Ada harapan yang disematkan oleh produsen UMKM atas insentif pekerja yang diinisiasi pemerintah. Pelaku UMKM ini berharap kecipratan rezeki dari belanja para pekerja itu.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah berharap insentif yang akan diterima pekerja swasta dapat merembes ke dagangan mereka. Berbagai strategi pun disiapkan untuk menarik pembeli, sekaligus meningkatkan penjualan di tengah perekonomian yang lesu.
Seperti diketahui, pemerintah sedang menyelesaikan skema subsidi kepada pekerja dengan gaji di bawah Rp 5 juta per bulan. Subsidi yang diberikan sebesar Rp 600.000 per bulan, selama empat bulan.
Pembuat sabun berbahan alami di Cimahi, Jawa Barat, Dilla Anindita, berharap insentif pekerja menjadi kesempatan untuk memperbaiki penjualan yang terdampak oleh pandemi Covid-19. Pemilik usaha Kelana Soap Maker ini menjelaskan, dengan tidak adanya gelaran bertema ramah lingkungan, ia kehilangan sebagian besar pembeli.
Biasanya di setiap gelaran, ia bisa menjual 150 sabun berbahan alami. Sebelum Covid-19 merebak di Indonesia, gelaran bisa diadakan sekali sebulan. Itu belum termasuk pembeli yang bertransaksi melalui media sosial yang bisa memesan puluhan sabun per bulan.
Pembuat sabun berbahan alami di Cimahi, Jawa Barat, Dilla Anindita, berharap insentif pekerja menjadi kesempatan untuk memperbaiki penjualan yang terdampak oleh pandemi Covid-19. Pemilik usaha Kelana Soap Maker ini menjelaskan, dengan tidak adanya gelaran bertema ramah lingkungan, ia kehilangan sebagian besar pembeli.
Sebaliknya, sejak tiga bulan terakhir, dia hanya bisa menjual sekitar 130 sabun. ”Produk ini, kan, segmennya terbatas pada orang-orang yang sudah memahami tentang hidup ramah lingkungan dan mengetahui betapa berisikonya penggunaan deterjen dalam sabun mandi. Selain itu, produk ini termasuk kebutuhan tersier, toh, ditambah lagi perekonomian sedang susah sekarang,” ujar Dilla saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (11/8/2020).
Beri diskon
Di tengah merosotnya daya beli warga, yang paling mungkin Dilla lakukan adalah memberikan diskon kepada pembeli. Dia juga akan menjalin kerja sama dengan produsen yang memiliki produk beririsan. ”Aku, kan, bikin sabun dengan aroma kopi, ya, jadi ya bisa saja nanti kerja sama dengan pemilik kedai kopi,” ujarnya.
Penjual sambal tuna dan sambal cumi botol di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, Wieke Rahma Yunisha, menjelaskan, pembeli dagangannya merupakan pekerja swasta yang indekos di sekitarnya. Tambahan penghasilan bagi pekerja tersebut diharap bisa mengerek jumlah pesanan atau bahkan menambah jumlah pelanggan.
Dihubungi Selasa dari Jakarta, Wieke memaparkan, salah satu strategi yang akan ditempuh adalah memberikan diskon harga kepada pembeli yang bisa mencari pembeli baru. ”Contohnya, aku menjual sambal cumi Rp 17.000 per mililiter (ml). Nanti, kalau ada pembeli yang membeli lewat dia, harganya aku diskon menjadi Rp 15.000, terserah dia nanti mau jual berapa,” katanya.
Saat ini, Wieke menerima pemesanan produk dua kali seminggu. Jumlah pemesan mencapai 25-35 orang dan rata-rata satu orang memesan satu botol saja. Wieke mendapat untung bersih 100 persen dari modal.
”Kalau sambal tuna dan cumi ini sebetulnya lauk pendamping dan tidak dipesan setiap hari. Untuk ukuran 150 ml bisa tahan empat hari. Makanya, aku bikin dua kali seminggu,” kata perempuan yang juga bekerja di salah satu lembaga pelatihan ini.
Kesempatan mencicil
Di Pekanbaru, Riau, pemilik usaha dekorasi rumah Rumah Cantix Lusia, Lusia Eka Yunita, menjelaskan, rencana pemerintah untuk memberikan subsidi kepada pekerja menjadi angin segar bagi usahanya. Sebab, dia baru saja membuka satu cabang usaha di Pekanbaru, seminggu lalu.
”Lokasi Rumah Cantix Lusia yang kedua ini berada di dekat kompleks perumahan baru yang minimalis. Jadi, segmennya memang untuk kelas menengah ke bawah,” ujarnya.
Saat ini, ia mempromosikan dagangan berupa gorden, seprai, dan dekorasi rumah lainnya melalui siaran langsung di Facebook. Tayangan langsung itu dilakukannya setiap pagi hari. Jika banyak yang menonton, ia bisa tayang selama tiga hingga empat jam.
Lusia menyatakan, pembeli diberi kesempatan untuk mencicil produk yang diinginkan. Setelah cicilan lunas, barang akan segera dikirim. Kini, setiap hari, omzetnya berkisar Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. Sejauh ini, omzetnya masih stabil.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan, industri atau UMKM ritel perlu lebih agresif menjalankan strategi omnichannel atau pemanfaatan media daring dan luring. Strategi yang memanfaatkan digitalisasi penting, antara lain untuk menjawab kekhawatiran akan situasi kesehatan di masa pandemi.
Upaya menarik konsumen dengan promo spesial, seperti diskon atau cashback, juga relevan. Namun, untuk menyasar pasar menengah dan atas, Roy menyarankan agar pelaku usaha membuat inovasi untuk meningkatkan pengalaman mereka, seperti layanan antar bebas Covid-19 atau kesempatan untuk calon pembeli menjajal produk yang dijual (Kompas, 10/8/2020).
Laporan Bank Dunia bertajuk ”Aspiring Indonesia-Expanding the Middle Class” pada Januari 2020 menyebutkan, dalam periode 15 tahun terakhir, jumlah populasi kelas menengah Indonesia naik dari 7 persen menjadi 20 persen total populasi atau sekitar 52 juta orang pada 2019. Sejumlah pakar ekonomi menyebutkan, potensi kelas menengah terhadap perekonomian Indonesia sangat besar, yakni mencapai 45 persen.