Masyarakat Sidoarjo diingatkan kembali memperketat penerapan protokol kesehatan karena sebaran Covid-19 yang belum terkendali. Selain itu, untuk mencegah kluster perkantoran, aparatur sipil negara bekerja fleksibel.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Masyarakat Sidoarjo diingatkan agar kembali memperketat penegakan protokol kesehatan dalam beragam aktivitasnya karena sebaran Covid-19 yang belum terkendali. Selain itu, untuk mencegah kluster perkantoran, aparatur sipil negara bekerja dengan sistem fleksibel.
Pelaksana Tugas Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin meminta masyarakat tidak lengah, tetapi harus terus bersiaga terhadap sebaran Covid-19. Sikap siaga itu bahkan harus dilakukan secara masif agar efektif memutus rantai sebaran penyakit yang hingga kini belum ada obat dan vaksinnya itu.
”Contohnya disiplin menggunakan masker di semua kegiatan dan tetap menjaga jarak minimal agar aman dari penularan Covid-19,” ujar Nur Ahmad pada acara Jawa Timur Bermasker di Alun-Alun Sidoarjo, Minggu (9/8/2020).
Pada acara itu, selain membagikan 15.000 masker, pemda juga membagikan vitamin dan susu untuk meningkatkan asupan gizi masyarakat. Dengan kedisiplinan yang tinggi dalam menerapkan protokol kesehatan, ditambah konsumsi vitamin dan susu, kondisi kesehatan masyarakat diharapkan terus membaik dan terhindar dari Covid-19.
Dengan kesehatan masyarakat yang semakin baik, lanjut Nur Ahmad, mereka bisa beraktivitas dengan leluasa sehingga menjadi lebih produktif di berbagai bidang, salah satunya ekonomi. Produktivitas yang meningkat diharapkan mampu mengganjal ekonomi makro agar tidak terkontraksi semakin dalam sebagai dampak pandemi berkepanjangan.
Berdasarkan peta epidemiologi, sebaran Covid-19 di Sidoarjo belum terkendali. Data Dinkes Sidoarjo hingga Sabtu (8/8), jumlah kasus terkonfirmasi positif sebanyak 3.648 orang, 2.553 orang di antaranya dinyatakan sembuh dan 208 orang meninggal. Terjadi penambahan kasus baru yang tinggi, yakni 91 orang dalam sehari.
Penambahan kasus baru itu tergolong tinggi karena sebelumnya rata-rata 50 kasus per hari. Penambahan kasus baru yang tinggi menandakan sebaran Covid-19 belum terkendali sehingga masih fluktuatif dan berpotensi meningkat apabila masyarakat mulai kendur dalam menerapkan protokol kesehatan.
Salah satu potensi peningkatan kasus Covid-19 di Sidoarjo yang perlu diwaspadai adalah komunitas perkantoran baik kantor pemerintah maupun perusahaan swasta. Itu terjadi karena aktivitas perkantoran mulai bergeliat kembali di masa adaptasi menuju kebiasaan baru. Di satu sisi, hal itu menandakan masyarakat mulai produktif.
Namun, di sisi lain, peningkatan produktivitas di perkantoran harus diantisipasi agar tidak menjadi sumber penularan baru Covid-19. Sekretaris Daerah Sidoarjo Achmad Zaini mengatakan, pihaknya telah menerapkan sistem kerja yang fleksibel bagi aparatur sipil negara di Sekretariat Daerah hingga organisasi perangkat daerah.
”Pola kerja yang dipilih adalah ASN bekerja di kantor (work from office) dari pukul 08.00 sampai 14.00. Setelah itu, ASN melanjutkan pekerjaannya di rumah (work from home) hingga selesai jam kerja pukul 17.00,” kata Zaini.
Pola tersebut dinilai paling efektif dan mudah diimplementasikan dibandingkan dengan pola lainnya. Contoh pola lain yang pernah diterapkan adalah sebagian ASN bekerja di kantor dan sebagian lagi bekerja dari rumah. Pada kurun waktu tertentu mereka bergantian dan jam kerjanya tetap penuh. Setelah pola tersebut diterapkan, beberapa ASN terindikasi Covid-19.
Kepala Dinkes Sidoarjo Syaf Satriawarman menambahkan, upaya mencegah kluster penularan di lingkungan perkantoran pemerintah dilakukan dengan menggencarkan pengetesan Covid-19 secara massal. Hampir setiap hari, tim dinkes melakukan pengetesan serologi di organisasi perangkat daerah (OPD) secara bergantian.
”Ke depan untuk perkantoran ini tidak lagi dites serologi, tetapi uji usap agar hasilnya lebih akurat. Selain itu, petugas bisa melakukan penelusuran kontak sejak dini untuk memutus rantai penularan dengan cepat,” ucap Syaf Satriawarman.
Berdasarkan kajian tim epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Sidoarjo, dengan populasi penduduk 2,3 juta jiwa, idealnya pengetesan Covid-19 secara massal menyasar minimal 2.000 orang setiap pekan. Namun, data Dinkes Sidoarjo, kapasitas pengetesan massal yang dilakukan masih berada di angka 1.200 orang per pekan.
Upaya meningkatkan kapasitas pengetesan massal bukan hal sulit. Selain sudah disiapkan reagen uji cepat hingga 50.000 reagen, Sidoarjo juga memiliki dua mesin uji usap yang ditempatkan di Gelora Delta Sidoarjo dan RSUD Sidoarjo. Kapasitas mesin uji usap ini mencapai 200 sampel per hari.