Pemengaruh Pemasaran Lebih ”Membumi” di Masa Pandemi
›
Pemengaruh Pemasaran Lebih...
Iklan
Pemengaruh Pemasaran Lebih ”Membumi” di Masa Pandemi
Pandemi Covid-19 memaksa para pemengaruh atau influencer di media sosial lebih kreatif membuat konten. Tidak jarang mereka harus lebih membumi untuk menyesuaikan preferensi penikmat konten yang berubah
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 memaksa para pemengaruh atau influencer di media sosial lebih kreatif membuat konten. Tidak jarang mereka harus lebih membumi untuk menyesuaikan preferensi penikmat konten yang berubah karena pembatasan sosial.
Jang Hansol, Youtuber asal Korea Selatan dengan kanal Korea Reomit yang membuat konten untuk masyarakat Indonesia, mengatakan, banyak pemengaruh, termasuk dirinya, yang dituntut untuk tetap menghasilkan konten yang menarik di tengah ruang gerak dan uang yang semakin terbatas.
”Kita ditantang dalam kondisi terperangkap ini untuk mengeluarkan konten yang mengena. Tidak sedikit influencer stres karena bingung dengan apa yang harus dilakukan untuk membuat konten, padahal audiens meningkat,” ujarnya dalam unjuk bincang virtual, Selasa (11/8/2020).
Walau demikian, di tengah situasi sosial-ekonomi yang tidak stabil dan mengkhawatirkan, ia mencoba memanfaatkan situasi itu dengan mengembangkan konten terkait perencanaan keuangan.
Menurut dia, konten terkait tema tersebut jadi kebutuhan baru bagi banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan, mengalami penurunan pendapatan, hingga khawatir mengalami penurunan bisnis.
”Saya mencoba buat konten baru yang lebih edukatif dan sesuai dengan apa yang saya rasakan dan takutkan di masa depan. Jadi, ini relate dengan situasi sekarang,” katanya.
Pemengaruh dan pembuat konten media sosial seperti Amel Carla juga merasakan dampak dari pandemi terhadap kemampuannya dalam berproduktivitas dengan menciptakan beragam konten dari studio di kantor. Ia juga harus menyesuaikan dengan perubahan kebiasaan pengguna media sosial di masa pandemi.
”Audiens dan pelanggan berbeda selama pandemi. Mereka lebih menyukai hal-hal yang humble (merendah) dan humanis, misalnya, mereka lebih suka melihat kita pakai daster di rumah atau mengulas isu yang sedang gencar, seperti sepeda,” tuturnya.
Tidak hanya itu, ia juga menangkap bahwa media sosial semakin memainkan peran penting dalam pemasaran produk atau isu selama pandemi. Oleh karena itu, ia tidak hanya aktif di Youtube, tetapi juga aktif di media sosial lain, seperti Instagram.
Pada kesempatan sama, antropolog dan ahli etnografi yang meneliti budaya pemengaruh, Crystal Abidin, mencatat, pandemi membuat tiga perubahan dalam industri pemengaruh. Pertama, audiens lebih menyukai konten pemengaruh yang merendah atau sesuai dengan situasi mereka.
Kedua, dengan lebih banyak waktu yang dihabiskan orang di ponsel, orang menginginkan konten yang lebih interaktif, cepat direspons, dan didengar. Ketiga, cara orang, khususnya anak-anak usia sekolah, dalam mengonsumsi konten daring (online) lebih sering sehingga pemengaruh harus menambah waktu untuk mengunggah konten.
”Hal yang dimasukkan di konten itu sebaiknya berbau humor agar audiens bisa lebih tertarik. Kemudian, dengan isu yang lebih membumi, topik jangan terlalu tinggi, tetapi manfaatkan kehidupan keseharian agar lebih terasa humanisnya,” sarannya.
Grup pemasaran dan talenta digital global, Gushcloud International, dalam laporan resmi berjudul ”The New Normal: How Covid-19 Has Changed the Fundamentals of Influencer Marketing in Southeast Asia”, juga mencatat beberapa perubahan dalam industri pemasaran dan hiburan yang dikerjakan pemengaruh.
Audiens media sosial saat ini dilaporkan memiliki daya beli digital yang luas sehingga pemegang merek dan pemengaruh harus melihat dan memanfaatkan strategi dagang yang interaktif. Strategi itu bisa dilakukan dengan menggunakan fitur live-commerce dan social commerce sebagai peluang pendapatan baru.
”Dalam hal output konten, peluang baru dari adopsi format dan platform baru, seperti TikTok, Twitch, dan Instagram Live, diperkirakan akan bertahan untuk jangka panjang. Pemegang merek dan pemengaruh harus berupaya mengoptimalkan konten pemasaran mereka untuk platform ini,” kata perwakilan Gushcloud Asia Tenggara, Oddie Randa.