Menuju Tiga Dekade Kekuasaan, Lukashenko Ditentang Demonstran
›
Menuju Tiga Dekade Kekuasaan, ...
Iklan
Menuju Tiga Dekade Kekuasaan, Lukashenko Ditentang Demonstran
Alexander Lukashenko mengklaim menang telak dalam pemilu kali ini terhadap lawannya, Svetlana Tikhanouskaya (37), ibu rumah tangga dan mantan guru Bahasa Inggris yang muncul begitu saja menantang kepemimpinannya.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
MINSK, SELASA — Bentrokan pasca-pemilu presiden Belarus, antara aparat kepolisian dan ribuan pengunjuk rasa, menewaskan setidaknya satu orang, Senin (10/8/2020). Massa menentang kemenangan petahana Alexander Lukashenko (65) yang telah 26 tahun berkuasa karena diduga mencurangi proses pemilu yang kini mengantarnya menuju tiga dekade kekuasaan.
Para pengamat menilai, belum pernah ada pemilu yang jujur di Belarus sejak 1995. Unjuk rasa yang sudah berlangsung dua hari itu terjadi setelah kubu oposisi menuding presiden petahana, Lukashenko, mencurangi proses pemilu hingga ia bisa kembali menang dengan meraih 83,5 persen suara. Lukashenko telah berkuasa lebih dari seperempat abad.
Aparat polisi menembakkan gas air mata, peluru karet, dan memakai tongkat untuk membubarkan pengunjuk rasa di Minsk, Senin malam waktu setempat.
”Korban hendak melemparkan bahan peledak, tetapi sudah meledak sebelum sempat dilempar,” kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Belarus, Alexander Lastovsky.
Lukashenko mengklaim menang telak terhadap lawannya, Svetlana Tikhanouskaya (37), seorang ibu rumah tangga dan mantan guru Bahasa Inggris yang muncul begitu saja menantang kepemimpinan Lukashenko.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo menilai pemilu di Belarus kali ini bebas dan tidak jujur. Sebagian publik Belarus menentang kekuasaan yang otoriter sang presiden yang pro-Rusia itu.
Para pengamat asing juga menilai belum pernah ada pemilu yang bebas dan jujur di Belarus sejak 1995. Bahkan, lawan-lawan Lukashenko sering kali berakhir di penjara dan menyelidiki orang-orang yang menentang Lukashenko dan pemerintahannya dengan tuduhan kasus-kasus kriminal.
Sementara Tikhanouskaya, kampanyenya menarik dukungan terbesar sejak tumbangnya Uni Soviet tahun 1991. Seperti Lukashenko, Tikhanouskaya juga mengklaim memenangi pemilu. Ia menuding Lukashenko curang dan mengadukan masalah ini ke komite pemilu.
”Pemerintah tidak mau mendengar suara kami. Mereka harus memikirkan cara menyerahkan kekuasaan dengan damai. Kita tidak terima hasil pemilu ini,” kata Tikhanouskaya yang mencalonkan diri setelah suaminya dipenjara.
Jerman mengajak Uni Eropa membahas sanksi bagi Belarus yang sebelumnya dicabut pada 2016 dengan alasan untuk memperbaiki hubungan Belarus dengan negara-negara Uni Eropa. Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan ucapan selamat kepada Lukashenko agar mau memperkuat hubungan kedua negara.
Revolusi
Meski diancam dengan sanksi lagi oleh Jerman, Lukashenko, bekas manajer pertanian kolektif di era Uni Soviet, tetap tidak mau mendengar. Ia mengendalikan Belarus sepenuhnya sejak 1994.
Beberapa pekan terakhir, cara Lukashenko menangani persoalan ekonomi, pandemi Covid-19, dan pelanggaran hak asasi manusia banyak dikritik oleh komunitas internasional, bahkan didesak untuk mundur. Namun, Lukashenko menolak.
”Kami tidak akan membiarkan negeri ini dipecah-belah,” kata Lukashenko yang dikutip kantor berita Belta.
Menurut Lukashenko, kekuatan asing berusaha memanipulasi para pengunjuk rasa dan berkonspirasi untuk menggulingkan kekuasaannya. Namun, ia tidak akan tinggal diam dan memastikan tidak akan pernah ada revolusi.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa dan komisioner Perluasan UE menyayangkan pemilu Belarus yang dinodai oleh kekerasan terhadap para pengunjuk rasa.
”Kami mengecam kekerasan yang dilakukan Pemerintah Belarus dan meminta semua tahanan segera dibebaskan,” kata Josep Borrell dan Oliver Varhelyi dalam pernyataan sikap bersama. (REUTERS/AFP/AP)