Inter Milan lolos ke semifinal Liga Europa setelah mengalahkan Bayer Leverkusen 2-1 di perempat final, Selasa dini hari WIB. Pencapaian itu tidak terlepas dari kiprah striker Lukaku yang melampaui rekor Alan Shearer.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
DUESSELDORF, SELASA — Inter Milan lolos ke semifinal Liga Europa seusai menang tipis, 2-1, atas Bayer Leverkusen pada perempat final kompetisi itu di Arena Merkur Spiel, Duesseldorf, Jerman, Selasa (11/8/2020) dini hari WIB. Kemenangan Inter tidak lepas dari penampilan apik striker Romelu Lukaku yang mencetak satu gol dan membuat rekor gol di Liga Europa.
Dalam laga itu, Inter Milan mencetak dua gol lewat gelandang Nicolo Barella di menit ke-15 dan Lukaku di menit ke-21. Sementara itu, Bayer Leverkusen membuat gol balasan lewat gelandang Kai Havertz di menit ke-24. Dengan kemenangan itu, Inter lolos ke semifinal dan bersiap menghadapi pemenang laga antara Shakhtar Donetsk dan Basel yang baru berlangsung pada Rabu (12/8/2020) dini hari.
Pelatih Inter Milan Antonio Conte, dikutip dari laman resmi Inter Milan, Selasa, mengakui permainan apik Lukaku dalam laga tersebut. Namun, ia menilai, performa Lukaku juga tak lepas dari kinerja hebat semua pemain yang ada.
”Jika semua pemain tampil apik sebagai tim, hal itu membuat semua orang dapat berperan maksimal dalam level penampilan individu. Untuk itu, para penyerang seperti Lukaku harus berterima kasih pula kepada tim,” ujarnya.
Dengan satu gol itu, Lukaku berhasil membuat sejumlah rekor baru. Penyerang raksasa yang berjuluk ”Big Rom” itu menjadi pemain pertama dalam sejarah Liga Europa (dulu bernama Piala UEFA) yang berhasil mencetak gol dalam sembilan laga secara beruntun. Pemain berusia 27 tahun itu melampaui rekor penyerang legendaris Newcastle United, Alan Shearer, yang mencetak gol dalam delapan laga beruntun di musim 2004-2005.
Secara keseluruhan, gol itu merupakan gol ke-31 Lukaku di segala kompetisi musim ini. Ini adalah gol semusim terbanyaknya sepanjang kariernya. Pemain terakhir Inter Milan yang mampu membuat lebih dari 30 gol dalam semusim adalah penyerang legendaris asal Kamerun, Samuel Eto’o, dengan koleksi 37 gol pada musim 2010-2011.
Kami harus mengasah penyelesaian akhir secara lebih baik karena semifinal akan jauh lebih sulit dan kami harus siap menjalaninya.
”Rekor adalah rekor. Namun, kemenangan tim lebih penting. Leverkusen adalah tim yang berkualitas. Kami membuat banyak kesalahan di lini depan. Seharusnya, kami bisa menang lebih besar dari itu. Kami harus mengasah penyelesaian akhir secara lebih baik karena semifinal akan jauh lebih sulit dan kami harus siap menjalaninya,” kata Lukaku kepada Sky Sport.
Bayer unggul bola
Sebagai klub asal Jerman, Bayer Leverkusen diuntungkan dengan adaptasi lingkungan yang lebih baik dalam laga kali ini. Sejak awal laga, mereka mampu menguasai jalannya permainan. Statistik keseluruhan pun menunjukkan Bayer unggul penguasaan bola 63 persen dibanding Inter Milan yang hanya 37 persen.
Namun, Inter Milan bermain sangat efektif dalam laga itu. Walau jarang memegang bola, mereka mampu membuat serangan mematikan setiap kali menguasai si kulit bundar. Statistik keseluruhan juga membuktikan Inter bisa membuat 18 tembakan dengan tujuh mengarah ke gawang, sedangkan Bayer Leverkusen hanya membuat sembilan tembakan dengan dua mengarah ke gawang.
Permainan efektif Inter Milan tak lepas dari kontribusi penyerang asal Belgia, Lukaku. Dengan tubuh besar bak raksasa, penyerang bertinggi 191 sentimeter itu menjadi momok menakutkan pertahanan lawan. Bola yang dikuasai pemain kelahiran Antwerpen, Belgia, 13 Mei 1993, itu amat sulit direbut lawan karena dia melindungi bola dengan tubuh besarnya.
Bahkan, bek Bayer Leverkusen, Edmond Tapsoba, dibuat frustrasi oleh keunggulan fisik Lukaku. Betapa tidak, bek asal Burkina Faso itu ditugasi untuk selalu menempel Lukaku. Walakin, pemain bertinggi 190 sentimeter itu nyaris tidak pernah bisa menjangkau bola yang ada di kaki Lukaku.
Puncaknya, Lukaku dua kali menjadikan Tapsoba sebagai bulan-bulanan yang memicu lahirnya dua gol Inter Milan. Gol pertama Inter Milan yang dicetak Barella di menit ke-15 merupakan hasil kerja keras Lukaku yang berhasil ”menjatuhkan” Tapsoba di dalam kotak penalti Bayer Leverkusen.
Setelah melewati Tapsoba yang ”terkapar”, Lukaku coba menembak ke gawang, tetapi bola membentur pemain lawan. Bola muntahan itu berhasil disosor Barella dari luar kotak pinalti lawan dan bola melesat melewati jangkauan kiper lawan.
Gol kedua Inter Milan dilesatkan Lukaku pada menit ke-21. Lagi-lagi, Lukaku berhasil membuat Tapsoba terkapar dalam kotak penalti Bayer Leverkusen karena kalah adu fisik tubuh. Setelah itu, Lukaku dengan santai melepaskan tembakan pelan, tetapi gagal dihalau kiper lawan.
Walau berusaha keras, Bayer hanya mampu membuat satu gol balasan yang dilesatkan Havertz di menit ke-24. ”Kami menerima banyak tekanan, tetapi tim meresponsnya dengan baik. Sejak kecil, saya selalu ingin menang. Saya selalu mengatakan bahwa saya akan memberikan segalanya untuk tim,” tutur Lukaku, mengungkapkan mentalitas bajanya.
Sepuluh tahun
Bagi Inter Milan, keberhasilan lolos ke semifinal Liga Europa musim ini adalah prestasi terbaik klub berjersi biru-hitam itu di kompetisi antarklub Eropa dalam 10 tahun terakhir. Terakhir kali Inter Milan lolos ke semifinal ketika berlaga di Liga Champions musim 2009-2010. Saat itu, tak hanya mencapai semifinal, mereka pun berhasil menjuarai kompetisi tertinggi antarklub Eropa tersebut seusai menaklukkan Bayern Muenchen, 2-0, di final.
Bahkan, ini semifinal perdana Inter Milan di Liga Europa setelah 18 tahun. Terakhir kali mereka menembus babak empat besar Liga Europa pada musim 2001-2002. Namun, ketika itu, mereka hanya sampai di babak tersebut karena kalah agregat, 2-3, dari Fayenoord.
”Kami berada di semifinal ajang Eropa untuk pertama kalinya dalam 10 tahun dan kami sangat bahagia untuk itu. Sekarang, kami menanti siapa lawan kami nanti. Kami juga berupaya untuk memulihkan kondisi sesegera mungkin,” ujar bek Inter Milan, Diego Godin.
Pelatih Bayer Leverkusen Peter Bosz cukup kecewa dengan kekalahan tersebut. Pasalnya, kekalahan itu membuat Bayer dipastikan gagal meraih gelar apa pun di musim ini. Secara keseluruhan pada musim ini, mereka menempati peringkat kelima Liga Jerman, peringkat kedua Piala Jerman, tersingkir pada babak penyisihan grup Liga Champions, dan kandas di perempat final Liga Europa.
”Itu adalah pertandingan terakhir musim ini untuk kami. Ketika Anda pergi dengan tangan kosong (tersingkir), itu sangat mengecewakan,” ujar Bosz, dikutip dari akun Twitter Bayer Leverkusen seusai laga.
Penjaga gawang Bayer Leverkusen, Lukas Hradecky, mengungkapkan, timnya tertinggal 0-2 terlalu cepat. Hal itu membuat mereka kesulitan untuk mengatasi ketertinggalan. ”Kami sudah mencoba segalanya, tetapi kami tidak beruntung untuk memasukkan bola ke gawang lawan. Kami harus belajar dari laga ini dan melakukan lebih baik untuk musim depan,” ujarnya di akun Twitter Bayer Leverkusen. (REUTERS)