak Kamis pekan lalu, diketahui 28 orang terkonfirmasi positif, 418 negatif, dan 335 orang masih menunggu hasil laboratorium. Adapun dua dari tiga orang yang dinyatakan positif dalam tes pada Kamis pekan lalu, sempat mengajukan tes ulang. Dari tes ulang di dua rumah sakit berbeda, dua orang tersebut dinyatakan negatif Covid-19.
Tidak usah terlalu khawatir dan takut berlebihan, yang paling penting tetap patuhi protokol kesehatan. Walaupun zona hijau, kita harus menganggap bahwa kita zona kuning untuk kehati-hatian. (Jumadi-Wakil Wali Kota Tegal)
Menurut Jumadi, para pasien positif tersebut saat ini diisolasi mandiri di rumahnya masing-masing. Sebab, tidak ada satu pun dari mereka yang memiliki gejala Covid-19.
”Saya tekankan kepada masyarakat, tidak usah terlalu khawatir dan tidak usah terlalu takut berlebihan, yang paling penting tetap patuhi protokol kesehatan. Walaupun zona hijau, kita harus menganggap bahwa kita zona kuning untuk kehati-hatian,” ucap Jumadi.
Sejak 4 Juli 2020, Pemerintah Kota Tegal mengklaim bahwa di wilayahnya tidak ada penambahan kasus positif Covid-19, pasien dalam pengawasan, dan orang dalam pemantauan. Menurut Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono, hal itu terjadi berkat penerapan melakukan isolasi wilayah dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kendati demikian, Pemkot Tegal tidak akan menerapkan kembali isolasi wilayah ataupun PSBB dengan alasan ingin terus menggerakkan roda perekonomian.
Dihubungi secara terpisah, anggota Komisi IX bidang kesehatan dan ketenagakerjaan Dewan Perwakilan Rakyat RI Dewi Aryani mendorong Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Tegal untuk melacak dan mengetes seluruh kontak pasien yang terkonfirmasi positif. Untuk mengoptimalkan pengetesan, Dewi akan mengajukan permintaan bantuan berupa reagen dan alat PRC keliling.
”Reagen kit dan alat PCR ini penting untuk memperluas jangkauan pengetesan. Mengingat, jumlah kasus positif Covid-19 di Kota Tegal dan sekitarnya masih terus meningkat,” kata Dewi, yang terpilih dari daerah pemilihan Jateng 9,meliputi Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, dan Kota Tegal.
Dewi menilai, peningkatan jumlah kasus di Kota Tegal dan sekitarnya dipicu oleh masih rendahnya kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan. Tak hanya itu, mobilitas orang dari daerah episentrum Covid-19 yang tidak terkontrol juga membuat potensi penyebaran Covid-19 semakin besar.
Di Kota Semarang, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, sejak pekan lalu, Pemprov Jateng melakukan tes usap kepada sekitar 500 orang di Kota Tegal. Saat ini, pihaknya masih menunggu sekitar 200 hasil tes lagi. Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Jateng, hingga Jumat pagi, tercatat 26 kasus positif.
Ganjar mengatakan, dirinya telah berkomunikasi dengan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tegal. ”Kami dorong agar Kota Tegal ditata kembali. Waspada lagi. Kuatkan tim, kemudian (penanganan) sosial berjalan dan tes jangan berhenti, tetapi ditambahi. Kami bantu,” katanya.
Ketika ditanya terkait sikap Pemkot Tegal, Ganjar menuturkan mereka bukan menutup-nutupi. ”Mungkin mereka merasa Kota Tegal sudah hijau. Merasa tenang, lalu mungkin tak mengetes. Kemarin juga sempat izin mau bubarkan gugus tugas. Saya bilang jangan dulu,” katanya.
Mungkin mereka merasa Kota Tegal sudah hijau. Merasa tenang, lalu mungkin tak mengetes. Kemarin juga sempat izin mau bubarkan gugus tugas. Saya bilang jangan dulu. (Ganjar Pranowo-Gubernur Jateng)
Selain Kota Tegal, lanjut Ganjar, Pemprov Jateng juga membantu pelaksanaan tes sejumlah daerah lain, seperti Kabupaten Jepara, Banyumas, dan Wonogiri. Selain itu, Kabupaten Wonosobo juga meminta bantuan viral transport medium (VTM) dan pihaknya menyanggupi.
Terkait ketersediaan reagen kit di Jateng, Ganjar mengatakan, sejauh ini masih mencukupi. ”Sampai tadi malam cukup, tetapi saya minta Kepala Dinas Kesehatan siap-siap beli atau minta bantuan. Pokoknya sebulan ini saya prediksi masih dinamis. Jadi, semua jangan ayem-ayem. Enggakboleh. Kejar terus,” ucap Ganjar.
Sebelumnya, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo sempat meminta seluruh kepala daerah untuk terbuka terkait data Covid-19. Keterbukaan itu juga berkaitan dengan strategi pelacakan, tes, dan perawatan. Menurut dia, ada kepala daerah di Jateng yang tak mau melakukan tes agar daerahnya tak ada penambahan kasus.
Oleh karena itu, Pemprov Jateng pun melakukan tes secara diam-diam. ”Begitu kami tes di satu titik, sudah dapat tiga (positif). Mereka sekarang bingung. (Padahal) jujur saja, pegang integritas,” kata Ganjar tanpa menyebutkan daerah yang dimaksud tersebut (Kompas.id, 1/8/2020).
Menurut dia, saat pandemi Covid-19, pemerintah daerah tidak boleh menyembunyikan data atau dengan sengaja tidak melakukan tes Covid-19 kepada masyarakat supaya angka kasusnya rendah. Kebijakan tersebut berbahaya dan bisa berakibat fatal.