Sebanyak 34 persen kasus terkonfirmasi positif di Kota Bogor berasal dari penularan dari luar. Pemerintah Kota Bogor membutuhkan tes usap lebih banyak lagi untuk mengakselerasi mitigasi infeksi Covid-19.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Kasus positif dari kluster keluarga dan perkantoran di Kota Bogor kembali bertambah. Untuk mengakselerasi mitigasi penularan dan mempercepat uji spesimen Covid-19, Pemerintah Kota Bogor mempersiapkan laboratorium reaksi rantai polimerase (PCR) di RSUD Kota Bogor. Pengoperasian laboratorium masih menunggu izin operasi dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, kluster keluarga di Kota Bogor kembali muncul di Kedungbadak, Tanah Sereal, Kota Bogor. Empat orang dalam satu keluarga yang terdiri dari ibu dan tiga anak dinyatakan positif. Total kluster keluarga di Kota Bogor menjadi 6 kasus.
”Kasus berawal ketika anak pertama dari keluarga tersebut sakit. Seusai diperiksa tes usap, anak pertama dinyatakan positif. Dia memiliki riwayat perjalanan ke kantor di Jakarta. Jadi, ini juga kasus imported case (penularan dari luar). Lalu, dia menularkan ke ibu dan adik-adiknya,” kata Dedie, Selasa (11/8/2020).
Selain penambahan kluster keluarga Kedungbadak, penularan juga terjadi pada aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Sekretariat Daerah Kota Bogor. Dua ASN yang terkonfirmasi positif Covid-19 dengan status tanpa gejala. Mereka saat ini dalam isolasi mandiri.
Dedi mengatakan, sejak awal Maret hingga saat ini setidaknya ada 19 ASN Pemkot Bogor terjangkit Covid-19. Mereka terdiri dari 9 orang di Dinkes Kota Bogor, 3 orang dari Sekretariat DPRD Kota Bogor, 5 orang dari Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, serta terakhir 2 orang dari Sekretariat Daerah Kota Bogor.
”(Sebanyak) 17 ASN yang positif sudah sembuh. Dua kasus terbaru dalam pemantauan dan tim saat ini sedang melacak orang-orang yang kontak erat dengan dua ASN itu. Temuan kasus positif membuat pemkot memberlakukan aturan bekerja dari rumah atau work from home,” tutur Dedie.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno mengatakan, peningkatan kasus kluster keluarga, perkantoran, dan penularan dari luar Kota Bogor mencapai 34 persen.
Temuan kasus positif membuat pemkot memberlakukan aturan bekerja dari rumah atau work from home. (Dedie A Rachim)
Sri mengatakan, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Bogor salah satunya dari pegawai Imigrasi Non TPI Bogor. Ia terpapar dari suaminya yang bekerja di salah satu perkantoran direktorat di DKI Jakarta.
”Mengetahui suaminya positif dari salah satu kantor direktorat di Jakarta, pegawai imigrasi tersebut menjalani tes usap dan hasilnya terkonfirmasi positif. Kami lacak segera agar tidak ada penambahan di kantor dan di rumah keluarga,” kata Sri
Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Non-TPI Bogor Suryono membenarkan kabar kasus konfirmasi positif di kantornya. Saat mengetahui suami dari pegawai tersebut positif, pihaknya langsung meminta pegawai tersebut pulang dan segera menjalani tes kesehatan.
Kantor Imigrasi Kelas I Non-TPI Bogor juga langsung melakukan sterilisasi dengan penyemprotan disinfektan. Bagi pegawai lain yang sempat melakukan kontak erat sudah disarankan untuk menjalani tes kesehatan.
”Kami mendata pegawai yang kontak erat dengan pasien positif dan sudah mengajukan ke Dinas Kesehatan serta Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bogor untuk melakukan tes cepat,” tutur Suryono.
Target 11.000 tes usap
Secara terpisah, Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, Pemerintah Kota Bogor saat ini masih menunggu izin dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat untuk mengoperasikan laboratorium menggunakan metode PCR di RSUD Kota Bogor. Jika sudah mendapat izin uji operasi, Pemkot akan meningkatkan tes usap sebanyak 11.000 dalam satu bulan.
”Alat PCR di RSUD Kota Bogor siap beroperasi dan menunggu izin Pemprov Jabar. Jika sudah beroperasi, Pemkot Bogor bisa mengejar 11.000 tes usap, targetnya satu bulan selesai. Saat ini sudah mencapai 8.400 orang yang tes usap secara acak di Kota Bogor,” kata Bima.
Alat PCR berasal dari pengadaan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, digunakan untuk mengakselerasi mitigasi infeksi Covid-19 di Kota Bogor. Keberadaan PCR diharapkan dapat mempercepat uji spesimen Covid-19 di Kota Bogor yang sedang mengalami peningkatan kasus positif.
Laboratorium PCR di RSUD Kota Bogor sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas uji diagnostik spesimen Covid-19. Kapasitas PCR tersebut dapat memeriksa 200-300 sampel per hari.
”Satu alat bisa sekitar 98 sampel setiap putaran. Ini prosesnya kami percepat. Di Kota Bogor lebih baik banyak tes, kelihatan positifnya banyak, tetapi warga banyak yang selamat,” lanjut Bima.
RSUD Kota Bogor juga menyiapkan 112 tempat tidur khusus untuk merawat pasien Covid-19. Delapan tempat tidur di antaranya sudah memiliki ventilator dan tekanan negatif. Tempat tidur yang terisi ada 64 dari 112 kapasitas yang ada.