Geopolitik Dunia Berubah, Indonesia Harus Lebih Mandiri
›
Geopolitik Dunia Berubah,...
Iklan
Geopolitik Dunia Berubah, Indonesia Harus Lebih Mandiri
Semua negara diperkirakan akan jadi lebih nasionalistik sebagai dampak pandemi Covid-19. Karena itu, Indonesia harus bersiap lebih mandiri dengan mementingkan ketahanan pangan dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Oleh
Edna C Pattisina
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 mengubah tatanan geopolitik dunia. Ada kecenderungan terjadi deglobalisasi ketika setiap negara menjadi lebih melihat ke dalam. Kondisi ini bisa menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menjadi lebih mandiri.
Hal tersebut dibahas oleh beberapa pembicara dalam acara diskusi daring yang diadakan Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD), Rabu (12/8/2020). Dalam diskusi dengan tema ”Ancaman New World Order Terkait Kebijakan World New Normal”, hadir mantan Dubes RI untuk China Mayjen (Purn) Sudrajat, mantan Dubes RI untuk Australia dan China Imron Cotan Siregar, serta Mayjen (Purn) Daniel Tjen, mantan Kepala Pusat Kesehatan TNI.
Ketua Umum PPAD Letjen (Purn) Kiki Syahnakri, yang membuka acara itu, mengatakan, terjadi perubahan dalam sisi geostrategi, geokultural, geoekonomi, dan geopolitik akibat pandemi Covid-19. Ia mengungkapkan kekhawatirannya bahwa penguasaan terhadap teknologi informasi dan vaksin akan menjadi kunci kekuasaan dunia. Oleh karena itu, Indonesia harus memiliki strategi menghadapi situasi ini.
Daniel Tjen mengatakan, seharusnya ada kepemimpinan yang tegas di dunia internasional, terutama oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Akan tetapi, karena WHO tidak tegas, banyak negara yang kemudian melakukan langkah-langkah untuk menyelamatkan dirinya. Pemerintah Amerika Serikat, misalnya, sempat memborong alat ventilator agar bisa memenuhi kebutuhan rakyatnya.
”Terkait vaksin juga Trump sudah menyatakan US first, ini berbeda dengan China yang akan membagikan vaksin ke dunia,” kata Daniel.
Daniel melihat, perubahan geopolitik ini akan ditandai dengan lebih kuatnya China yang bisa tampil menjadi pemimpin dunia.
Hal senada disampaikan Sudrajat yang mengatakan, China memiliki keunggulan dalam hal teknologi. Dia mencontohkan, tidak hanya teknologi 5G, tetapi seluruh dunia juga melihat bagaimana efektifnya China mengatasi Covid-19 di negaranya dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan. Sementara AS hingga hari ini kelihatan belum bisa mengatasi Covid-19.
”Kita harus bisa antisipasi deglobalisasi dan fragmentasi,” kata Sudrajat.
Menurut dia, Indonesia harus bersiap untuk lebih mandiri. Semua negara akan menjadi lebih nasionalistik. Indonesia harus mementingkan ketahanan pangan dan mengurangi ketergantungan pada impor. ”Kita juga harus kurangi kegaduhan politik agar bisa solid menghadapi ini semua,” kata Sudrajat.
Imron Cotan juga melihat bahwa WHO tidak lebih dari pemandu sorak semata. Tidak bekerjanya lembaga-lembaga internasional memicu nasionalisme di mana semua pemerintah berpikir untuk melindungi negara-bangsanya. Ia tidak sepakat dengan adanya teori konsipirasi karena teori-teori semacam itu malah mengalihkan konsentrasi pemerintah dari upaya menemukan vaksin dan obat.
Imron mengatakan, langkah yang perlu dilakukan Indonesia adalah memanfaatkan momentum ini untuk mengatasi kesenjangan digital yang terjadi selama ini. Untuk itu dibutuhkan inovasi-inovasi, terutama dalam bidang digital, agar Indonesia bisa bersaing di kancah internasional.