Musisi Malang membuat karya terinspirasi pandemi. Mereka tidak menyerah meski terpuruk selama tidak boleh menggelar konser atau berkegiatan yang mengumpulkan banyak orang. Kerja solidaritas dan berjejaring dilakukan.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Musisi Jawa Timur membuat karya terinspirasi pandemi. Mereka berusaha tidak menyerah meski terpuruk selama tidak boleh menggelar konser atau berkegiatan yang mengumpulkan banyak orang. Kerja-kerja solidaritas dan berjejaring pun mereka lakukan demi tetap menjaga kreativitas.
Tony Aksa (gitaris) dan Yudek, misalnya, musisi asal Kota Malang, justru mendapat inspirasi menulis lagu dari kemuraman pandemi. ”Awal pandemi saat itu saya menemukan nadanya saat Kota Malang terasa sangat sepi kala itu. Saat situasi sepi dan saya sedang di jalan, saya menemukannya. Saya lalu berhenti sebentar, menyimpan nadanya di HP, dan lanjut pulang. Di rumah, lagu saya selesaikan. Prosesnya tidak lama, hanya 2-3 jam,” kata Tony, Minggu (9/8/2020).
Selanjutnya, Tony pun dibantu teman-temannya dalam menyelesaikan rekaman lagu berjudul ”Rindu Sedia Kala” tersebut. Mulai dari mixing, rekaman, promo, dan berbagai keperluan lainnya, Tony dibantu oleh teman dan kenalannya.
”Saya sangat beruntung, di situasi semua serba sulit ini, banyak orang justru memiliki jiwa sosial tinggi. Saya harap lagu saya ini menyemangati semua orang, situasi pandemi segera berlalu sehingga kami para musisi bisa beraktivitas normal kembali. Masyarakat kembali bisa menjalani hidup dengan bahagia,” kata gitaris band Taxi itu.
Saya sangat beruntung, di situasi semua serba sulit ini, banyak orang justru memiliki jiwa sosial tinggi. Saya harap lagu saya ini menyemangati semua orang, situasi pandemi segera berlalu sehingga kami para musisi bisa beraktivitas normal kembali. (Tony Aksa)
Saat ini, selain mempromosikan lagunya melalui sejumlah radio, Tony-Yudek juga mengunggah lagunya di platform digital seperti Spotify. Tujuannya, agar semakin banyak orang mendengar lagu yang secara umum berisi refleksi dan doa itu. Di Youtube, lagu itu bisa ditemukan di Tony Aksa & Yudek (Official Video) New Single 2020
”Lagu ini juga merupakan doa agar situasi kembali seperti sediakala. Kita semua harus yakin bahwa masa itu akan datang saatnya, akan indah pada waktunya. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama bekerja sama mencegah virus ini semakin merajalela. Patuhi anjuran pemerintah, disiplin, dan kita tetap berusaha dengan cara yang kita bisa,” kata pria berusia 30-an tahun itu.
Semangat serupa juga datang dari 20-an musisi Musik Malang Bersatu Indonesia (MMBI). Minggu (9/8/2020), mereka menggelar mini konser orkestra di Balai Kota Malang. Konser itu bisa dinikmati di Musik Malang Bersatu Melawan Korona 2020
Selain bermusik, mereka juga mengampanyekan gerakan mengenakan masker serta berdialog dengan Wali Kota Malang Sutiaji dan Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko. Kegiatan itu bertema ”Masker Wis Duwe, Ayo Digawe”.
”Kegiatan ini selain mewadahi keinginan musisi Malang untuk kembali berkreativitas, juga untuk mengajak masyarakat mematuhi protokol kesehatan, yaitu mengenakan masker. Ini juga salah satu cara menjalin komunikasi yang baik dengan pemimpin kami, yaitu wali kota dan wakil wali kota Malang,” kata Herman Combat dari humas MMBI.
Kegiatan konser mini tersebut disiarkan secara langsung melalui akun fanpage Musik Malang Bersatu, Komunitas Peduli Malang (ASLI Malang), dan Musik Malang Bersatu Indonesia (MMBI).
”Ini salah satu cara agar musisi terus bisa berkreasi, tetapi juga mendukung pemerintah dalam upaya penanganan Covid-19. Kita semua terkena dampak pandemi ini. Namun, bukan berarti kita tidak berbuat apa-apa. Kita berbuat dengan apa yang kita bisa,” kata Herman.
Hal yang sama dilakukan oleh musisi Situbondo, Ali Gardy. Ali fasih memainkan beraneka instrumen tradisional. Sebelum pandemi Covid-19, Ali berpentas di banyak tempat di pelosok desa-desa di Nusantara dan luar negeri. Salah satu alat musik yang ia mainkan adalah sapek Kalimantan.
Ia kerap berkolaborasi dengan pemain asing dan pemusik ternama Nusantara. Saat pandemi Covid-19 ia sempat vakum. Kini ia memanfaatkan kanal Youtube Bertiga Kita Bisa sebagai bagian dari ekspresi bermusiknya.
Video klip pun tetap ia garap dengan terencana. Tanpa meninggalkan nilai estetis dan protokol kesehatan, ia membuat video di padang ilalang di kampung halamannya, Situbondo.
Jika sebelumnya penonton yang mendatangi pentasnya, kini ia berpentas di gawai penontonnya. Lewat musik, Ali berpesan agar pandemi tak lantas membuat orang menyerah dan patah arang. (NIT)