Aparatur pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Jawa Timur tetap mengacu pada peraturan bersama empat menteri saat membuka kembali sekolah untuk pembelajaran tatap muka.
Oleh
IQBAL BASYARI/ AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Aparatur pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Jawa Timur tetap mengacu pada peraturan bersama empat menteri saat membuka kembali sekolah untuk pembelajaran tatap muka.
Sejak dasarian ketiga Maret 2020 sampai Senin (10/8/2020), belum ada lembaga pendidikan jenjang usia dini hingga perguruan tinggi di Jatim yang membuka kegiatan belajar secara tatap muka. Ini untuk mencegah meluasnya penularan wabah Covid-19 (Coronavirus disease 2019) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2).
Meski demikian, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota rata-rata sedang menyiapkan skema pembelajaran tatap muka dengan syarat utama wabah Covid-19 mereda atau sudah teratasi. Dinas Pendidikan Jatim membahas skenario uji coba untuk SMA negeri dan SMK negeri, sementara Dinas Pendidikan Kota Surabaya melaksanakan uji coba di beberapa SMP negeri.
Simulasi ini untuk memastikan sekolah aman dari penularan jika suatu saat pembelajaran tatap muka di sekolah kembali dilaksanakan. (Supomo)
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Supomo menegaskan, pembelajaran tatap muka untuk SD dan SMP tetap mengacu pada aturan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sekolah akan kembali dibuka saat Surabaya sudah berstatus zona kuning atau zona hijau. Zona kuning berarti risiko penularan Covid-19 rendah, sedangkan zona hijau aman atau bisa dinyatakan wabah teratasi.
Saat ini, Surabaya, sesuai dengan laman resmi https://covid19.go.id/peta-risiko yang dikelola Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Senin (10/8/2020), berstatus zona jingga (oranye) dengan tingkat penularan Covid-19 sedang. Sebelumnya, ibu kota Jatim ini berada di zona merah atau risiko penularan virus korona antarmanusia masih tinggi.
Supomo mengatakan telah menyelesaikan simulasi pembelajaran tatap muka di 17 SMP swasta dan negeri. Ada tiga SMP di antaranya belum memenuhi kriteria untuk pembelajaran tatap muka. Beberapa kekurangan di tiga SMP tersebut di antaranya luas ruangan dan sarana kurang memadai.
”Simulasi ini untuk memastikan sekolah aman dari penularan jika suatu saat pembelajaran tatap muka di sekolah kembali dilaksanakan,” kata Supomo.
Simulasi awal hanya melibatkan guru, tanpa siswa. Dalam tahapan uji coba, akan dilakukan simulasi ketika siswa mulai berangkat, melaksanakan pembelajaran, hingga kembali ke rumah. Guru-guru yang ikut uji coba harus mengikuti tes cepat.
Melibatkan guru dan karyawan
Selama uji coba, tim mengimplementasikan protokol kesehatan saat berada di sekolah, seperti menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Dalam simulasi tersebut, tim akan mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan pelanggaran protokol kesehatan sehingga saat siswa kembali melakukan pembelajaran tatap muka, sekolah tidak menjadi sumber penularan baru Covid-19.
”Jumlah siswa dan jam belajar akan diatur agar bisa memenuhi protokol kesehatan,” ucap Supomo.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya Irvan Widyanto mengatakan, meski Surabaya masuk zona oranye, warga harus tetap waspada dan tidak lengah dalam melaksanakan protokol kesehatan.
Tanpa lomba
Dalam perayaan kemerdekaan sepanjang bulan ini, warga sangat dianjurkan tidak mengadakan lomba dan tirakatan. Larangan ini diberlakukan untuk mencegah penularan dari kegiatan-kegiatan yang menimbulkan kerumunan masyarakat.
Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi mengatakan, pembelajaran tatap muka di SMA dan SMK sedang dibahas untuk uji coba. Pembukaan kembali sekolah harus mengacu pada Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, serta Menteri Dalam Negeri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 pada Masa Pandemi Covid-19.
Wahid menegaskan, syarat mutlak harus dipenuhi oleh SMA/SMK untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka ialah persetujuan dari gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 kabupaten/kota, persetujuan orangtua atau wali murid, dan telah melalui serangkaian uji coba penerapan protokol kesehatan dengan hasil memuaskan. Uji coba baru akan dilaksanakan mulai Selasa (18/8/2020).
Ketua Dewan Pendidikan Jatim Akhmad Muzakki meminta pemerintah tidak tergesa-gesa memaksakan pembelajaran tatap muka. Saat ini, model yang dikembangkan adalah pembelajaran jarak jauh dalam jaringan (online) internet serta memakai saluran telekomunikasi (televisi dan radio).
Mahasiswa dan pelajar SLTA bisa diyakini lebih siap diajak untuk menerapkan protokol kesehatan daripada adik-adiknya di TK sampai SMP. (Joni Wahyuhadi)
Muzakki meminta pemerintah buka sekadar mengacu pada tata cara, melainkan juga mendengarkan pertimbangan epidemiolog dan ahli kesehatan anak. Jika para ahli belum merekomendasikan, sebaiknya pemerintah tidak memaksakan diri untuk proses belajar tatap muka di sekolah.
”Sementara itu maksimalkan saluran belajar daring agar memuaskan dan memelihara gairah anak-anak untuk belajar,” kata Muzakki.
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Covid-19 Jatim Joni Wahyuhadi menyarankan, jika ada rekomendasi dari ahli kesehatan untuk bisa pembelajaran tatap muka, pertimbangkan dimulainya di level perguruan tinggi dan atau SLTA terlebih dahulu.
”Mahasiswa dan pelajar SLTA bisa diyakini lebih siap diajak untuk menerapkan protokol kesehatan daripada adik-adiknya di TK sampai SMP,” kata Joni, Direktur Utama RSUD Dr Soetomo, Surabaya.
Lebih sulit meyakinkan anak-anak untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan di sekolah. Sulit memastikan anak-anak, misalnya, selalu jaga jarak fisik, padahal usia mereka sedang haus-hausnya bermain bersama teman-teman. Bersentuhan, genggam tangan, bersalaman, dan pelukan yang bisa menjadi sarana penularan Covid-19 di antara anak-anak amat sulit dicegah.