Andrea Pirlo Pimpin Era Baru Juventus
Andrea Pirlo dipilih sebagai Pelatih Juventus yang dikontrak hingga akhir Juni 2022. Juventus melakukan keputusan berani untuk langsung mempromosikan Pirlo yang baru diperkenalkan sebagai Pelatih Juventus U-23, 31 Juli.
TURIN, MINGGU — Juventus menunjuk mantan gelandang, Andrea Pirlo (41), untuk menggantikan Maurizio Sarri sebagai pelatih barunya. Pirlo akan menjalani debut karier kepelatihan yang berat karena ”Si Nyonya Besar” menargetkan scudetto atau gelar juara Liga Italia ke-10 beruntun dan trofi Liga Champions.
Pengumuman penunjukan Pirlo sebagai pelatih ke-46 Juventus hanya berselang sekitar lima jam setelah pengumuman pemecatan Sarri. Meskipun mampu menjaga tradisi Juventus meraih scudetto dalam sembilan musim terakhir, Presiden Juventus Andrea Agnelli menilai prestasi itu tidak cukup untuk mengamankan kebersamaan Sarri di Turin.
Juventus berambisi menjadi juara Liga Champions, hal yang terakhir kali terjadi pada musim 1995-1996. Namun, di bawah kepemimpinan Sarri, juara Liga Italia itu harus tersingkir di babak 16 besar Liga Champions dari Olympique Lyon yang hanya berada di posisi ketujuh Liga Perancis musim ini.
Dari sejumlah rumor yang beredar dalam sepekan terakhir, Pirlo tidak masuk dalam daftar utama calon pelatih baru Juventus. Mayoritas media di Italia dan Eropa lebih menjagokan mantan Manajer Tottenham Hotspur Mauricio Pochettino, Pelatih Lazio Simone Inzaghi, Pelatih Real Madrid Zinedine Zidane, dan Manajer Manchester City Pep Guardiola sebagai suksesor Sarri.
”Andrea Pirlo memiliki karier legendaris sebagai pesepak bola karena memenangi segalanya mulai dari Liga Champions hingga Piala Dunia 2006. Mulai hari ini, sebuah babak baru dalam kariernya di sepak bola dimulai. Klub telah memutuskan untuk memercayakan dirinya memimpin tim utama. Klub percaya di masa debutnya di kursi pelatih, dia mampu menghadirkan kesuksesan baru untuk klub,” bunyi pernyataan resmi Juventus di laman klub, Minggu (9/8/2020) dini hari WIB.
Baca juga : Warisan ”Kursi Panas” Sarri di Juventus
Baru mendapatkan lisensi
Padahal, sembilan hari lalu, tepatnya 31 Juli, Presiden Juventus Andrea Agnelli baru memperkenalkan Pirlo sebagai pelatih tim Juventus U-23 yang berlaga di Serie C. Kepercayaan untuk melatih Juventus seakan menjadi peningkatan drastis dalam karier kepelatihan ”Sang Maestro”, julukan Pirlo. Pasalnya, ia baru mendapatkan lisensi pelatih Pro UEFA pada Agustus 2019.
Dalam pengenalan sebagai Pelatih Juventus U-23, Pirlo mengungkapkan, dirinya telah menerima tawaran dari sejumlah klub di Liga Italia dan Liga Inggris, tetapi ia lebih tertarik dengan proyek yang ditawarkan Agnelli. Pirlo juga memastikan dirinya telah mempelajari banyak hal yang dibutuhkan sebagai pelatih sebelum memutuskan menerima tawaran Juventus.
Saya memiliki pola permainan sendiri di dalam pikiran, yakni mengutamakan penguasaan bola dan selalu mementingkan kemenangan.(Andrea Pirlo)
”Sebagai pelatih, saya berharap mampu mengikuti jejak karier saya sebagai pemain. Ambisi saya tetap sama. Saya memiliki pola permainan sendiri di dalam pikiran, yakni mengutamakan penguasaan bola dan selalu mementingkan kemenangan,” tutur Pirlo.
Direktur Olahraga Juventus Fabio Paratici menekankan, pemecatan Sarri bukan sekadar disebabkan kegagalan di Liga Champions. Keputusan manajemen, lanjutnya, dilakukan sebelum laga melawan Lyon, Sabtu.
”Satu musim berjalan panjang, ada banyak momen dan situasi yang dievaluasi. Jadi, tidak hanya dipengaruhi oleh satu hasil. Kami harus melakukan pertimbangan di akhir musim meskipun telah memenangi scudetto," kata Paratici kepada Sky Sport Italia.
Secara umum, Juventus menjalani performa terjelek di kancah domestik dalam sembilan musim terakhir di musim 2019-2020. Meskipun tetap meraih scudetto, perolehan poin dan rekor kebobolan Juventus era Sarri terburuk dibandingkan pada masa kepemimpinan dua pelatih terdahulu, yakni Antonio Conte dan Massimiliano Allegri.
Oleh karena itu, sejumlah pemain Juventus mengharapkan perubahan di dalam tim, salah satunya sang megabintang, Cristiano Ronaldo.
”Klub besar seperti Juventus harus berpikir dan bekerja keras seperti tim terbaik di dunia. Semoga seluruh keputusan yang diambil adalah yang terbaik untuk masa depan serta kami akan kembali lebih kuat dan lebih berkomitmen dibandingkan sebelumnya,” tulis Ronaldo di akun Instagram pribadinya yang memiliki 234,9 juta pengikut.
Penunjukan Pirlo membuat ”Si Nyonya Besar” meniru jejak Barcelona dan Real Madrid yang lebih dahulu menunjuk mantan gelandang untuk memimpin tim muda, lalu dipromosikan menjadi pelatih tim utama. Pirlo sebetulnya telah dipersiapkan Andrea Agnelli untuk menjadi pelatih masa depan Juventus sejak jauh-jauh hari.
Selain memiliki kepribadian yang bagus, Pirlo juga kemampuan untuk membaca permainan. Seperti halnya Pep Guardiola di Barcelona dan Zinedine Zidane di Real Madrid, keunggulan itu didapat dan diasahnya selama menjadi pemain. Inilah yang tidak ada pada diri Sarri, pelatih yang memulai kariernya sebagai pemain amatir.
Darah biru
Tak pelak, Pirlo adalah salah satu dari sedikit pelatih ”berdarah biru” yang mencoba membangun kehebatan serupa seperti saat masih menjadi pemain. Pengalaman dan pretasinya yang lengkap membuatnya akan mudah memenangi hati dan kamar ganti pemain seperti dilakukan Zidane di Real Madrid selama ini.
Selain itu, pengalaman panjang sebagai pemain diyakini bakal membuat Pirlo lebih memahami karakter, DNA, dan filosofi bermain Juve yang selama ini sulit dilakukan Sarri, pelatih yang tidak pernah menjadi pemain profesional. Tak pelak, La Gazetta Sportiva melihat penunjukan Pirlo sebagai revolusi sesungguhnya di Juve, hal yang gagal diwujudkan Sarri.
Pirlo juga menjaga tradisi Juventus yang selalu merekrut pelatih asal Italia untuk mengarungi kompetisi kasta teratas selama 45 tahun terakhir. Pengecualian terjadi pada Didier Deschamps. Mantan gelandang Juve asal Perancis itu pernah menjadi pelatih ”Si Nyonya Besar” ketika mereka terdegradasi ke Serie-B pada era calciopoli, 2006.
Deschamps hanya bertahan semusim. Ia lantas pergi meninggalkan Juve setelah berhasil mengembalikan bekas klubnya ke Serie-A. Kala itu, Deschamps juga minim pengalaman melatih. Namun, kini ia menjadi salah satu pelatih disegani karena sukses meraih gelar Piala Dunia 2018 bersama ”Les Bleus”.
Pirlo pun kemungkinan besar bakal menjadi pelatih timnas Italia di masa mendatang, seperti halnya dilakukan Deschamps di timnas Perancis. Roberto Mancini, pelatih timnas Italia saat ini, bahkan nyaris merekrut Pirlo menjadi asistennya beberapa tahun lalu. ”Dari maestro menjadi mister (sapaan pelatih di Italia),” bunyi lanjutan keterangan resmi Juve tentang Pirlo.
Namun, sedikit berbeda dengan Guardiola dan Zidane yang menjalani puluhan laga lebih dulu di tim muda klubnya masing-masing, Pirlo justru belum memiliki pengalaman melatih di pertandingan resmi. Karena itu, penunjukan Pirlo sebagai pelatih baru bisa dianggap sebagai langkah berani manajemen Juve jika tidak bisa dikatakan sebuah ”perjudian besar”.
Pada 2008, Barcelona mempromosikan Pep Guardiola setelah memimpin Barcelona B di 42 laga di Divisi Tercera, kompetisi kasta keempat Liga Spanyol, pada musim 2007-2008. Guardiola mencatatkan 28 menang, 9 seri, dan 5 kalah.
Hasil itu membawa Barcelona B naik kasta ke Divisi Segunda B di musim berikutnya. Selama empat musim di tim utama Barcelona, Guardiola mempersembahkan 14 trofi, termasuk dua gelar Liga Champions.
Sementara itu, Real Madrid menunjuk Zidane pada Januari 2016 setelah 1,5 tahun memimpin tim muda ”Los Blancos”, Real Madrid Castilla, di Divisi Segunda B pada musim 2014-2015 dan 2015-2016 melalui 57 pertandingan. Zidane meraih statistik 45,61 persen kemenangan dengan 26 kali menang, 17 imbang, dan 14 kalah. Setelah promosi ke tim utama Real, Zidane telah menyumbangkan 11 trofi, termasuk tiga gelar Liga Champions.
Bukan jaminan
Meski begitu, langkah Barcelona dan Real Madrid tersebut bukan jaminan mantan pemain bisa langsung meraih kesuksesan sebagai pelatih. Hal itu pernah dirasakan oleh AC Milan dan Juventus.
Pada musim 2014-2015, AC Milan menunjuk mantan gelandang, Clarence Seedorf, yang belum pernah melatih tim mana pun, untuk menjadi pelatih pada musim dingin 2014. Pada akhir musim 2013-2014, Seedorf gagal membawa Milan berada di papan atas Liga Italia.
Pada musim berikutnya, Milan kembali menunjuk mantan pemain, Filippo Inzaghi, yang dalam dua musim telah melatih tim AC Milan Primavera di Liga Italia U-19. Namun, Inzaghi juga gagal menghadirkan prestasi bagi ”Si Merah Hitam” sehingga pada akhir musim 2014-2015 ia keluar dari Stadion San Siro.
Juventus juga pernah dua kali memberikan kesempatan kepada mantan pemain untuk menjalani debut sebagai pelatih dengan langsung memimpin tim utama Juventus. Pertama, mantan kiper, Dino Zoff, yang melatih pada periode 1988-1990. Selama ditangani Zoff, Juventus gagal meraih scudetto, tetapi mampu meraih gelar Piala Italia dan Piala UEFA.
Pada 2009, Juventus menunjuk mantan bek, Ciro Ferrara, untuk menjalani debut sebagai pelatih di Turin. Meskipun telah mengawali karier kepelatihannya sebagai staf akademi Juventus, Ferrara gagal total karena mengakhiri musim tanpa gelar dan Juventus terdampar di posisi ketujuh Liga Italia.
Paratici mencoba meyakinkan keraguan sejumlah pihak, terutama pendukung Juventus, terkait kemampuan Pirlo yang masih ”hijau" sebagai pelatih.
”Keputusan terhadap Pirlo terjadi sangat natural dengan gaya Juventus karena dia adalah seseorang yang selalu menjaga kontak dengan kami setelah meninggalkan Juventus. Kami tidak ragu dengan kemampuan Pirlo yang memiliki pemikiran dan pendekatan melatih yang sama ketika masih bermain, yaitu sepak bola yang berkualitas tinggi dan penuh kerja keras,” ujar Paratici. (AFP/REUTERS)