TikTok Mengungkap Praktik Standar Ganda AS dan China
›
TikTok Mengungkap Praktik...
Iklan
TikTok Mengungkap Praktik Standar Ganda AS dan China
TikTok, seperti banyak aplikasi lain di ponsel, dapat mengetahui lokasi penggunanya dan menyimpan informasi itu di pusat data yang, antara lain, berada di China. AS berusaha menghapus China dari internet.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
Hampir tidak ada penyedia aplikasi di komputer dan telepon pintar yang tidak mengambil data pengguna lalu dikirim ke negara asal penyedia aplikasi. Pengembang Amerika Serikat, Eropa, hingga China melakukan itu.
Denda FTC hanya sebagian sanksi yang diterima Facebook gegara terbukti menyedot, mempelajari, lalu menyalahgunakan data penggunanya. Masih banyak gugatan bernilai total miliaran dollar AS di sejumlah negara terhadap penyedia layanan media sosial itu.
Sebelum Australia, Belgia malah mendenda Google 600.000 euro karena dinilai melanggar aturan soal informasi pribadi. Denda Belgia adalah bagian dari kerangka Aturan Umum Perlindungan Data (GPDR) yang mulai diterapkan Uni Eropa pada 2018.
Beberapa bulan terakhir, India dan AS menuding TikTok, serta aneka aplikasi lain dari China, mencuri dan menyalahgunakan data pengguna. Washington menuding TikTok sebagai perangkat mata-mata China.
Meski sampai sekarang belum ada gugatan, seperti aplikasi lain, TikTok memang mengambil data penggunanya. Data itu dikirim ke peladen yang, antara lain, berada di China. Setiap pengguna TikTok mengizinkan aplikasi itu menggunakan kamera dan pelantang di ponsel untuk merekam video dan suara.
Aplikasi itu bisa membaca isi ponsel, seperti aplikasi apa yang dipasang di ponsel; kontak; hingga isi kartu penyimpan data. TikTok, seperti banyak aplikasi lain di ponsel, dapat mengetahui lokasi penggunanya dan menyimpan informasi itu di pusat data yang, antara lain, berada di China.
Larangan massal
Aneka akses itu menjadi salah satu alasan AS secara terbuka melarang TikTok. Washington memberi beberapa pekan kepada TikTok untuk menyelesaikan urusan di AS sebelum dikenai larangan operasi total. Aneka aplikasi lain buatan China, seperti WeChat, juga akan dilarang beroperasi di AS dalam beberapa pekan ke depan.
Belakangan, AS malah berusaha memastikan China sepenuhnya terhapus dari seluruh jaringan internet yang terafiliasi dengan Washington. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengindikasikan itu kala mengumumkan program Jaringan Bersih (Clean Network). Program yang diumumkan pada 5 Agustus 2020 itu melarang seluruh perusahaan telekomunikasi, aplikasi, dan penyedia jasa internet China terhubung dengan jaringan internet dan telekomunikasi AS.
Beijing secara terbuka mengecam kebijakan-kebijakan AS terhadap aneka aplikasi dan perusahaan teknologi informatika asal China. Kementerian Luar Negeri China menyebut pelarangan terhadap TikTok sebagai bentuk pemberangusan.
Kala mengecam Washington, Beijing sama sekali tidak menyinggung pembatasan akses internet yang sudah diterapkan sejak 1998. Para pengguna internet di China tidak bisa mengakses Whatsapp, Google, Facebook, Twitter, atau layanan lain yang lazim digunakan miliaran pengguna internet di luar China. Larangan itu dikenal sebagai Great Firewall, istilah yang menggabungkan Tembok Besar (Great Wall) China dan program perintang akses di internet.
Perintang itu membuat pengguna internet China hanya mengenal aplikasi dan informasi versi China. Alih-alih Google, Whatsapp, Twitter, Amazon, atau TikTok, pengguna internet China menggunakan Baidu, Weibo, WeChat, Alibaba, dan DouYin. TikTok, meski buatan China, memang memakai merek DouYin di China.
Perintang China terus dikembangkan sampai bisa menghalangi akses terhadap isu tertentu. Perintang China tidak hanya bisa menghalangi akses ke laman tertentu.
Perintang itu bisa menyasar secara spesifik ke tautan yang dinilai mengandung informasi sensitif menurut versi China. Dengan kata lain, perintang itu bisa menembus dan membaca data yang sudah tersandi kala dikirimkan melalui jaringan internet.
AS sudah bertahun-tahun memprotes Great Firewall. Dengan pengguna internet hampir 900 juta orang, China adalah pasar besar. Sayangnya, pasar sebesar itu tidak bisa diakses perusahaan-perusahaan AS.
Dengan program Clean NetWork, AS kini mengikuti jejak China soal pembatasan akses internet. Baku protes, saling intai, dan sedot data pengguna lewat aplikasi di ponsel dan komputer menunjukkan AS-China sama-sama menerapkan standar ganda.
Larangan TikTok dan aneka aplikasi buatan China oleh AS juga bentuk pembalasan karena Beijing lebih dulu menutup akses terhadap aneka layanan internet Barat. Beijing terkena karma atas perbuatannya. (AFP/REUTERS)