Pandemi Covid-19 memperpuruk industri perbukuan nasional. Penerbit mengalami penurunan penjualan buku fisik di toko luring. Sementara penjualan di saluran daring dibayang-bayangi masalah pembajakan.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selama pandemi Covid-19, penerbit buku mengalami kerugian penjualan, sekaligus terdampak pelanggaran hak cipta. Sebanyak 54,2 persen penerbit yang disurvei Ikatan Penerbit Indonesia menemukan pelanggaran berupa penjualan buku mereka secara ilegal di laman pemasaran.
Sebanyak 25 persen penerbit mengatakan menemukan pelanggaran hak cipta melalui pembagian buku mereka berformat PDF secara gratis. Sebanyak 20,8 persen penerbit menjumpai pelanggaran di kedua bentuk itu.
Direktur Republika Penerbit Arys Hilman menyebutkan, penjualan buku semakin anjlok. Maret-Juli yang biasanya banyak pameran buku kini harus ditiadakan karena pandemi Covid-19. Beberapa penerbit buku mengurangi karyawan. Selain itu, ada juga penerbit yang menghentikan proses cetak buku baru.
Pandemi Covid-19 mempercepat industri penerbit buku untuk transformasi ke digital. Namun, di sisi lain, menimbulkan kecemasan tersendiri.
Ia mengatakan, sejauh ini penjualan buku fisik melalui kanal digital melonjak lima kali lipat dibanding tahun lalu. Ia pun membuka toko resmi di tujuh laman pemasaran nasional utuk memberikan jaminan orisinalitas buku kepada konsumen.
”Akan tetapi, semua upaya itu belum membuahkan hasil optimal menutup kerugian karena masih ada bayang-bayang praktik pembajakan,” ujar Arys saat peluncuran daring program Beli Buku Lokal hasil kerja sama Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jumat (7/8/2020), di Jakarta.
Program Beli Buku Lokal bertujuan untuk meningkatkan penjualan buku orisinal melalui kanal daring. Di dalamnya juga ada pemberian insentif untuk pembelian buku lokal orisinal. Lebih dari 80 penerbit bergabung dalam program ini. Sejumlah laman pemasaran nasional berpartisipasi, antara lain Blibli.com, Lazada Indonesia, Bukalapak, dan Tokopedia.
Ketua Ikapi Pusat Rosidayati Rozalina mengatakan, program akan berlangsung satu bulan penuh, 8 Agustus-8 September 2020. Harapannya, penerbit bisa meningkatkan penjualan buku. Penikmat buku pun dapat mengakses dan membeli buku orisinal incaran mereka lebih mudah dan terjangkau.
Survei Ikapi menunjukkan, selama masa pandemi Covid-19, sebanyak 58,2 persen penerbit mengalami penurunan penjualan melebihi 50 persen, sebanyak 29,6 persen penerbit mengalami penurunan penjualan 3-50 persen, sementara 8,2 persen penerbit mengalami penurunan 10-30 persen.
Vice President Government Affairs Lazada Indonesia Budi Primawan menyampaikan, pihaknya mendukung promosi buku orisinal dari penerbit lokal. Permintaan buku selama pandemi Covid-19 meningkat sejalan dengan peningkatan produk lain di kanal Lazada Indonesia.
”Kami berharap bisa terus bekerja sama dengan Ikapi dan pemerintah. Konsumen juga diuntungkan dari program ini karena akses terhadap buku-buku orisinal penerbit lokal kini terbuka,” ucapnya.
Vice President Trade Partnership Blibli.com Wenny Yuniar menilai, program Beli Buku Lokal memiliki semangat gotong royong memerangi pembajakan buku di internet. Semangat ini perlu disebarluaskan.
Sebagai perusahaan teknologi, perusahaan memiliki infrastruktur dan fasilitas yang bisa mendukung penerbit anggota Ikapi memasarkan sampai menjual buku. Oleh karena itu, program seperti Beli Buku Lokal semestinya tak hanya berjalan satu bulan.
Wenn mengakui, selama pandemi Covid-19, Blibli.com mencatat penjualan buku meningkat tajam. Sebagai gambaran, penjualan buku kategori pengembangan karakter naik 200 persen dan buku kategori desain interior naik 400 persen.