Tiga Hari Kasus Positif Tertinggi di Jakarta, Perlu Terobosan Penanganan
›
Tiga Hari Kasus Positif...
Iklan
Tiga Hari Kasus Positif Tertinggi di Jakarta, Perlu Terobosan Penanganan
Sarjana kesehatan masyarakat didorong diterjunkan mendampingi warga. Mereka mendalami ilmu edukasi terkait kesehatan untuk masyarakat.
Oleh
Johanes Galuh Bimantara
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tiga hari, Kamis-Sabtu (6-8/8/2020), DKI Jakarta secara berturut-turut mencatatkan tambahan kasus Covid-19 harian tertinggi sejak awal pandemi dengan persentase kasus positif yang juga terus naik. Demi meningkatkan kepatuhan masyarakat menjalankan protokol kesehatan, ditawarkan peran sarjana kesehatan masyarakat untuk mendampingi warga.
Ketua Pengurus Daerah Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) DKI Jakarta Baequni Boerman mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memang sudah menjalankan segala macam upaya untuk mengendalikan penyebaran Covid-19. Namun, DKI masih belum optimal dalam pendekatan terhadap masyarakat agar patuh terhadap protokol kesehatan.
”Kan, idenya cuma 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan), tetapi itu pun masih sulit karena masih banyak masyarakat yang berpikir Covid-19 ada obatnya, kita tidak bakal kena, tetangga juga belum ada yang kena,” tutur Baequni saat dihubungi pada Minggu (9/8/2020). Begitu ada yang meninggal, pemakaman dengan protokol Covid-19 pun ditentang.
Menurut Baequni, hal-hal semacam itu bisa dicegah jika pendampingan masyarakat secara kultural dilakukan sejak awal wabah. Ia menyatakan sudah berulang kali menyampaikan pentingnya pendampingan sejak Maret, tetapi belum kunjung ada yang menerapkan. Peran sarjana kesehatan masyarakat (SKM) didorong karena mereka memang mendalami ilmu edukasi terkait kesehatan kepada masyarakat.
Bentuk intervensi oleh SKM, antara lain, informasi dan edukasi kepada publik untuk menghindari dampak sosial dari kemungkinan hoaks, dan berkolaborasi dalam pemantauan bersama masyarakat dan aparat keamanan di tingkat kelurahan, RW, dan RT, dengan mendorong karantina rumah secara masif dan melakukan pembatasan perkumpulan massa. Selain itu, menerapkan sistem evaluasi terhadap kegiatan intervensi yang dilakukan, sehingga efektivitas menjadi terukur dan terpantau setiap saat.
Idealnya, menurut Baequni, satu RW didampingi satu SKM. Namun, jika masih terlalu berat bagi DKI, ia mengusulkan pemprov membuat percontohan dulu, misalnya pada tiga kelurahan.
Jumlah kasus aktif di Jakarta saat ini sebanyak 8.507 kasus (orang yang masih dirawat/isolasi).
Kamis lalu tercatat ada 597 kasus positif Covid-19 tambahan dan menjadikannya tambahan kasus harian tertinggi di Jakarta sejak awal wabah. Hari Jumat, catatan hari Kamis dikalahkan dengan adanya tambahan 658 kasus positif, lalu pada hari Sabtu menjadi yang tertinggi dengan adanya 721 kasus tambahan.
Meningkatnya penularan tidak hanya ditunjukkan oleh pertambahan kasus, tetapi juga peningkatan persentase kasus positif (positivity rate). Dalam sepekan terakhir, persentase positif atau jumlah yang positif dibandingkan dengan jumlah yang ikut tes mencapai 7,4 persen. Sebagai perbandingan, kurun 2-8 Juli, persentase positif masih 4,8 persen.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Budi Haryanto, meminta Pemprov DKI juga mengumumkan kluster-kluster penularan setiap hari. Dengan demikian, penanganan bisa lebih terfokus.
Budi mencontohkan, terdapat dugaan lonjakan kasus Jakarta selama Kamis-Sabtu salah satunya dipengaruhi kebocoran penerapan protokol kesehatan selama Idul Adha. Meski banyak tempat ibadah dan tempat pemotongan hewan kurban yang disiplin menerapkan protokol kesehatan, bukan tidak mungkin terdapat kelompok masyarakat yang mengabaikannya saat itu. Dengan mengetahui kluster penularan secara lebih rinci, pemerintah dan masyarakat bisa bersama-sama mengantisipasinya di masa depan.
Sementara itu, melalui keterangan tertulis, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan DKI Weningtyas Purnomorini menyebutkan, penambahan kasus positif di Jakarta pada Minggu sebanyak 472 kasus, menurun 249 kasus dibandingkan dengan tambahan hari Sabtu. ”Adapun jumlah kasus aktif di Jakarta saat ini 8.507 kasus (orang yang masih dirawat/isolasi),” ujarnya.
Secara total, jumlah kasus konfirmasi di Jakarta 25.714 kasus. Dari jumlah itu, 16.268 orang dinyatakan sudah sembuh dan 939 orang meninggal.