Sudah Muncul Dua Kluster, Pengawasan Ponpes di Jateng Ditingkatkan
›
Sudah Muncul Dua Kluster,...
Iklan
Sudah Muncul Dua Kluster, Pengawasan Ponpes di Jateng Ditingkatkan
Pada pekan ketiga Juli 2020, ditemukan 38 orang positif Covid-19 di lingkungan pondok pesantren di Wonogiri. Sementara hingga 9 Agustus 2020, di Margoyoso, Pati, 35 santri salah satu ponpes terkonfirmasi positif.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersama pemerintah kabupaten/kota meningkatkan pengawasan terhadap seluruh pondok pesantren untuk menjamin penerapan protokol kesehatan. Hal ini dilakukan setelah kemunculan kluster Covid-19 di dua pondok pesantren, yakni di Kabupaten Wonogiri dan Pati, dalam tiga pekan terakhir.
Pada pekan ketiga Juli 2020, diketahui terdapat 38 orang di salah satu pesantren di Kecamatan Jatisrono, Wonogiri, yakni santri, pengurus, dan ustaz, terkonfirmasi positif Covid-19. Penularan diduga berawal dari salah satu pengajar yang baru pulang dari Kabupaten Demak.
Sementara itu, pada 9 Agustus 2020, Pemkab Pati mengonfirmasi tambahan 26 santri di salah satu ponpes di Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, terkonfirmasi positif. Sebelumnya, sembilan santri di ponpes itu lebih dulu dinyatakan positif sehingga total ada 35 santri terjangkit virus korona baru.
Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin, di Kota Semarang, Senin (10/8/2020), mengatakan, konsep ”Jogo Tonggo” atau saling menjaga di lingkungannya mesti diperkuat, termasuk turunannya, yakni ”Jogo Santri”. Dengan demikian, penerapan protokol kesehatan di lingkungan ponpes harus diperketat.
”(Kegiatan) di pondok pesantren ini sebenarnya sudah dimulai sejak (Bulan) Syawal, tetapi baru kali ini muncul kasus. Kami lakukan analisis dari mana penyebabnya. Setiap ponpes yang sudah masuk dan berkegiatan penuh kami perhatikan, pantau, dan ingatkan terus,” kata Taj Yasin.
Ia pun meminta setiap ponpes, terutama di zona merah, mengikuti arahan pemkab/kota masing-masing. Arahan itu termasuk dalam penyesuaian pembelajaran, seperti pengurangan jumlah santri dalam satu ruangan, serta pemakaian masker, dan ketentuan menjaga jarak.
Konsep ”Jogo Tonggo” atau saling menjaga di lingkungannya mesti diperkuat, termasuk turunannya, yakni ”Jogo Santri”. Dengan begitu, penerapan protokol kesehatan di lingkungan ponpes harus diperketat.
Selain di Wonogiri dan Pati, dimungkinkan penularan juga terjadi di ponpes lain. ”Kemungkinan ada, tetapi kami belum menemukan,” kata Taj Yasin.
Sebelumnya, Bupati Pati Haryanto meminta semua pihak, terutama kalangan pendidikan, baik pengasuh pondok maupun guru, santri atau pelajar, serta wali santri atau orangtua murid untuk bersikap bijak. Hal tersebut penting demi kepentingan dan keselamatan bersama.
”Kami tahu anak-anak sudah bosan di rumah, orangtua pun mungkin bertambah pekerjaannya karena harus mendampingi putra-putrinya belajar daring. Namun, lelah dan bosan itu tentu tak sebanding dengan risiko yang ditanggung jika putra-putri kita terpapar Covid-19,” lanjutnya.
Ketua Satgas Forum Komunikasi Pengasuh Pesantren Kajen dan Sekitarnya Itqonul Hakim mengatakan, total ada 64 ponpes di Kajen, Margoyoso, Pati, dan sekitarnya. Ia memastikan kluster Covid-19 hanya terjadi di satu ponpes, sedangkan ponpes-ponpes lain situasinya kondusif. Pengawasan protokol kesehatan oleh Banser pun dilakukan siang dan malam.
Karena adanya Covid-19 ini, harus ada jaga jarak dan penerapan protokol kesehatan. (Ahmad Darodji-MUI Jateng)
Jaga jarak
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng KH Ahmad Darodji mengatakan, sudah sejak lama kebiasaan di pesantren, yakni hidup bersama secara sederhana, diterapkan. Aplikasi dalam keseharian, misalnya, dalam satu ruangan bisa diisi 15-20 orang. Namun, dalam situasi pandemi, semua tradisi itu harus diubah.
”Karena adanya Covid-19 ini, harus ada jaga jarak dan penerapan protokol kesehatan. Mereka insya Allah melakukan, paling tidak memakai masker dan selalu mencuci tangan. Namun, mungkin yang agak sulit ini dalam mejaga jarak,” kata Darodji.
Menurut dia, koordinasi antara ponpes dan pemkab/pemkot, termasuk dengan puskesmas terdekat, sudah dilakukan. ”Namun, memang ini sedang terjadi anomali, artinya sesuatu yang luar biasa. Maka, mudah-mudahan Covid-19 ini segera berakhir,” lanjutnya.