Sevilla berhasil melangkah ke babak perempat final Liga Europa setelah menyingkirkan tim ”serigala” dari Roma, Italia. Kini, mereka akan menghadapi serigala lainnya yang tidak kalah buas, Wolverhampton Wanderes.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·5 menit baca
DUISBURG, SENIN —Wolverhampton Wanderers, klub asal Inggris, musim ini tampil ganas bak serigala kelaparan. Rasa lapar klub yang memang dijuluki ”Si Serigala” itu bisa menjadi ancaman Sevilla, tim tersukses di Liga Europa, pada laga perempat final kompetisi itu, Rabu (12/8/2020) pukul 02.00 WIB.
Berbahayanya taring ”Wolves”, julukan klub Inggris itu, terlihat jelas di fase gugur Liga Europa musim ini. Pada babak 32 besar, mereka mengoyak klub Spanyol lainnya, Espanyol, dengan agregat 6-3. Lalu, pada babak berikutnya, mereka menyingkirkan Olympiakos, 2-1.
Padahal, Olynpiakos adalah tim kuda hitam yang sebelumnya menyingkirkan klub besar Inggris, Arsenal, pada babak 32 besar. Rasa lapar menjadi pendorong klub itu untuk meraih perempat final pertamanya dalam 48 tahun di kompetisi antarklub sepak bola Eropa. Kali terakhir mereka tampil di Liga Europa (dulu Piala UEFA) sebelumnya adalah pada musim 1980-1981.
Maka dari itu, motivasi menggebu-gebu Wolves tidak bisa disepelekan Sevilla, pemilik lima gelar juara Liga Europa. ”Wolves punya banyak pemain hebat dan datang dengan rasa lapar akan kemenangan. Saya rasa, ini adalah laga dua tim dengan kekuatan seimbang karena kami juga punya hasrat menang. Ini akan jadi laga sulit,” ujar Lucas Ocampos, gelandang serang Sevilla, dikutip dari laman resmi Sevilla.
Bagi Sevilla, ini adalah laga kedua mereka menghadapi tim ”serigala”. Mereka baru saja menyingkirkan AS Roma, tim berjuluk ”Si Serigala Roma”, pada babak 16 besar dengan kemenangan 2-0.
Kemenangan itu pun dianggap sempurna karena sebelum laga itu para pemain Sevilla menyadari Roma adalah lawan yang sulit. Sebelum duel itu, AS Roma tengah dalam tren menawan, yaitu meraih tujuh kemenangan dalam delapan laga terakhirnya di Liga Italia.
Kewaspadaan akan lawannya menjadi kunci Sevilla untuk bisa meningkatkan standar permainan dan menjaga peluangnya menyabet trofi Liga Europa yang keenam. Saat ini, tiada tim yang mampu menandingi kesuksesan Sevilla di Liga Europa, apalagi mereka pernah meraih gelar itu tiga kali beruntun pada kurun 2014-2016.
Praktis, laga yang akan berlangsung di Stadion MSV Arena, Duisburg, Jerman, dini hari nanti akan menjadi pertemuan dua tim yang berbeda dalam hal pengalaman. Kedua tim belum pernah bertemu dan ini merupakan kesempatan bagi Manajer Wolves Nuno Espirito Santo untuk menunjukkan taktik khasnya kepada Sevilla.
Di tangan Santo, sejak 2017, Wolves menjdi tim kuda hitam yang disegani di Inggris. Mereka tidak jarang menjungkalkan klub-klub kaya, seperti Arsenal, Chelsea, Manchester United, dan Manchester City.
Tim itu tidak jarang tampil bak serigala berbulu domba ketika menghadapi tim-tim besar.
Bak berbulu domba
Kebangkitan Wolves itu tidak terlepas dari keluwesan Santo dalam menerapkan taktik serta perubahan lini pertahanan tim itu dalam setiap laga. Tim itu tidak jarang tampil bak serigala berbulu domba ketika menghadapi tim-tim besar.
Tim itu dapat dengan cepat mengubah formasi permainannya, yaitu dari lima bek ketika bertahan, menjadi tiga bek saat menyerang. Dua bek sayap mereka acapkali tampil agresif dan ikut maju ke depan ketika menyerang balik lawan.
Taktik bunglon itu membuat Manchester City dan manajer ternamanya, Pep Guardiola, tidak berkutik dan dua kali dipermalukan Wolves di Liga Inggris musim ini. Wolves menjadi satu-satunya tim setelah Chelsea yang mampu dua kali mengalahkan tim Guardiola dalam satu musim yang sama.
Karena itu, Sevilla wajib mewaspadai Wolves, terutama tekanan dari para pemain Wolves yang bergelombang. Lini tengah maupun penyerang Wolves dikondisikan untuk siap menekan lawan terdekat yang membawa bola. Satu pemain dari tim lawan bisa dikepung dua atau tiga pemain Wolves.
Pola bermain menekan tinggi sejak lini depan ini serupa yang diperlagakan juara Liga Inggris, Liverpool, dan tim ajaib Italia, Atalanta. Cara bermain ngotot seperti itu membuat Wolves sekarang mengalami musim terhebatnya di Liga Inggris dengan finis di peringkat ketujuh.
Liga Europa kini dianggap sebagai jalan bagi Wolves untuk mendapatkan tiket ke kompetisi antarklub Eropa paling elite, Liga Champions, musim depan. Tiket itu tidak bisa mereka dapatkan dengan finis di peringkat ketujuh di Liga Inggris.
Namun, masalahnya, sebagian besar pemain Wolves saat ini tidak berpengalaman tampil di kompetisi Eropa itu. Oleh karena itu, para pemain yang lebih berpengalaman, seperti kiper Rui Patricio, mengatakan akan membagi pengalaman itu dengan para pemain lainnya.
Momen yang tepat untuk berbagi pengalaman itu adalah saat berlatih. ”Para pemain muda melihat cara saya mempersiapkan diri. Tidak diragukan lagi, saya menjadi menjadi contoh bagi mereka,” ujar Patricio yang mengumpulkan banyak pengalaman di kompetisi Eropa saat masih membela klub asal Portugal, Sporting Lisbon.
Saling menguatkan
Masih ada beberapa pemain lainnya yang bisa berbagi pengalaman di Eropa itu seperti Joao Moutinho, Ruben Neves, dan Diago Jota. Kebersamaan dan sikap saling menguatkan ini penting karena Santo menganggap laga kontra Sevilla nanti bagaikan sebuah final.
Akibat pandemi Covid-19, laga perempat final ini memakai pola turnamen, yaitu digelar sekali di tempat netral. Pola tanpa kandang-tandang itu juga berlaku hingga ke final yang digelar di Jerman.
”Kami akan menghadapi tim yang sangat tangguh. Laga ini akan sulit tetapi sekaligus menjadi tantangan,” kata Santo.
Jika mengalahkan Sevilla, Wolves akan menghadapi Manchester United atau Kopenhagen pada Selasa (11/8/2020) dini hari WIB. Mereka kini tinggal dua langkah lagi menuju final dan menjadi tim Inggris berikutnya yang menjadi juara Liga Europa setelah Chelsea pada musim lalu. (REUTERS)