Lonjakan Kasus Positif di Cirebon Masih Akan Terjadi
›
Lonjakan Kasus Positif di...
Iklan
Lonjakan Kasus Positif di Cirebon Masih Akan Terjadi
Sebanyak 16 orang, yang didominasi tenaga kesehatan, kader puskesmas, dan pegawai Pemerintah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terkonfirmasi positif Covid-19. Lonjakan kasus ini merupakan kedua yang tertinggi.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Sebanyak 16 orang, yang didominasi tenaga kesehatan, kader puskesmas, dan pegawai Pemerintah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terkonfirmasi positif Covid-19. Lonjakan kasus diprediksi masih akan terjadi seiring dengan peningkatan tes usap massal dan belum optimalnya penegakan protokol kesehatan.
Kasus terbanyak berasal dari Puskesmas Sedong. Enam tenaga kesehatan dan dua kader puskesmas terkonfirmasi positif Covid-19. Sementara dua tenaga kesehatan di Puskesmas Sindanglaut, yang berjarak sekitar 6 kilometer dari Puskesmas Sedong, juga terpapar virus korona baru penyebab Covid-19.
Dua kasus lain adalah warga yang tinggal di Kecamatan Talun dan Kecamatan Astanajapura. Keduanya merupakan pegawai Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon. Dua aparat negeri sipil dari badan keuangan dan aset daerah serta dinas perhubungan setempat juga tertular Covid-19. Adapun dua kasus lain merupakan pedagang asal Kecamatan Suranenggala dan mahasiswa dari Kecamatan Sumber.
”Penambahan kasus ini seiring tes swab (usap tenggorokan) massal terhadap tenaga kesehatan dan kader puskesmas serta OPD (organisasi perangkat daerah). Ini sesuai petunjuk Gugus Tugas Covid-19 Jabar,” kata Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Kabupaten Cirebon Dedi Supriyatnataris kepada Kompas, Sabtu (8/8/2020), di Cirebon.
Tes usap massal tersebut menyasar 4.000 kader dan tenaga kesehatan puskesmas serta OPD dalam rangka menyambut bulan timbang bayi pada Agustus ini. ”Saat ini, sekitar 3.000 orang sudah menjalani tes. Penambahan kasus diprediksi masih akan terjadi. Apalagi, AKB (adaptasi kebiasaan baru) disalahpahami seperti kondisi normal,” lanjutnya.
Pihaknya tengah menelusuri riwayat kontak dan perjalanan pasien untuk mencegah penyebaran virus korona baru. Setiap pasien bisa melakukan kontak erat dengan 10 orang atau lebih. Surveilans Dinkes Cirebon, gugus tugas penanganan Covid-19 tingkat kecamatan, hingga aparat TNI dan Polri turut membantu penelusuran kontak pasien.
Terkait maraknya kasus di Sedong, hal itu tidak bisa dilepaskan dari mobilitas warga yang kerap ke kota besar, seperti Jakarta. Pada mudik Lebaran Mei lalu, misalnya, tercatat 3.016 pemudik kembali ke Sedong, terbanyak dibandingkan kecamatan lain. ”Penularan melalui transmisi lokal sudah ada di Cirebon,” ucap Dedi.
Meskipun 16 pasien tersebut telah menjalani perawatan di ruang isolasi sejumlah rumah sakit dan karantina mandiri di rumah, tempat dinas pasien akan ditutup satu hingga dua hari. Kantor para pasien akan disemprot cairan disinfektan untuk mencegah penularan. ”Pegawai masih masuk kerja, tetapi jumlahnya dibatasi,” ungkapnya.
Lonjakan kasus positif Covid-19 di Cirebon sudah dua kali terjadi. Akhir Juli lalu, dalam sehari terjadi peningkatan 16 kasus positif di kluster Plered. Kasus tersebut bermula saat seorang laki-laki berusia 36 tahun yang datang dari Semarang, Jawa Tengah. Hasil tes uji cepat menunjukkan nonreaktif, tetapi positif Covid-19 setelah menjalani tes usap.
Kami telah menganggarkan Rp 20 miliar untuk tes swab massal.
Hingga kini, kasus positif Covid-19 di Cirebon mencapai 94 orang. Lima orang di antaranya meninggal dan 40 orang dinyatakan sembuh. Cirebon menjadi daerah dengan kasus positif tertinggi di Jabar bagian timur. Jumlah tes usap Cirebon juga paling banyak, 8.672 orang.
Kepala Dinkes Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni mengatakan, tes usap akan terus bertambah hingga mencapai 22.000, atau sekitar 1 persen dari total penduduk Cirebon, yakni 2,2 juta jiwa. ”Kami telah menganggarkan Rp 20 miliar untuk tes swab massal,” ujarnya.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Catur Setiya Sulistiyana mengapresiasi langkah Pemkab Cirebon untuk memperluas cakupan tes usap demi mencegah penularan Covid-19. Namun, langkah tersebut tidak cukup tanpa penegakan protokol kesehatan, termasuk dukungan masyarakat.
Apalagi, dalam rapat penanganan Covid yang dihadiri Gubernur Jabar Ridwan Kamil di Cirebon, Rabu (5/8/2020), terungkap, sekitar 50 persen warga Cirebon belum mengenakan masker saat keluar rumah. ”Padahal, jika semua warga taat menggunakan masker, pengaruhnya hampir sama dengan lockdown (penguncian wilayah) yang berdampak pada ekonomi,” ungkap Ridwan Kamil.