Wabah sejak empat bulan lalu mengubah seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara. Semua ”dipaksa” beradaptasi dengan kebiasaan baru untuk menghindari pandemi Covid-19, tak terkecuali tata cara upacara di Istana Merdeka.
Oleh
INA, NTA, LAS/HAR
·4 menit baca
Langkah tegap maju, jalan!” seru Muhammad Adzan, anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka, saat berlatih di Cibubur, Jakarta Timur, Jumat (7/8/2020). Dalam hitungan detik, Adzan dan dua rekannya yang bertugas menaikkan dan menurunkan duplikat bendera pusaka saat peringatan Detik-detik Proklamasi 17 Agustus pada Senin (17/8/2020) mendatang itu lalu melangkah mendekati tiang dan mengibarkan bendera.
Latihan diulang berkali-kali di tengah terik matahari. Tak cuma keringat yang deras menetes, tetapi juga napas tak sebebas biasanya karena harus memakai masker dan pelindung wajah (face shield), selain menjaga jarak 1 meter di antara peserta. Demikian pula para pelatih yang juga harus mematuhi protokol kesehatan, mencegah pandemi Covid-19.
Koordinator pelatih Paskibraka Mayor (Inf) Suswan mengakui, pandemi Covid-19 ini membuat semuanya serba terbatas. ”Saat melatih, kita tetap harus mengatur jarak. Kemudian, kita tetap mengenakan masker, tentunya sangat terhambat. Dulu, kita bebas, ini kan tetap jaga jarak,” ujarnya.
Pandemi Covid-19 memang mengubah segalanya. Wabah yang terjadi sejak empat bulan lalu telah mengubah seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara. Semua akhirnya ”dipaksa” beradaptasi dengan kebiasaan baru untuk menghindari pandemi Covid-19, tak terkecuali tata laksana upacara peringatan HUT Ke-75 Proklamasi Kemerdekaan RI.
Pandemi Covid-19 memang mengubah segalanya. Wabah yang terjadi sejak empat bulan lalu telah mengubah seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara. Semua akhirnya ”dipaksa” beradaptasi dengan kebiasaan baru untuk menghindari pandemi Covid-19, tak terkecuali tata laksana upacara peringatan HUT Ke-75 Proklamasi Kemerdekaan RI.
Peringatan HUT kemerdekaan juga dibuat jauh lebih sederhana, tanpa pesta dan kemewahan. ”Kemeriahannya di kampung-kampung dan pelosok, yang diadakan oleh rakyat,” ujar Menteri Sekretaris Negara Pratikno saat memberikan keterangan pers, Juli lalu.
Menurut Pratikno, jika tidak ada Covid-19, Kementerian Sekretariat Negara jauh-jauh hari sudah menyiapkan acara besar-besaran untuk HUT Ke-75 RI, termasuk upacara detik-detik proklamasi 17 Agustus. Bahkan, skala kegiatannya lebih besar daripada sebelumnya, seperti pawai budaya yang diikuti perwakilan sejumlah negara.
Sebagai gantinya, Setneg menyusun protokol baru guna memperingati detik-detik proklamasi dengan aman. Acara lebih rinci disusun. Renungan suci pada tengah malam 16 Agustus tetap disiapkan. Namun, ramah-tamah dengan warakuri setelah upacara peringatan detik-detik proklamasi di Istana Merdeka beserta ucapan selamat dari negara sahabat ditiadakan. ”Hanya upacara yang dilakukan terbatas dan virtual,” kata Pratikno.
Konferensi video
Masyarakat umum atau pejabat negara akan diberi alokasi slot sambungan konferensi video guna mengikuti momen itu dari rumah masing-masing. ”Selain melalui siaran langsung televisi, Sekretariat Presiden, Kementerian Sekretariat Negara, menyediakan 17.845 slot sambungan lewat konferensi video bagi warga. Adapun untuk pejabat negara, menteri, duta besar, kepala daerah, keluarga proklamator, dan keluarga pahlawan disiapkan 3.800 slot konferensi video,” ucap Kepala Sekretariat Kepresidenan Heru Budi Hartono.
Dalam upacara detik-detik proklamasi, Presiden Joko Widodo menjadi inspektur upacara, serta Ibu Negara Ny Iriana Joko Widodo beserta Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan Ibu Wury akan hadir pukul 09.30 di mimbar kehormatan.
Tidak semua menteri hadir, kecuali yang bertugas, seperti Menteri Agama Fahcrul Rozy yang membacakan doa, juga Ketua MPR Bambang Soesatyo sebagai pembaca teks proklamasi. Hadir pula pimpinan lembaga tinggi negara, Panglima TNI, serta Kepala Polri. ”Semuanya 14 orang,” ujar Heru Budi Hartono. Mereka akan hadir dengan busana daerah.
Pasukan dari TNI-Polri juga hanya lima orang, dari perwakilan setiap angkatan dan Polri. Adapun Paskibraka yang biasanya terdiri dari pasukan 17, 8, dan 45, nama pasukan itu sesuai dengan jumlah orangnya, kini dikurangi semaksimal mungkin. Tak heran jika hanya tiga pengibar bendera yang akan bertugas sebagai Paskibraka.
Tak lebih dari 24 orang
Menurut Heru Budi Hartono, perekrutan anggota Paskibraka tidak bisa dilakukan. Karena itu, delapan orang diseleksi dari pasukan cadangan di tim Paskibraka 2019 untuk bertugas pada penaikan dan penurunan bendera. ”Pengibar bendera dari Paskibraka hanya tiga orang, ditambah mungkin (satu orang) cadangan,” kata Heru saat memberikan keterangan pers.
Singkat kata, pandemi Covid-19 memaksa upacara detik-detik proklamasi tak akan dihadiri ratusan peserta, seperti tahun-tahun sebelumnya. Menurut Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey T Machmudin, upacara peringatan HUT Ke-75 Kemerdekaan RI hanya akan diikuti peserta tak lebih dari 24 orang. ”Tak akan lebih dari 24 orang demi menghindari penyebaran Covid-19,” ujarnya dalam keterangan pers.
Sejumlah peserta yang tahun ini tak lagi hadir, di antaranya, adalah pasukan upacara, Paskibraka, korps musik, dan siswa sekolah peserta aubade, dan sejumlah artis pengisi acara. Tak heran, selama latihan di depan Istana Kepresidenan, Jakarta, tak ada penutupan jalan protokol di sekeliling Istana.
Hentikan semua kegiatan dan aktivitas selama 3 menit pada tanggal 17 Agustus 2020 pukul 10 lewat 17 menit. Ambil sikap sempurna, berdiri tegak, untuk menghormati peringatan detik-detik proklamasi.
Biasanya penutupan dilakukan mulai dari Jalan Veteran III sampai Jalan Medan Merdeka Utara. Saat geladi kotor dan bersih, Minggu (12/7/2020), peserta upacara hanya sekitar 15 orang, yang terdiri dari petugas upacara dan para pelatihnya.
Meski digelar terbatas dan virtual, diharapkan kemeriahan pada 17 Agustus mendatang tetap terjaga dan khidmat. Warga dan pemerintah di sejumlah daerah pun harus ikut mendukung dengan sirene. Masyarakat juga diharapkan ikut menghormat saat penaikan bendera.
”Hentikan semua kegiatan dan aktivitas selama tiga menit pada tanggal 17 Agustus 2020 pukul 10 lewat 17 menit. Ambil sikap sempurna, berdiri tegak, untuk menghormati peringatan detik-detik proklamasi,” kata Pratikno.