logo Kompas.id
Dwi Yulianto, Lika Liku...
Iklan

Dwi Yulianto, Lika Liku Pebisnis Muda asal Cilacap

Sejak remaja, Dwi menetapkan jalan hidupnya sebagai pebisnis kuliner. Ia berhasil melalui jalan itu dan memberi berkah bagi banyak anak muda yang putus sekolah.

Oleh
Ester Lince Napitupulu
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/eP7LTnTVwU3so2bgjCVq3m75YWw=/1024x768/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F08%2FIMG-20200716-WA0003_1596702732.jpg
DOKUMENTASI PRIBADI

Dwi Yulianto, pemilik Rumah Makan Babeh di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah (kiri depan), berfoto bersama karyawannya. Rumah makan ini memiliki 58 karyawan yang kebanyakan anak muda putus sekolah.

Dunia kuliner membuat Dwi Yulianto (32) jatuh cinta. Melalui jalan berliku, ia berhasil mendirikan rumah makan yang cukup dikenal di Cilacap, Jawa Tengah, sejak satu dekade yang lalu. Rumah makan tersebut kini menjadi sumber rezeki Dwi dan puluhan anak muda putus sekolah.

Dwi berasal dari keluarga kurang mampu. Ayahnya bekerja sebagai petugas satpam, ibunya berjualan tempe mendoan di kantin sekolah. Penghasilan mereka tidak akan cukup untuk membiayai pendidikan Dwi hingga perguruan tinggi. Laki kelahiran Cilacap itu sadar dengan kondisi ekonomi keluarganya. Karena itu, selepas SMP, Dwi memutuskan masuk SMK agar setelah lulus bisa langsung bekerja atau wiraswasta.

Ada omongan keluarga yang bilang aku nanti jadi kayak perempuan. Enggak pantas untuk sekolah yang banyak perempuannya, nanti jadi banci.

Dwi memilih jurusan tata boga yang ia sukai. Pilihan jurusan itu ditertawakan orang-orang di sekitarnya karena dunia tata boga dianggap dunia perempuan. ”Ada omongan keluarga yang bilang aku nanti jadi kayak perempuan. Enggak pantas untuk sekolah yang banyak perempuannya, nanti jadi banci. Aku sedih dan nangis, rasa percaya diri turun,” cerita Dwi.

Ia makin tidak percaya diri ketika masuk SMKN 3 Purwokerto pada 2004, di jurusan tata boga hanya ada dua murid laki-laki. Namun, pelan, tetapi pasti, rasa tidak percaya diri itu bisa ia tepis. Ia terus memotivasi diri bahwa jurusan tata boga akan membawanya menjadi wirausaha kuliner kelak.

”Aku yakin akan jadi wirausaha kuliner. Jadi PNS (pegawai negeri sipil) rasanya enggak mungkin. Jadi karyawan aku enggak suka. Nah, peluang untuk bisa maju ya jadi wirausaha di bidang yang aku suka,” ujar Dwi yang sejak sekolah mulai merintis usaha sendiri. Ia membuat kue yang dipelajari di sekolah dan menitipkan ke warung-warung sekitar rumahnya untuk dijual. Ia juga kerja paruh waktu di usaha katering.

Selepas SMK, Dwi bekerja di berbagai usaha kuliner di Purwokerto, Bandung, kemudian Jakarta. Berbekal pengalaman setahun di tanah rantau, ia memutuskan pulang kampung dan merintis usaha kuliner. Ia jualan martabak manis selama dua tahun dan akhirnya bisa membuka Rumah Makan Babeh yang awalnya adalah angkringan di lahan bekas sawah. Modal awal sebanyak Rp 5 juta ia peroleh dari pinjaman bank dan lahan yang dibeli dengan mencicil.

”Saya memulai usaha kuliner ini dari nol. Saya kadang tidak percaya jika diamanahi Tuhan punya RM Babeh yang bisa mempekerjakan 58 karyawan,” ujar Dwi di Cilacap, Kamis (30/7/2020).

Menu ayam bakar yang disajikan warung itu ternyata laris manis. Tiga tahun kemudian, Dwi pun membuka warung tambahan yang berjarak 50 meter dari warung pertama. Ketika aplikasi pemesanan makanan merambah ke Cilacap sekitar empat tahun lalu, jumlah pembeli di RM Babeh bertambah banyak. Bahkan rumah makan itu selalu masuk dalam daftar tertinggi penjualan daring di Cilacap versi dua aplikasi pemesanan ternama itu.

https://cdn-assetd.kompas.id/x_TEwGBNo0omP8mTPGU0X-4A-mw=/1024x768/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F08%2FIMG-20200716-WA0004_1596702316.jpg
DOKUMENTASI PRIBADI

Dwi Yulianto susah payah mengembangkan bisnis Rumah Makan Babeh di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Rumah makan itu mempekerjakan anak-anak muda putus sekolah.

Pembeli yang datang ke warungnya juga terus mengalir. Rumah makan dua lantai dengan tempat duduk lesehan itu selalu penuh saat jam makan tiba.

Putus sekolah

Seiring berkembangnya usaha, Dwi membutuhkan banyak karyawan. Datanglah anak-anak muda dari pelosok kampung, terutama dari Ajibarang, Kabupaten Banyumas. Mereka kebanyakan anak muda yang putus sekolah di bangku SMP atau SMA karena masalah biaya.

Iklan

Dwi menerima mereka dengan tangan terbuka. ”Saya menerima siapa saja yang mau kerja asalkan jujur dan mau belajar. Yang datang memang butuh kerja dan pendidikannya terbatas untuk membantu keluarganya di kampung,” ujar Dwi dengan logat ngapak.

Dwi menerapkan pola kerja yang guyub agar anak-anak yang putus sekolah itu betah. Ia tak sungkan mengunjungi rumah keluarga karyawannya nun di pelosok kampung agar bisa mengenal lebih jauh keluarga dan kondisi ekonomi mereka.

”Terkadang lantai rumah (mereka) masih tanah dengan dinding bambu, toilet tidak ada. Setelah dua hingga tiga tahun, saya datang lagi ke sana, alhamdulillah rumahnya sudah baik. Saya bersyukur bisa membantu orang-orang yang susah, bekerja di tempat saya, dan hidupnya membaik,” katanya.

Dwi tidak hanya mengajari mereka cara memasak dan melayani pelanggan, tetapi juga cara berbisnis. Hasilnya, beberapa karyawan Dwi bisa berhasil membuka warung makan sendiri di Cilacap dan daerah lainnya. Menunya persis sama dengan yang dijual Dwi. Ia tidak merasa tersaingi.

Bagi saya, karyawan yang berhasil buka rumah makan sendiri mesti  saya dukung. Ini bukan persaingan.

”Bagi saya, karyawan yang berhasil buka rumah makan sendiri mesti  saya dukung. Ini bukan persaingan,” tegasnya.

Dwi mengatakan, ia mengembangkan RM Babeh bukan sekadar untuk kepentingan pribadi. Ia ingin rumah makan itu memberikan pekerjaan kepada orang-orang tidak mampu. Kesadaran itu muncul karena Dwi sendiri berasal dari keluarga tidak mampu.

https://cdn-assetd.kompas.id/IIdTj_HRE7hcO3rV1uZrdIPmQEs=/1024x1365/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F08%2FIMG-20200716-WA0002_1596702495.jpg
DOKUMENTASI PRIBADI

Dwi Yulianto, pendiri RM Babeh di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, di tengah rumah makannya yang selalu penuh pembeli pada setiap jam makan.

Kesuksesan Dwi di usia muda dan kegigihannya berjuang menjadi wirausaha kuliner menjadi inspirasi bagi anak muda lain. Hampir tiap tahun, Dwi diundang ke SMKN 3 Purwokerto untuk memotivasi siswa SMK. Dia berbagi kisah perjuangan untuk menjadi wirausaha dan pribadi yang percaya diri.

Dwi juga sering berbagi pengalaman untuk membangun usaha kepada tetangga dan santri di sejumlah pondok pesantren di Cilacap dan Banyumas. Dia ingin orang yang berniat membuka usaha agar berani melangkah meskipun dengan modal terbatas.

Dwi Yulianto

Lahir: Cilacap, 13 Juli 1988

Istri: Evi Sulastri

Anak: Aisyah Sarafana Putri Ramadhani

Pendidikan: SMKN 3 Purwokerto, program tata boga

Penghargaan:

  • LKS Bidang Pelayanan Restoran, Juara 2 Provinsi Jawa Tengah (2006-2007)
  • Juara 2 Tingkat Kabupaten Pasukan Tunas Muda
Editor:
budisuwarna
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000