Geliat masyarakat untuk mulai kembali berwisata perlu ditopang dengan kesiapan pengelola destinasi untuk menerapkan protokol kesehatan. Wisatawan cenderung memilih hotel yang sudah bersih dan higienis.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Okupansi penginapan mulai meningkat sejalan dengan dibukanya beberapa daerah tujuan wisata. Peningkatan itu salah satunya ditopang tren staycation, liburan dengan menginap di vila atau hotel yang dekat dengan tempat tinggal, terutama oleh wisatawan domestik.
Corporate Communications Manager Pegipegi Busyra Oryza menyatakan, pemesanan hotel dan penginapan melalui Pegipegi meningkat 250 persen, terhitung sejak libur Idul Fitri pada Mei 2020. Pariwisata menggeliat ketika pemerintah mulai melonggarkan aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Restoran, mal, dan tempat atraksi buka. Sebagian pengelola hotel juga menawarkan diskon tarif secara rutin.
Peningkatan kunjungan terutama terjadi di destinasi wisata turis lokal, seperti Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Malang, dan Semarang. Sementara di destinasi yang biasa dikunjungi wisatawan internasional, seperti Bali, pengunjung belum meningkat signifikan.
Ia menambahkan, sebagian besar pelanggan cenderung memilih hotel yang dekat dengan lokasi tempat tinggal (staycation) sehingga perencanaan perjalanan tidak terlalu rumit. Pelanggan juga memilih hotel-hotel yang telah mendapat label ”bersih dan aman” karena menerapkan protokol kesehatan. Peningkatan konsumen ini turut mendorong tingkat okupansi hotel.
”Kepercayaan masyarakat untuk bepergian dengan model staycation terus meningkat. Mayoritas memilih hotel yang sudah menerapkan protokol kesehatan,” kata Busyra.
Busyra menambahkan, ada beberapa mitra hotel dan penginapan yang tutup secara permanen akibat pandemi Covid-19. Namun, sejumlah hotel yang tutup sementara kini sudah aktif kembali. Upaya menggerakkan bisnis perhotelan terus dilakukan dengan menggandeng mitra hotel untuk secara rutin menggelar promo tarif.
Secara terpisah, Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Real Estat Indonesia Bidang Kawasan Pariwisata dan Pusat Rekreasi Thomas Jusman mengemukakan, beberapa destinasi wisata yang sudah buka mengalami peningkatan wisatawan, terutama destinasi wisata alam. Sebab, sebagian konsumen mencari penginapan berupa resor yang konsepnya terhubung dengan alam terbuka.
”Beberapa daerah wisata yang sudah dibuka dengan adaptasi baru, sudah mulai ada peningkatan wisatawan, terutama destinasi wisata alam dan resor yang terbuka,” katanya.
Upaya pemulihan industri pariwisata, termasuk perhotelan, perlu ditopang dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, seperti kebersihan dan higienitas. Penerapan protokol kesehatan juga akan memberikan rasa nyaman terhadap turis. ”Pandemi Covid-19 mengajarkan kita untuk menjaga kebersihan. Wisatawan pasti akan tetap memilih destinasi yang menerapkan protokol kesehatan, sekalipun pandemi Covid-19 berakhir,” kata Thomas.
Ia mengakui, pandemi Covid-19 membuat properti di lokasi wisata terpuruk, terutama di daerah wisata dengan jumlah hotel yang berlebih, seperti Bali. Beberapa hotel dan penginapan terpaksa ditutup dan dijual dengan harga relatif lebih rendah dari harga pasaran. Meski demikian, properti di lokasi wisata diprediksi mulai bisa bangkit pada 2021. Sejumlah pelaku perhotelan dan MICE (pertemuan, insentif, konferensi, dan pameran) telah melakukan sejumlah persiapan untuk bertahan dan siap bangkit.
Pengembangan properti di lokasi wisata juga harus ditopang dengan kesiapan atraksi, jaringan internet, aksesibilitas daerah wisata, serta pemberdayaan masyarakat lokal. ”Pelaku industri pariwisata dituntut tetap optimistis, kreatif, dan adaptif. Pasti ada peluang,” kata Thomas.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Hariyadi Sukamdani berpandangan, tingkat okupansi hotel di Jakarta rata-rata baru sekitar 20 persen. Namun, pihaknya belum mendapatkan laporan munculnya kluster penularan baru dari hotel atau perjalanan liburan.
Di tengah lesunya sektor akomodasi, makanan, dan minuman, harapan muncul dari pergerakan wisatawan domestik. Untuk memulihkan bisnis akomodasi serta makanan dan minuman diperlukan upaya memulihkan kepercayaan masyarakat bahwa mereka bisa melakukan perjalanan liburan dengan aman.
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mendorong okupansi hotel adalah perjalanan dinas pemerintah, yang dinilai akan mengungkit perjalanan bisnis di perusahaan.