Atalanta tidak hanya mengincar sejarah besar di Liga Champions Eropa saat melawan Paris Saint-Germain, Kamis dini hari WIB. Mereka juga berpeluang membuktikan sepak bola tidak melulu dikuasai mereka yang berlimpah uang.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·5 menit baca
LISABON, SELASA — Sepak bola terus berkembang menjadi sebuah industri besar, terutama di Eropa. Klub-klub kaya dengan mudahnya memperkuat skuadnya dan meraih kemenangan serta kejayaan. Kiprah tim ”ajaib” asal Italia, Atalanta, di Liga Champions Eropa musim ini menjadi anomali dari tren itu.
Tim berjuluk ”Sang Dewi” yang berasal dari Bergamo, Italia, itu mewakili segelintir klub papa di Liga Champions. Kompetisi itu selama ini rutin dikuasai klub-klub kaya raya Eropa seperti Real Madrid, Barcelona, dan Bayern Muenchen.
Atalanta bukan tim dengan modal besar yang bisa membeli pemain-pemain terbaik dunia untuk mengincar gelar juara. Sang Dewi hanya bermodal kejelian manajemen klub mengelola dan memacu semangat pemain biasa saja, bahkan barisan ”buangan” seperti Luis Muriel, Alejandro ”Papu” Gomez, Duvan Zapata, dan Josip Ilicic.
Di tangan Pelatih Gian Piero Gasperini, para barisan terbuang itu menjelma pasukan beringas yang tidak pernah takut akan lawan-lawan besar. Musim ini, mereka menjadi salah satu tim paling agresif dan garang di Eropa dengan torehan total 115 gol di tiga kompetisi berbeda.
Kegarangan itu hanya mampu dilewati tiga tim berlimpah harta, yaitu Bayern Muenchen (147 gol), Manchester City (133 gol), dan Paris Saint-Germain (116 gol). Padahal, nilai skuad Atalanta hanya seperempat dari setiap klub kaya itu.
Dengan mengandalkan kombinasi dua elemen itu, Atalanta bisa melaju hingga ke babak perempat final Liga Champions untuk melawan tim yang kemampuan finansialnya berbeda jauh, yaitu Paris Saint-Germain (PSG). Mereka akan berduel untuk kali pertama dalam sejarah di Stadion Da Luz, Lisabon, Portugal, Kamis (13/8/2020) pukul 02.00 WIB.
Duel ini akan menjadi cerminan pertarungan ”Daud dan Goliat” dalam konteks kekuatan modal di belakang masing-masing klub. Sebagai gambaran, seperti dilansir Marca, PSG memiliki Neymar sebagai pemain termahal dengan gaji sebesar 36 juta euro atau Rp 622 miliar per tahun. Uang sebanyak itu setara dengan pengeluaran Atalanta untuk menggaji seluruh pemainnya dalam setahun.
Jumlah tersebut belum termasuk pengeluaran PSG untuk membayar gaji pemain bintang lainnya, yaitu Kylian Mbappe Lottin, yang mencapai 16 juta euro atau Rp 276 miliar per tahun. Jika ditotal, pengeluaran PSG untuk menggaji trio penyerangnya, yaitu Neymar, Mbappe, dan Mauro Icardi, bisa mencapai 55 juta euro atau nyaris Rp 1 triliun per musim.
Sementara, pemain termahal Atalanta, menurut La Gazzetta dello Sport, adalah Gomez, Zapata, dan Muriel, yang masing-masing hanya mendapatkan gaji sekitar 1,8 juta euro atau Rp 31 miliar per musim. Itu pun sudah termasuk bonus. Total pengeluaran Atalanta untuk menggaji ketiga pemain itu hanya sekitar 6 juta euro.
Wajar apabila PSG bisa memiliki uang sebanyak itu karena telah mendapat suntikan dana dari Qatar. Semua itu terjadi ketika Qatar Sport Investment membeli PSG pada 2012. Gebrakan besar lantas terjadi pada tahun 2017 saat PSG memboyong Neymar dan Mbappe. Neymar menjadi pemain termahal sejagat yang dibeli seharga 222 juta euro dari Barcelona.
”Kami berinvestasi besar di Liga Perancis dan berusaha menjadi tim yang kompetitif di Liga Champions,” ujar Presiden PSG, Nasser al-Khelaifi, kepada The Telegraph pada 2017.
PSG memang telah berhasil mendominasi Liga Perancis. Akan tetapi, mereka belum bisa memenuhi ambisi Khelaifi untuk merebut takhta Eropa. Sejak dibela Neymar dan Mbappe pada 2017, PSG hanya bisa melangkah hingga ke perempat final, seperti pada musim ini.
Belum sekalipun mereka lolos ke semifinal, apalagi final. Bahkan, selama tiga musim sebelumnya, langkah mereka selalu terhenti di babak 16 besar.
Sebaliknya, selain memanfaatkan barisan pemain terbuang, Atalanta selama ini menyiasati keterbatasan dana dengan memaksimalkan akademi yang mereka miliki. Mereka telah melahirkan banyak pemain bintang dari akademi yang diminati klub-kiub Italia lainnya. Beberapa pemain jebolan akademi mereka yang kini menjadi langganan tim inti Atalanta, antara lain, yaitu Mattia Caldara dan kiper Marco Sportiello.
Gasperini memadukan para pemain akademi itu dengan para senior yang gagal bersinar di klub-klub terdahulu lewat pendekatan ”satu nasib sepenanggungan”. Artinya, tidak ada individu yang dianggap lebih hebat dari yang lainnya.
Pola pendekatan itu membuat Atalanta tampil sangat solid dan kompak. Setiap kali kehilangan bola, misalnya, barisan gelandang, bahkan penyerang, beramai-ramai mengepung pemain lawan untuk merebut bola kembali secepat mungkin.
Sebaliknya, saat menyerang, hampir seluruh pemain, bahkan bek sayap, ikut terlibat. Pola itu membuat serangan mereka sangat dinamis dan sulit ditebak. Gol pun bisa tercipta dari berbagai lini dan pemain. Kekuatan itulah yang antara lain harus diwaspadai PSG.
Kami bermain sebagai tim. Adapun PSG punya banyak pemain bintang yang bisa menentukan hasil laga dengan kemampuan individunya, bukan secara tim.
Diakui bek sayap Atalanta, Robin Gosens, timnya berbeda dengan PSG. ”Kami bermain sebagai tim. Adapun PSG punya banyak pemain bintang yang bisa menentukan hasil laga dengan kemampuan individunya, bukan secara tim,” ujarnya.
Namun, sayangnya, Atalanta maupun PSG terancam tidak bisa menampilkan kekuatan penuh saat bertemu karena setiap tim kehilangan pemain bintangnya. Atalanta tidak bisa diperkuat Ilicic yang saat ini berada di Slovenia untuk menyelesaikan urusan pribadinya. Adapun PSG terancam tidak bisa diperkuat Mbappe yang sedang memulihkan diri dari cedera pergelangan kakinya.
Mbappe sudah bisa ikut berlatih bersama tim, tetapi ia masih diragukan untuk bisa tampil penuh. Posisinya pun kemungkinan ditempati Pablo Sarabia. Tak pelak, Neymar punya tanggung jawab yang lebih besar di laga ini. Ia pun telah memberikan janji dan harapan kepada para pendukungnya.
”Saya merasa sedang dalam kondisi terbaik sejak datang ke Paris,” ujar pemain asal Brasil yang menjadi pahlawan timnya ketika menyingkirkan Borussia Dortmund di babak 16 besar lalu itu. (AFP)